Kes
NIDN : 4007147501
PS : D3 KEP PLG
PT : POLTEKKES KEMENKES
PALEMBANG
NAMA MK : KMB II
KODE MK : PD3.5.04
BOBOT SKS : 3 SKS (2 T, 1 P)
SEMESTER :4
MATERI : Pengkajian ggn kebutuhan istirahat dan
tidur akibat patologis sistem persarafan dan
integumen, anamnese, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan diagnostik
Referensi : Rudi H et all.,Keperawatan Medikal Bedah II,
Pustaka baru press.2019
MATERI :
Pengkajian gangguan kebutuhan istirahat dan tidur
akibat patologis sistem persarafan dan integumen
Anamnesa gangguan kebutuhan istirahat dan tidur
akibat patologis sistem persarafan dan integumen
Pemeriksaan fisik pada pasien gangguan kebutuhan
istirahat dan tidur akibat patologis sistem persarafan
dan integumen.
Pemeriksaan diagnostik pada pasien gangguan
kebutuhan istirahat dan tidur akibat patologis sistem
persarafan dan integumen.
2
Pengkajian neurologi difokuskan pada kemampuan
untuk menentukan beberapa poin gangguan
neurologis yaitu:
fungsi mental (fungsi luhur)
tingkat kesadaran (GCS)
12 saraf kranial
mengukur kekuatan otot, refleks fisiologis dan
patologis pada pasien neurologi.
3
A. PEMERIKSAAN FUNGSI MENTAL
Dengan pemeriksaan mini mental state examination
(MMSE)
Alat : selembar kertas kosong, pena
Yaang diperiksa :orientasi, memori, registrasi, recall,
kalkulasi, kemampuan bahasa, dan kemampuan
untuk menggambar poligon kompleks
4
1. ORIENTASI
Untuk orientasi waktu, tanyakan tanggal hari ini.
Minta pasien menyebutkan hari, tanggal, bulan,
tahun, dan musim.
Berikan skor 1 untuk setiap jawaban benar.
Skor maksimal adalah 5.
Untuk orientasi tempat, tanyakan mengenai tempat
pasien berada saat ini (negara, provinsi, kota atau
kabupaten, rumah sakit, serta ruang atau lantai).
Berikan skor 1 untuk setiap jawaban benar.
Skor maksimal adalah 5
5
2. REGISTRASI
Beritahukan kepada pasien bahwa pemeriksa akan
menyebutkan 3 buah benda dan minta pasien untuk
mengingatnya.
Kemudian sebutkan 3 nama benda pelan-pelan
dengan jarak 1 detik.
Skor ditentukan berdasarkan jumlah benda yang bisa
disebutkan pada percobaan pertama.
Ulangi tahap ini sampai 6 kali, nilai apakah pasien
bisa menyebutkan ke tiga nama benda.
Beri skor 1 untuk setiap nama benda yang benar.
6
3. ATENSI DAN KALKULASI
Minta pasien untuk melakukan pengurangan mulai
dari 100 dikurangi 7, dan seterusnya sampai 5 kali
operasi pengurangan. Skor sesuai dengan jumlah
jawaban yang benar.
Bila pasien tidak mampu berhitung, minta pasien
mengeja dari belakang kata yang terdiri dari 5 huruf.
Misalnya RUMAH, dieja menjadi H-A-M-U-R.
Skor sesuai dengan jumlah huruf yang ditempatkan
secara benar
7
4. RECALL
Minta pasien mengulang kembali nama 3 benda yang
disebutkan pada saat pemeriksaan registrasi.
8
5. BAHASA
Minta pasien untuk menyebutkan dua nama benda
yang ditunjukkan, misalnya pensil dan arloji.
Berikan skor sesuai dengan jawaban yang benar.
9
6. PENGULANGAN
Minta pasien untuk mengulangi kalimat “tanpa kalau
dan atau tetapi”.
Berikan skor 1 bila pasien mampu mengulangi kalimat
dengan benar
10
7. PERINTAH 3 LANGKAH
Berikan secarik kertas pada pasien, kemudian
katakan, “Ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipat
dua, dan letakkan di lantai”.
Berikan skor 1 untuk setiap tahapan yang benar.
11
8. MEMBACA
Siapkan selembar kertas yang tertulis perintah dalam
huruf besar “ANGKAT TANGAN KIRI ANDA”.
Minta pasien untuk membaca perintah dan
melakukannya.
Berikan skor 1 bila pasien mampu melakukan perintah
dengan benar.
12
9. MENULIS
Berikan selembar kertas kosong dan alat tulis,
kemudian minta pasien untuk menulis sebuah
kalimat.
Berikan skor 1 bila kalimat yang ditulis mengandung
subjek dan predikat
13
10. MENIRU GAMBAR SEGILIMA
Tunjukan gambar dua buah segilima yang saling
berpotongan, kemudian minta pasien untuk
menyalinnya. Skor 1 diberikan bila pasien bisa
menggambar 2 segilima dengan benar dan keduanya
saling berpotongan.
14
SKORING
Skor dihitung berdasarkan jawaban yang sebenarnya
dari pasien
Rentang skor MMSE adalah 0 – 30.
Skor kurang dari 24 mengindikasikan adanya hendaya
kognitif, misalnya ada delirium, amnesia, atau
dementia.
15
Coma Scale)
EYE
4 membuka mata tanpa rangsangan (spontan)
3 membuka mata dg perintah suara
2 membuka mata ketika diberikan rangsangan nyeri
1 tidak membuka mata
VERBAL
5 Berbicara dg orientasi baik
4 Berbicara namun bingung, orientasi tdk sesuai
3 hanya mampu mengeluarkan kata bukan kalimat
2 Hanya suara bukan kata (mengerang)
1 tdk ada suara yg keluar
16
MOTORIC
6 Dapat bergerak mengikuti perintah
5 dapat melokalisir lokasi nyeri
4 Menarik menjauhi pusat nyeri
3 Fleksi abnormal ketika diberikan nyeri
2 Ekstensi abnormal ketika diberikan nyeri
1 Tidak ada pergerakan
17
SKOR
Dijumlahkan dari setiap komponen
Parah < 8
Sedang 9 – 12
Ringan 13 - 15
18
C. NERVUS
NI (olfaktorius, penghidung)
NII (optikus, lapang pandang dan ketajaman penglihatan)
NIII (okulomotorius, reaksi pupil)
NIV (trochlear, pergerakan mata)
NV (trigeminal, sensasi fasial, otot mengunyah)
NVI (abdusen, abduksi mata)
NVII (facial, ekspresi muka)
NVIII (akustikus, pendengar dan keseimbangan)
NIX (glosso-pharyngeal, mengunyah, berbicara)
NX (vagus, reflek menelan)
XI (spinal accessory, pergerakan leher)
XII (Hypoglossal, pergerakan dan kekuatan lidah)
19
D. MENGUKUR KEKUATAN
OTOT
0 0 Tidak ada kontraksi saat dipalpasi /paralisis
20
E. SKALA NYERI
a. Cara menilai menggunakan Visual Analog
Scale (VAS)
21
b. Numeric Rating Scale
22
Munculnya gangguan neurologis umumnya terjadi
sebagai akibat dari
rusaknya jaringan otak karena kurangnya aliran darah
otak
tertekannya jaringan otak
proses edema jaringan otak
munculnya peningkatan tekanan intracranial.
23
Tanda-tanda yang perlu diperhatikan untuk
mengenali dan memastikan peningkatan TIK adalah
TRIAS TIK:
muntah proyektil
nyeri kepala hebat
papil edema
Tanda lainnya dapat dilihat dari hasil CT scan dengan
melihat gambaran hiperden dan hipoden.
24
Gambaran di atas dapat menunjukan adanya diagnosis
keperawatan kasus neurologi adalah
risiko perubahan perfusi jaringan serebral
kerusakan mobilitas fisik
gangguan pola nutrisi atau risiko aspirasi
gangguan komunikasi verbal
25
Masalah tersebut memerlukan identifikasi intervensi
yang tepat untuk membantu seperti
melakukan manajemen TIK
pemasangan NGT
melatih komunikasi
melatih ROM
melatih menelan.
Handicap atau disabilitas jangka panjang memerlukan
tindakan rehabilisasi di antaranya, rehabilitasi
fungsional, rehabilitasi berjalan, menelan,
26
FOKUS PENGKAJIAN
Perubahan status mental dan kognitif dan tingkat
kesadaran yaitu
Orientasi
penurunan kesadaran
tingkat kesadaran GCS
tanda-tanda vital yang tidak stabil
gambaran CT scan
dapat menjadi penguat pernyataan data tentang
munculnya diagnosa gangguan perfusi cerebral.
Tanda-tanda fraktur basis kranial: rhinorea, otorea,
racoon eyes, dll.
27
Gejala ini dapat terjadi pada kasus
cedera kepala
Stroke
meningitis
tumor otak
28
Hasil pengkajian lain adalah
gangguan saraf kranial seperti gangguan saraf 10, saraf 9
dan saraf 12 akan memberikan dukungan kuat terhadap
gangguan menelan.
Wajah tidak simetris, pelo, gangguan bahasa seperti
tidak mampu mengungkap dan mengerti kata,
gangguan saraf kranial 7, 10, dan 12 sebagai tanda
munculnya gangguan komunikasi verbal.
29
Perubahan motorik:
gaya berjalan
Keseimbangan
Koordinasi
Hemiparese
gangguan reflex menjadi penciri dari terjadinya
gangguan mobilisasi.
Masalah ini paling sering terjadi pada stroke dan cedera
medula spinalis.
30
Gangguan 12 saraf kranial:
sering terganggu pada kasus stroke
meningitis
31
Gangguan refleks patologis menunjukan adanya
gangguan pada upper motor neuron, sering
ditemukan pada kasus :
infeksi serebral (meningitis, encephalitis)
cedera kepala dengan subarakhnoid hematom (SAH).
32
FOKUS DIAGNOSIS
Risiko perfusi jaringan serebral tidak efektif
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan komunikasi verbal
Risiko Aspirasi atau gangguan menelan
33
TANDA DAN GEJALA
1. Nyeri
2. Kejang
3. Pussing dan Vertigo
4. Ggn Visual
5. Kelemahan otot
6. Sensasi abnormal
34
Kaji keluhan
1. Alasan klien dtg ke RS
2. Hal2 yg membuat klien trgg bbrp hari
3. Minta klien menggambarkan keluhan nyeri kepala
yg dialami, seberapa sering, apa pencetusnya
4. Kapan mulai merasa pusing
5. Minta klien menunjukkan area tubuh yg sering
tremor, baal/kebas
6. Tanyakan kronologis terjadinya kejang
7. Tanyakan jika klien mengalami kesulitan berjalan,
berbicara, memahami, menulis dan membaca
35
8. Tanyakan bagaimana dg kemampuan memori dan
konsentrasi klien
36
ANAMNESE SECARA UMUM
1. Identitas pasien
2. Keluhan Utama
3. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit saat ini
2. Riwayat penyakit dahulu
3. Riwayat penyakit sekarang
4. Pengkajian psikososial
5. Kemampuan koping normal
6. Pengkajian sosio ekonomi spiritual
37
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Persiapan pasien CT Scan otak
1. Memberikan info tg jar otak dan struktur otak
2. Menilai tumor otak dan lesi lain
3. Cidera
4. Perdarahan intrakranial
5. Anomali struktural : hidrosefalus, infeksi, fungsi otak
6. Menilai efek pengobatan pd tumor otak
7. Mendeteksi gumpalan di otak
38
2. MRI
3. Angiografi serebral
4. Pungsi lumbal
39
FOKUS INTERVENSI
Pemantauan status neurologi, status oksigenasi
jaringan serebral dan juga perifer
Pemasangan NGT, latihan menelan pada pasien
dengan disfagia dan mencegah aspirasi
Pemasangan collar neck pada pasien dengan curiga
cedera servikal
Manajemen dan pencegahan peningkatan tekanan
intra kranial (TIK )
Menurunkan demand oksigen, mengatur atau
menurunkan aktifitas
40
Perubahan posisi tirah baring: miring kanan/miring
kiri dan terlentang pada pasien dengan parese (stroke)
Latihan Range of Motion (ROM) untuk mencegah
komplikasi pada pasien dengan gangguan fungsi
motorik seperti gangguan mobilisasi pasien stroke.
Pengaturan posisi tirah baring untuk mencegah
terjadinya luka tekan dan pada pasien dengan
gangguan mobilitas fisik seperti stroke
Terapi bicara dan modifikasi pola komunukasi
Latihan berdiri, keseimbangan dan koordinasi dan
berjalan (khusus pasien stroke)
Toilet training pada pasien dengan inkontinensia urin.
41
FOKUS EVALUASI
Perbaikan tingkat kesadaran evaluasi GCS, stabilnya
tanda tanda vital
Pemenuhan kebutuhan sehari-hari terpenuhi, tidak
terjadi aspirasi, atrofi dan sejenisnya
42
43