Anda di halaman 1dari 22

Tri Lestari Handayani, M.Kep.Sp.

Mat

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah Neonatal Sepsis is also termed as Neonatal Septicemiaand Sepsis Neonatorum

The one that is seen in the first week of life is termed as Early- onset sepsis and most often appears in the first 24 hours of life The infection is often acquired from the mother. This can be cause by a bacteria or infection acquired by the mother during her pregnancy, a Preterm delivery, Rupture of membranes (placenta tissue) that lasts longer than 24 hours, Infection of the placenta tissues and amniotic fluid (chorioamnionitis) and frequent vaginal examinations during labor

The second type or the Late-onset Sepsis is acquired after delivery. This can be cause by contaminated hospital equipment, exposure to medicines that lead to antibiotic resistance, having a catheter in a blood vessel for a long time, staying in the hospital for an extended period of time

a. Faktor maternal terdiri dari: 1) Ruptur selaput ketuban yang lama 2) Persalinan prematur 3) Amnionitis klinis 4) Demam maternal 5) Manipulasi berlebihan selama proses persalinan 6) Persalinan yang lama

Pengaruh lingkungan , buruknya praktek cuci tangan, teknik perawatan, kateter umbilikus arteri dan vena, selang sentral, berbagai pemasangan kateter dan tindakan invasive lainnya, termasuk pemberian susu formula. Faktor lain; jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat badan lahir rendah, dan kerusakan mekanisme pertahanan diri. (Wijayarini,2005)

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara yaitu: a. Pada masa antenatal atau sebelum lahir Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah virus yang dapat menembus plasenta antara lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara lain: malaria, sipilis, dan toksoplasma

b.Pada masa intranatal atau saat persalinan Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion. Akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara lain yaitu pada saat persalinan, infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman ( misalnya: herpes genetalia, candida albicans, gonorrhoe)

Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran akibat infeksi nasokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat penghisap lendir, selang endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial. Infeksi juga dapat melalui luka umbilikus. (Surasmi,2003)

Penyakit yang di derita ibu selama kehamilan, perawatan antenatal yang tidak memadai; Ibu menderita eklamsia, diabetes mellitus; Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan; Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan. Adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif pada neonatus; Tidak menerapkan rawat gabung. Sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang penuh sesak. Ketuban pecah dini, amnion kental dan berbau; Pemberian minum melalui botol, dan pemberian minum buatan.

body temperature changes, breathing problems, diarrhea, low blood sugar, reduced movements, reduced sucking, seizures, slow heart rate, swollen belly area, vomiting, yellow skin and whites of the eyes (jaundice). Possible complications are disability and worst is death of the neonate.

Pada masa antenatal Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan yang memadai bila diperlukan.

Pada saat persalinan Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik. Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.

Sesudah persalinan menerapkan rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, lingkungan dan peralatan tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka umbilikus secara steril. Tindakan invasif harus dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang

Melakukan tindakan aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional, sedapat mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi.

(Sarwono, 2004)

Prinsip pengobatan mempertahankan metabolisme tubuh dan memperbaiki keadaan umum dengan : pemberian cairan intravena kebutuhan nutrisi.

memenuhi kriteria efektif berdasarkan hasil pemantauan mikrobiologi, murah, dan mudah diperoleh, tidak toksik, dapat menembus sawar darah otak atau dinding kapiler dalam otak yang memisahkan darah dari jaringan otak dan dapat diberi secara parenteral.

ampisilin dan gentamisin ampisilin dan kloramfenikol, eritromisin atau sefalasporin atau obat lain sesuai hasil tes resistensi

Ampisislin 200 mg/kgBB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian; Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 pemberian; Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian; Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian; Eritromisin500 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis.(surasmi,2003)

NDx: Hyperthermia related to inflammatory process/ hypermetabolic state as evidenced by an increase in body temperature, warm skin and tachycardia Subjective: Irritability Weakness Objective: The patient may manifest one or more of the following: Temperature above normal level (36 oC) Skin warm to touch Presence of tachycardia (above 160 bpm) Presence of tachypnea (above 60 bpm) WBC elevated

Short-term: After 30 minutes of nursing intervention the patient will maintain normal core temperature as evidenced by vital signs within normal limits and normal WBC level Long Term: After 3 days of NI, pt will still maintain normal core temperature as evidenced by normal vital signs and normal laboratory results.

Independent 1. Monitor neonates condition. 2. Monitor Vital signs 3. Provide TSB Interdependent 4. Ensure that all equipment used for infant is sterile, scrupulously clean. Do not share equipment with other infants Dependent 5. Administer Anti-pyretics as ordered

Anda mungkin juga menyukai