Anda di halaman 1dari 10

MENGAPA SUATU NEGARA

HARUS MERATIFIKASI SOLAS ?

NAME : TOHAP NOVENRA NAPITUPULU


CLASS : T II/ B
NO ABSEN : 11
NIPD : 202.09.01.21.0035
MENGAPA SUATU NEGARA HARUS
MERATIFIKASI SOLAS ?
1. Konvensi Internasional SOLAS 1974 diratifikasi oleh
Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 17 Desember 1980
dengan Keputusan Presiden Nomor 65 Tahun 1980. Konvensi
SOLAS 1974 memberikan dasar bagi pengembangan desain dan
operasi kapal tanker. Sebagaimana diperkuat dalam ketentuan-
ketentuan Protokol SOLAS 1974 dan Protokol MARPOL 1978
terkait the 1973 International Conference for the Prevention of
Pollution from Ship.
2. Pemerintah Indonesia juga telah meratifikasi
SOLAS Protocol 1988 sebagaimana dituangkan ke dalam
Peraturan Presiden RI No.57 Tahun 2017 yang secara umum
mengatur tentang harmonisasi masa berlaku sertifikat dan
pelaksanaan pemeriksaan yang terdiri atas pemeriksaan awal,
pemeriksaan tahunan, pemeriksaan antara dan pemeriksaan
pembaharuan.
MENGAPA SUATU NEGARA HARUS
MERATIFIKASI SOLAS ?

1. Protokol 1988 terkait SOLAS 1974, yang diratifikasi melalui Peraturan


Presiden RI Nomor 57/2017, secara umum mengatur tentang harmonisasi
masa berlaku sertifikat dan pelaksanaan pemeriksaan yang terdiri atas
pemeriksaan awal, pemeriksaan tahunan, pemeriksaan antara dan pemeriksaan
pembaharuan
2. Protokol 1988 terkait Loadlines, yang diratifikasi melalui Peraturan Presiden
No. 84/2017, mengatur tentang harmoninasi sertifikat pemeriksaan batas garis
muat kapal yang aman bagi keselamatan kapal, pencegahan kelebihan muatan
dan keselamatan lambung timbul, keselamatan platform serta peningkatan
stabilitas kapal.
3. Setelah diratifikasinya SOLAS Protocol 1988 ini, bagi kapal berbendera
Indonesia dengan daerah pelayaran Internasional yang berukuran GT 500 atau
lebih wajib memenuhi ketentuan SOLAS 1974 dan SOLAS Protocol 1988
terkait pelaksanaan pemeriksaan atau survei yang wajib dilaksanakan untuk
setiap tahun, antara dan pembaharuan.
MENGAPA SUATU NEGARA HARUS
MERATIFIKASI SOLAS ?

1. Ratifikasi Protokol 1988 terkait SOLAS 1974 dan Loadlines 1966 ini harus
menjadi entry point untuk meningkatkan keselamatan pelayaran nasional.
Pelaksanaan pengelolaan aspek keselamatan di lapangan harus mengacu
pada best practice terkini yang telah ditetapkan melalui Perpres No. 57/2017
dan Perpres No. 84/2017.
2. unit kerja terkait harus meningkatkan awareness seluruh stakeholder di
lapangan terkait substansi yang diatur oleh ratifikasi Protokol 1988. Selain
agar operator dan mitra kerja dapat lebih cepat dalam mencapai
aspek compliance, pemahaman terhadap ratifikasi tersebut akan membantu
menciptakan mekanisme pengawasan aktif dari semua pihak untuk mencegah
terjadinya penyimpangan.
Hukum Maritim Internasional yang sudah disepakati Indonesia sejak
tahun 1974 (SOLAS 1974) telah mengatur penegakan hukum
kemaritiman yang tertuang dalam :
Bab V Peraturan 15 Konvensi Internasional tentang Keselamatan Jiwa
di Laut (SOLAS 1974) mengenai kewajiban negara penandatangan
untuk membentuk organisasi Pengawal Pantai (Coast Guard) atau
Pengawal Laut dan Pantai (Sea and Coast Guard).
Ketentuan Internasional tentang Keamanan Kapal dan Fasilitas
PelabuhanTahun 2002 atau International Ships and Port Facilities
Security Code 2002 (ISPS Code 2002) mengenai kewajiban negara
peserta untuk menetapkan otoritas nasional dan otoritas lokal yang
bertanggungjawab atas keselamatan dan keamanan maritim.
Pasal 217, pasal 218 dan pasal 220 Konvensi Perserikatan Bangsa-
bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS III, 1982) mengenai penegakan
hukum oleh Negara Bendera (Flag State), oleh Negara Pelabuhan (Port
State), dan oleh Negara Pantai (Coastal State).
Adapun pengaruhnya adalah sebagai berikut :13 1. Dapat membantu negara
pantai menjamin kepentingannya 2. Memberikan kesempatan kepada
negara pantai melakukan perluasan wilayah laut 3. Memperluas tanggung
jawab negara pantai terhadap lautan 4. Berkurangnya wilayah laut bebas,
dan menjadi laut territorial 5. Mendukung pelestarian lingkungan laut yang
harus dijaga oleh hukum nasional suatu negara 6. Mengurangi kebebasan
yang semula ada bagi pengelola lautan.
Sebagai akibat dari ratifikasi Indonesia terhadap KHL 1982, maka wilayah
perairan yang tunduk di bawah kedaulatan Indonesia mendapat pengakuan
internasional sebagai berikut :
SOLAS 1974 (Safety Of Life At Sea) yaitu salah satu konvensi
internasional yang berisikan persyaratan-persyaratan kapal dalam rangka
menjaga keselamatan jiwa di laut untuk menghindari atau memperkecil
terjadinya kecelakaan di laut yang meliputi kapal, crew dan muatannya.
Untuk dapat menjamin kapal beroperasi dengan aman harus memenuhi
ketentuan-ketentuan di atas khususnya konvensi internasional tentang
SOLAS 1974 yang mencakup tentang desain konstruksi kapal, permesinan
dan instalasi listrik, pencegah kebakaran, alatalat keselamatan dan alat
komunikasi dan keselamatan navigasi.5 Dalam penerapannya
implementasinya perlu dibuktikan dengan sertifikat yang masih berlaku
yaitu sertifikat keselamatan kapal penumpang yang mencakup
persyaratanpersyaratan pada chapter II-1, II-2,III, IV & V dan bab lain
dalam SOLAS.
Untuk mengendalikan keselamatan pelayaran secara Internasional diatur
dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: a. International Convention
for Safetyof Live Sea (SOLAS), 1974, sebagimana yang telah
disempurnakan dan aturan internasional ini menyangkut ketentuan-
ketentuan sebagai berikut: 1) Kontruksi (struktur, stabilitas, permesinan
dan instalasi listrik, perlindungan api dan pemadam kebakaran). 2)
Komunikasi radio, keselamatan navigasi. 3) Perangkat penolong, seperti
pelampung, sekoci, rakit penolong
Penerapan ketentuan-ketentuan untuk meningkatkan keselamatan dan
keamanan pelayaran termasuk didalamnya penerapan International Safety
Management (ISM) Code, Internasional Ship and Port Facility Security
(ISPS) Code.
SUMBER
1. Bahan Ajar Hukum Maritim/International Convention Concered With
Maritim Law
By: Mrs. EKA SUKMAWATI,SH., MH.,
2. http://jdih.dephub.go.id/buletin/05/mobile/index.html#p=15
3. https://staff.blog.ui.ac.id/andreas.pramudianto/2009/04/30/perjanjian-
in
4. https://www.im
o.org/ternasional-di-bidang-lingkungan-laut-yang-telah-
diratifikasi-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai