Anda di halaman 1dari 12

URGENSI UNDANG-UNDANG

CYBERCRIME PADA SISTEM HUKUM


NASIONAL

Kelompok 4 :
Rani Oktaviani. 160401045

Muhammad Bayu Hanif 160401082


Rayendra Putra Pratama 160401089
URGENSI UU CYBERCRIME
• Cybercrime dapat dirumuskan sebagai perbuatan melawan
hukum yang dilakukan dengan memakai jaringan komputer
sebagai sarana / alat atau komputer sebagai objek, baik untuk
memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan
pihak lain. Kejahatan komputer yang diasosiasikan dengan
hacker, biasanya menimbulkan arti yang negative
URGENSI UU CYBERCRIME
Hukum tidak berkembang sejalan dengan perkembangan manusia.
Sekarang ini tidak hanya kejahatan konventional yang marak terjadi,
namun kejahatan komputer (cybercrime) juga sudah tidak asing lagi.
Namun menguraikan dari Pasal-Pasal dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP), delik-delik yang dijelaskan masih berkaitan erat
dengan tindak pidana kejahatan konventional, dimana ini dapat kita
katakan sebagai ketertinggalan hukum . Ketertinggalan hukum ini bisa
berdampak buruk dalam kehidupan manusia.
Dari ketertinggalan hukum inilah menjadi awal faktor
diperlukannya urgensi undang-undang dalam kejahatan cybercrime
yang sekarang kita kenal dengan undang-undang nomor 11 tahun 2008
atau UU ITE.
URGENSI UU CYBERCRIME
Terdapat 2 macam masalah yang mendesak pemerintah untuk perlu
membuat UU yang mengatur tentang cybercrime yakni :

1. Keterdesakan kebutuhan nasional


2. Keterdesakan kebutuhan internasional
KETERDESAKAN KEBUTUHAN NASIONAL

Keterdesakan kebutuhan nasional meliputi Efektifitas KUHP .


Jika kita analisis substansi hukum yg ada maka terdapat beberapa
kendala yang memberatkan aparat penegak hukum untuk menjerat
pelaku tindak kejahatan cyber:
Analisis-analisis tersebut meliputi:
1. Berkenan dengan pencurian
Diatur dalam pasal 362 KUHP berbunyi :
“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau
sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara
melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Sembilan ratur
rupiah”
2. Mengenai perbuatan perusakan atau penghancuran barang
KETERDESAKAN KEBUTUHAN NASIONAL

3. Berkenaan dengan pornografi


Jika kita amati salah satu unsure yang terdapat dalam delik di KUHP
sebagaimana yang mengatur penyebaran pornografi adalah Arti
“menyiarkan, mempertunjukkan, atau menempelkan dengan terang-
terangan” yakni :
1)Yang dapat disirkan adalah misalnya; surat kabar, majalah, buku, surat
selebaran atau lainnya, yang dibuat dalam jumlah banyak.
2)Mempertunjukkan” berarti memperlihatkan kepada orang banyak.
3)Menempelkan” berarti melekatkan si suatu tempat yang mudah
diketahui oleh banyak orang. Berdasarkan hal tersebut diatas diatas
tentunya media internet smaa dengan media massa lain.
KETERDESAKAN KEBUTUHAN NASIONAL

4. Berkenaan dengan penipuan


Delik tentang penipuan diatur dalam Pasal 378 KUHP yang berbunyi :
“Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu,
dengan tipu muslihat. Ataupun rangkaian kebohongan, emnggerakkan
orang lain untuk menyerahkan sesuatu kepadanya, atau supaya
member utang maupun menghapuskan piutang, diancam karena
penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

5. Berkaitan dengan perbuatan memasuki atau melintasi wilayah orang


lain
KETERDESAKAN KEBUTUHAN NASIONAL

6. Berkenaan dengan hal penggelapan


7. Mengenai pemalsuan surat
• Berdasarkan uraian yang telah di sampaikan, kita dapat
menyimpulkan beberapa kendala yang masih di alami terkait
keefektivan substansi hukum dalam KUHP dalam
menanggulangi cybercrime yakni :
1. Kendala legalitas
2. Kendala dalam pembuktian
3. Kendala yurisdiksi
Masuk ke efektivan KUHP dan KUHAP yang kedua yakni :
2. Analisis Efektivitas Struktur Hukum
3. Analisis Efektivitas Budaya Hukum
KETERDESAKAN HUKUM INTERNASIONAL

Dalam hal keterdesakan dari internasional bisa


diperhatikan dari fakta bahwa cybercrime merupakan
salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa
salah satu bentuk atau dimensi baru dari kejahatan masa
kini yang mendapat perhatian luas di dunia internasional.
Barda Nawawi Arief menyatatakan mengenai urgensinya
kerjasama internasional terkait masalah penanggulangan
cybercrime di Indonesia. Menurut nya, kenijakan
penanggulangan cybercrime dengan hokum pidana
termasuk bidang penal policy yang merupakan bagian dari
criminal policy (kebijakan penanggulangan kejahatan)
KESIMPULAN
• Kekurangan dalam kejelasan pada aturan hukum dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) menjadi faktor penting
dibutuhkannya Urgensi Undang-Undang dalam Hukum
Nasional, dimana pelaku kejahatan computer (cybercrime)
dapat di tindak pidana.

• Aparat di minta untuk dapat menjalankan hukum secara


progresif dimana hal yang dianggap salah oleh masyarakat
dapat diberlakukan secara hukum.

Anda mungkin juga menyukai