Anda di halaman 1dari 14

STANDAR KOMPETENSI

“DELIRIUM YANG DIINDUKSI OLEH ALKOHOL


ATAU ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA (3A)”

  PEMBIMBING KLINIK:
DR. ANDI SORAYA T.U, SP.KJ
2
A. DEFINISI

Delirium
• Harfia:
• "keluar dari jalur"

• Sindrom neuropsikiatrik onset


Delirium akut dan berfluktuasi, secara
klinis ditandai dengan perubahan
tingkat kesadaran, perhatian, dan
gangguan dalam orientasi,
memori, pikiran, dan perilaku
B. EPIDEMIOLOGI 3

 0,4 %  > 18 tahun


 Angka delirium tertinggi dijumpai pada pasien
 1,1 %  > 55 tahun pascakardiotomi-pada beberapa penelitian mencapai lebih
dari 90%.
 Usia lanjut  faktor risiko utama  Diperkirakan 20% pasien luka bakar berat dan 30-40%
timbulnya delirium. pasien AIDS mengalami episode delirium saat dirawat.

Sekitar  Delirium timbul pada 80% pasien yang mengalami


30-40% pasien rawat inap yang stadium penyakit terminal. Kausa delirium pascaoperasi
berusia di atas 65 tahun mengalami satu meliputi stress pembedahan, nyeri pascaoperasi, insomnia,
episode delirium, dan 10-15% lansia pengobatan nyeri, ketidakseimbangan elektrolit, infeksi,
demam, dan kehilangan darah.
lainnya mengalami delirium saat masuk
rumah sakit.
 ± 10-30 % pasien yang sakit secara medis dan dirawat di
rumah sakit mengalami delirium.

Delirium
C. ETIOLOGI 4

Delirium
Cerebrovascular
Metabolic insufficiency: Disfungsi
disarray endokrin

Perubuhan Postoperative states;


struktural Postcardiotomy
delirium

Faktor lingkungan;
Infeksi Intensive care unit
psychosis

Efek atau
interaksi Sleep
obat- Delirium deprivation
obatan
D. DIAGNOSIS DAN GAMBARAN
KLINIS Kriteria Diagnosis DSM-IV-TR
untuk Delirium pada Intoksikasi Zat

A. Gangguan kesadaran (misalnya, berkurangnya kejernihan kesiagaan terhadap lingkungan) disertai penurunan kemampuan memfokuskan,
mempertahankan, atau mengalihkan atensi.
B. Perubahan kognisi (seperti defisit memori, disorientasi, gangguan berbahasa) atau timbulnya gangguan persepsi yang tidak disebabkan
oleh demensia yang telah ada sebelumnya, telah ditegakkan sebelumnya, atau sedang berkembang.
C. Gangguan tersebut muncul dalam jangka waktu singkat (biasanya dalam hitungan jam atau hari) dan cenderung berfluktuasi sepanjang
hari.
D. Terdapat bukti berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium adanya poin (1) atau (2):
(1) Gejala pada Kriteria A dan B timbul saat intoksikasi zat.
(2) Penggunaan obat secara etiologis berkaitan dengan gangguan *
Catatan: Diagnosis ini sebaiknya dibuat untuk menggantikan diagnosis intoksikasi zat hanya bila gejala kognitif melebihi yang biasa
disebabkan oleh sindrom intoksikasi dan bila gejala cukup parah hingga memerlukan perhatian klinis tersendiri.
*
Catatan: Diagnosis sebaiknya dicatat sebagai delirium terinduksi zat bila berkaitan dengan penggunaan obat.
Kode delirium pada intoksikasi (zat spesifik):
(Alkohol; Amfetamin [atau zat yang menyerupai amfetamin]; Kanabis; Kokain; Halosinogen; Inhalan; Opioid; Fensiklidin [atau zat yang
menyerupai fensiklidin]; Sedativa, hipnotik, atau ansiolitik; Zat lain [atau yang tidak diketahui] [contoh: simetidin, digitalis, benztropin]).
Delirium 5
E. PEMERIKSAAN FISIK 6

Delirium
Pemeriksaan status mental di bangsal rawat- Beberapa langkah-langkah yang digunakan untuk
Mini-Mental State Examination (MMSE) mengidentifikasi delirium meliputi berikut ini:
 Confusion Assessment Method (CAM)
 Delirium Symptom Interview (DSI)
dapat digunakan untuk  Confusion Assessment Method for the Intensive Care
mendokumentasikan hendaya kognitif
Unit (CAM-ICU)
serta untuk memberikan landasan untuk
mengukur perjalanan klinis pasien.  Intensive Care Delirium Screening Checklist (ICDSC)
Keparahan gejala delirium dapat dinilai dengan Delirium
Detection Scale (DDS) dan Memorial Delirium Assessment
Scale (MDAS).[3]
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 7

Tes laboratorium
Neuroimaging
Electroencephalogram (EEG)
Rontgen dada

Delirium
8

Delirium
Perbedaan Gambaran Klinis Delirium dan Demensia
 
Delirium Demensia
H. DIAGNOSIS
Gangguan daya ingat +++ +++
BANDING
Gangguan proses pikir ++ +++

Gangguan daya nilai +++ +++

Kesadaran berkabut +++ -

Demensia Major attention deficits


Fluktuasi perjalanan penyakit (1 hari)
Disorientasi
+++
+++
+++
+
+
++
Gangguan persepsi jelas ++ -
Inkoherensi ++ +
Gangguan siklus tidur-bangun ++ +
Eksaserbasi nokturnal ++ +
Insight/ tilikan ++ +
Awitan akut/subakut ++ -
9

H. DIAGNOSIS

Delirium
BANDING
umumnya halusinasi dan waham pada pasien skizofrenia
lebih konstan dan lebih teratur dibandingkan pada pasien
Skizofrenia delirium. Pasien skizofrenia biasanya tidak mengalami
perubahan perubahan tingkat kesadaran atau orientasi.

Pasien delirium dengan gejala hipoaktif mungkin akan


tampak serupa dengan pasien depresi berat namun dapat
dibedakan berdasarkan EEG. Selain itu, pasien depresi
Depresi juga mungkin memiliki gejala kognitif, tetapi tingkat
kesadaran pasien normal.
I. PENATALAKSANAAN 10

Delirium
dukungan fisik
Manajemen Delirium

Terapi suportif sensorik

lingkungan

Haloperidol
Psikosis (Haldol)
Farmakologis Gejala utama
Insomnia lorazepam
J. PROGNOSIS 11

 Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor kausatif yang


relevan tetap ada meski delirum umumnya berlangsung kurang
dari seminggu.
 Setelah identifikasi dilakukan dan faktor kausatif dihilangkan,
gejala delirium biasanya akan surut dalam periode 3-7 hari meski
beberapa gejala mungkin akan memakan waktu hingga 2 minggu
sebeum benar-benar menghilang.
 Semakin tua pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium,
semakin lama waktu yang dibutuhkan delirium untuk mereda.
Delirium
K. KOMPLIKASI 12

Malnutrisi, gangguan cairan dan elektrolit

Delirium
Pneumonia aspirasi
Delirium
Pressure ulcers

Kelemahan, penurunan mobilitas, dan penurunan


fungsi
Jatuh dan perilaku agresif yang mengarah ke cedera
dan patah tulang
Berkeliaran dan tersesat

Gangguan kognitif jangka panjang


13
KESIMPULAN

Delirium
1. Delirium merupakan sindrom, bukan suatu penyakit, dan memiliki banyak kausa,
yang semuanya mengakibatkan pola gejala yang serupa berkaitan dengan tingkat
kesadaran dan gangguan kognitif pasien.
2. Delirium ditandai oleh kebingungan jangka pendek serta gangguan kognisi.
3. Terdapat empat subkategori delirium berdasarkan sejumlah penyebab: (1) kondisi
medis umum, seperti infeksi; (2) terinduksi obat, seperti kokain, opioid, fensiklidin;
(3) etiologi multipel seperti trauma kepala dan penyakit ginjal; dan (4) delirium yang
tak tergolongkan di tempat lain, seperti kurang tidur.
4. Dalam mengobati delirum, tujuan utamanya adalah mengatasi penyebab yang
mendasari. Komponen manajemen delirium termasuk terapi suportif dan manajemen
farmakologis.
5. Semakin tua pasien dan semakin lama pasien mengalami delirium, semakin lama
waktu yang dibutuhkan delirium untuk mereda.
14

Delirium
“Terima Kasih”

WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai