Ada beberapa aspek yang saling berhubungan erat dalam ruang lingkup
manajemen operasional, antara lain:
Produktivitas adalah keluaran (output) produk atau jasa per setiap masukan
(input) sumber daya yang digunakan dalam suatu proses produksi. Tingkat
ukur produktivitas sangat beragam tergantung pada kepentingan yang
terkait. Produktivitas dapat dinyatakan dalam ukuran fisik dan ukuran
finansial apabila kepentingan tersebut adalah keuntungan.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa produktivitas adalah bagaimana
cara mengelola suatu usaha supaya lebih efisien dalam penggunaan input
untuk memaksimalkan produksi output, secara terpadu melibatkan semua
usaha manusia dengan menggunakan ketrampilan, modal, teknologi dan
sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Knowledge
Pengetahuan merupakan akumulasi hasil proses pendidikan baik yang
diperoleh secara formal maupun non formal yang memberikan kontribusi
pada seseorang di dalam pemecahan masalah, daya cipta, termasuk dalam
melakukan atau menyelesaikan pekerjaan. Dengan pengetahuan yang luas
dan pendidikan yang tinggi, seorang pegawai diharapkan mampu
melakukan pekerjaan dengan baik dan produktif.
Skills
Keterampilan adalah kemampuan dan penguasaan teknis operasional
mengenai bidang tertentu, yang bersifat kekaryaan. Keterampilan diperoleh
melalui proses belajar dan berlatih. Keterampilan berkaitan dengan
kemampuan seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan pekerjaan-
pekerjaan yang bersifat teknis. Dengan ketrampilan yang dimiliki seorang
pegawai diharapkan mampu menyelesaikan pekerjaan secara produktif.
Abilities
Abilities atau kemampuan terbentuk dari sejumlah kompetisi yang
dimilki oleh seorang pegawai. Konsep ini jauh lebih luas, karena dapat
mencakup sejumlah kompetensi. Pengetahuan dan ketrampilan termasuk
faktor pembentuk kemampuan. Dengan demikian apabila seseorang
mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi, diharapkan
memilki ability yang tinggi pula.
Attitude
Attitude merupakan suatu kebiasaan yang terpolakan. Jika kebiasaan
yang terpolakkan tersebut memilki implikasi positif dalam hubungannya
dengan perilaku kerja seseorang maka akan menguntungkan. Artinya
apabila kebiasaan-kebiasaan pegawai adalah baik, maka hal tersebut
dapat menjamin perilaku kerja yang baik pula. Dapat dicontohkan
seorang pegawai mempunyai kebiasaan tepat waktu, disiplin, simple,
maka perilaku kerja juga baik, apabila diberi tanggung jawab akan
menepati aturan dan kesepakatan.
Behaviors
Demikian dengan perilaku manusia juga akan ditentukan oleh
kebiasaan kebiasaan yang telah tertanam dalam diri pegawai
sehingga dapat mendukung kerja yang efektif atau sebaliknya.
Dengan kondisi pegawai tersebut, maka produktivitas dapat
dipastikan akan dapat terwujud.
STUDI KASUS
PT Unilever Indonesia Tbk memulai operasi komersialnya pada
tahun 1933. Pada tanggal 22 November 2000, perusahaan mengadakan
perjanjian dengan PT Anugrah Indah Pelangi, untuk mendirikan
perusahaan baru yakni PT Anugrah Lever (PT AL) yang bergerak di
bidang pembuatan, pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus
cabe dan saus-saus lain dengan merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura
dan merk-merk lain atas dasar lisensi perusahaan kepada PT Al.
Pada tanggal 3 Juli 2002, perusahaan mengadakan perjanjian dengan
Texchem Resources Berhad, untuk mendirikan perusahaan baru yakni PT
Technopia Lever yang bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor
barang-barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos.
Pada tanggal 7 November 2003, Texchem Resources Berhad mengadakan
perjanjian jual beli saham dengan Technopia Singapore Pte. Ltd, yang
dalam perjanjian tersebut Texchem Resources Berhad sepakat untuk
menjual sahamnya di PT Technopia Lever kepada Technopia Singapore
Pte. Ltd.
Dalam Rapat Umum Luar Biasa perusahaan pada tanggal 8 Desember
2003, perusahaan menerima persetujuan dari pemegang saham
minoritasnya untuk mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI)
dari Unilever Overseas Holdings Limited (pihak terkait). Akuisisi ini
berlaku pada tanggal penandatanganan perjanjian jual beli saham antara
perusahaan dan Unilever Overseas Holdings Limited pada tanggal 21
Januari 2004. Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan digabung dengan
PT KI. Penggabungan tersebut dilakukan dengan menggunakan metoda
yang sama dengan metoda pengelompokan saham (pooling of interest).
Perusahaan merupakan perusahaan yang menerima penggabungan dan
setelah penggabungan tersebut PT KI tidak lagi menjadi badan hukum
yang terpisah. Penggabungan ini sesuai dengan persetujuan Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dalam suratnya No.
740/III/PMA/2004 tertanggal 9 Juli 2004.
Pada tahun 2007, PT Unilever Indonesia Tbk. (Unilever) telah
menandatangani perjanjian bersyarat dengan PT Ultrajaya Milk Industry
& Trading Company Tbk (Ultra) sehubungan dengan pengambilalihan
industri minuman sari buah melalui pengalihan merek “Buavita” dan
“Gogo” dari Ultra ke Unilever. Perjanjian telah terpenuhi dan Unilever
dan Ultra telah menyelesaikan transaksi pada bulan Januari 2008.
STRATEGI PEMASARAN PRODUK PT. UNILEVER