Anda di halaman 1dari 24

Ejaan dan Istilah Bahasa

Indonesia
Latar Belakang
Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan karena selain digunakan sebagai alat
komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai alat komunikasi secara
tulisan, di zaman era globalisasi dan pembangunan reformasi demokrasi ini, masyarakat dituntut
secara aktif untuk dapat mengawasi dan memahami infrormasi di segala aspek kehidupan sosial
secara baik dan benar, sebagai bahan pendukung kelengkapan tersebut, bahasa berfungsi
sebagai media penyampaian informasi secara baik dan tepat, dengan penyampaian berita atau
materi secara tertulis, diharapkan masyarakat dapat menggunakan media tersebut secara baik
dan benar.
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan yang dengan cermat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni
Ejaan
Menurut KBBI ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi
kata, kalimat dan sebagainya dalam bentuk tulisan serta penggunaan tanda baca
(KBBI). Ejaan telah melalui pembaharuan hingga kini sistem ejaan Bahasa
Indonesia yang resmi adalah Ejaan yang Disempurnakan.
Sejarah perubahan ejaan
1. Ejaan Van Ophuisjen
Ejaan ini disusun oleh orang Belanda bernama Charles A.van Ophusijen dan dibantu oleh Engku
Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Ejaan ini resmi
diterbitkan pada tahun 1901. Ciri dari ejaan ini adalah penggunaan huruf ‘J’ yang dibaca ‘Y,’
misalnya ‘Jang = yang,’ huruf ‘oe’ yang dibaca ‘u’ (boelan : bulan), huruf ‘tj’ yang dibaca ‘c’ (Tjinta
: cinta), huruf ‘ch’ yang dibaca ‘kh’ (chidmat : khidmat), huruf ‘dj’ yang dibaca ‘j’ (djoedjoer :
jujur).
2. Ejaan Soewandi
Pengubahan ejaan dari van Ophuisjen ke Soewandi dimaksudkan agar terdapat kemudahan
dalam penyederhanaan bahasa yang digunakan. Pembaharuan dari ejaan Soewandi terletak
dalam penggunaan diftong (gabungan 2 huruf vokal).
3. Ejaan Pembaharuan
Ejaan ini dimaksudkan untuk menyempurnakan ejaan sebelumnya. Berdasarkan Surat
Keputusan Menteri P dan K Nomor 48 tahun 1956 ejaan ini membuat standar satu fonem
dengan satu huruf. Selain itu, tanda hubung juga tidak digunakan dalam kata berulang. Ejaan ini
tidak sampai diresmikan dalam undang-undang.
4. Ejaan Melindo
Ejaan ini bertujuan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan kedua negara, yaitu Indonesia
dan Malaysia. Indonesia dan Malaysia sebagai dua negara yang menggunakan bahasa Melayu
pun bersama – sama ingin menyeragamkan ejaan dalam penggunaan bahasa dua negara ini.
sebagian besar perubahan pada ejaan ini sama dengan apa yang ada pada ejaan pembaharuan.
Tetapi gagal diresmikan akibat ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia waktu itu.
5. Ejaan LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)
Ejaan ini disusun oleh Panitia Ejaan Bahasa Indonesia Departemen P dan K. Ejaan ini juga tidak
sempat diresmikan karena menimbulkan reaksi dari publik karena dianggap meniru ejaan
Malaysia, serta keperluan untuk mengganti ejaan belum benar-benar mendesak.
6. Ejaan yang Disempurnakan
Mulai tanggal 16 Agustus 1972, pemerintah Indonesia menetapkan ejaan baru yaitu Ejaan LBK
yang telah disempurnakan, oleh karena itu ejaan ini dikenal sebagai ejaan yang disempurnakan.
Penetapan ini disertai dengan buku saku EYD berwarna merah putih dan buku Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. ejaan ini mengatur secara lengkap tentang kaidah
penulisan bahasa Indonesia, antara lain: tentang unsur bahasa serapan, tanda baca, pemakaian
kata, pelafalan huruf “e”. penggunaan huruf kapital, dan penggunaan cetak miring. Selain itu,
huruf “f”, “v”, “q”, “x”, dan “z” yang kental dengan unsur bahasa asing resmi menjadi bagian
Bahasa Indonesia. 
7. Ejaan Bahasa Indonesia
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 50
Tahun 2015 tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia, EBI pun resmi berlaku sebagai
ejaan baru Bahasa Indonesia. Latar belakang diresmikan ejaan baru ini adalah karena
perkembangan pengetahuan, teknologi, dan seni sehingga pemakaian bahasa Indonesia
semakin luas. Ejaan ini menyempurnakan EYD, terutama dalam hal penambahan diftong,
penggunaan huruf kapital, dan cetak tebal.
Aturan baku penulisan ejaan:
A. Penggunaan Huruf Abjad
Abjad adalah sekumpulan huruf berdasarkan penulisan yang sistematis (berurut). Adapun abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama


Aa a Jj je Ss es
Bb be Kk ka Tt te
Cc ce Ll el Uu u
Dd de Mm em Vv ve
Ee e Nn en Ww we
Ff ef Oo o Xx eks
Gg ge Pp pe Yy ye
Hh ha Qq ki Zz zet
Ii i Rr er
B. Penggunaan Huruf Kapital
Terdapat 15 cara pemakaian huruf kapital. Dalam penulisan karya tulis ilmiah, sering terjadi penyimpangan pemakaian
huruf kapital terutama yang berkaitan dengan penulisan nama orang serta galar dan pangkat, hal-hal geografis, hari-
hari besar atau peristiwa bersejarah, nama badan atau lembaga, judul dan singkatan.

Dalam buku pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD), huruf kapital dipakai dalam hal berikut ini:

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata awal kalimat.
Contoh:
• Kenaikan bahan pokok disebabkan oleh kelangkaan BBM.
• Bencana tanah longsor (landslide) merupakan bencana yang cukup sering terjadi di Indonesia.
Pada contoh di atas, huruf K dan B adalah huruf pertama pada awal kalimat, sehingga huruf K dan B harus
menggunakan huruf kapital.
2. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung.
Contoh:
• Naira menasihatkan, “Jangan lewat di tempat itu, Nak?”
• “Kemarin engkau terlambat,” katanya.
Pada contoh di atas, kalimat dalam tanda petik merupakan petikan langsung atau pernyataan langsung dari
seseorang, biasanya petikan langsung ditulis dalam cerita rekaan atau berita di media cetak, sehingga huruf
pertamanya harus menggunakan huruf kapital.
3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci,
termasuk kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
• Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-nya.
• Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.
Pada contoh di atas, kata –Nya, -Mu, Engkau merupakan kata ganti untuk tuhan, sehingga huruf pertamanya harus
menggunakan huruf kapital.

• Setiap mengaji anak TPA selalu membawa Al-Quran.

Pada contoh di atas, Al-Quran merupakan nama kitab suci dari agama Islam, sehingga setiap awal unsur katanya harus
menggunakan huruf kapital.
4. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang.
Contoh:
• Mahaputra Yamin

Pada contoh di atas, mahaputra merupakan nama gelar kehormatan, dan kata
mahaputra diikuti nama orang yaitu Yamin, sehingga huruf pertama harus menggunakan huruf kapital.
• Pangeran Charles
Pada contoh di atas, pangeran merupakan nama gelar keturunan dan kata pangeran diikuti nama orang yaitu Charles,
sehingga huruf pertama nama gelar harus menggunakan huruf kapital.
• Ustad Solmed
Pada contoh di atas, ustad merupakan nama gelar keagamaan dan kata ustad diikuti nama orang yaitu Solmed, sehingga
huruf pertama nama gelar harus menggunakan huruf kapital.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti
nama orang.
Contoh:
a) Dia baru saja diangkat menjadi sultan.
b) Tahun ini dia pergi naik haji.
Pada contoh di atas, nama gelar sultan tidak diikuti nama orang, sehingga huruf pertama nama gelar tidak menggunakan
huruf kapital.
5. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
• Menteri Pendidikan RI M. Nuh mengunjungi sekolah darurat di Jakarta.
• Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
Pada contoh di atas, presiden merupakan nama jabatan sesorang dan diikuti nama orang yaitu Susilo Bambang Yudhoyono,
sehingga huruf pertama nama jabatan harus menggunakan huruf kapital. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama
nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.
Contoh:
• Kakaknya baru saja diangkat menjadi gubernur di daerahnya.
• Siapa gubernur yang baru dilantik itu?
Pada contoh di atas, nama jabatan gubernur tidak diikuti nama orang, sehingga huruf pertama nama jabatan tidak
digunakan huruf kapital.
6. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.
Contoh:

Dr. doktor
• M.A. master of art
• S.H. sarjana hukum
• Prof. profesor
• Tn. tuan
• Ny. nyonya
• Sdr. Saudara

Dr. Prabowo akan mencalonkan diri kembali dalam Pilpres 2014.
Pada contoh di atas, Dr. Merupakan singkatan dari nama gelar, yaitu Doktor, sehingga huruf pertamanya harus
menggunakan huruf kapital.

7. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
• Surat Anda telah kami terima.
• Sudahkah Anda tahu berita yang sedang beredar mengenai BBM?
Bagaimanapun konteks kalimatnya, penulisan kata Anda harus selalu diawali dengan huruf kapital.7.
PENULISAN KATA
1. Kata Depan
Kata depan, seperti di, ke, dan dari, ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
◦ Di mana dia sekarang?
◦ Kain itu disimpan di dalam lemari.
PENULISAN KATA
2. Partikel
◦ Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
◦ Bacalah buku itu baik-baik!
◦ Apakah yang tersirat dalam surat itu?
◦ Apatah gunanya bersedih hati?
Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
◦ Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana. Jika kita hendak pulang tengah
malam pun, kendaraan masih tersedia.
Partikel per yang berarti „demi‟, „tiap‟, atau „mulai‟ ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya:
◦ Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu.
◦ Harga kain itu Rp50.000,00 per meter.
Pemakaian Tanda baca
D. Pemakaian Tanda baca
A. Tanda Titik (.)
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat pernyataan.
Misalnya: Mereka duduk disana.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
Misalnya:
a. I. Kondisi Kebahasaan di Indonesia
A. Bahasa Indonesia
1. Kedudukan
2. Fungsi
Catatan:
1. Tanda titik tidak dipakai pada angka atau huruf yang sudah bertanda kurung dalam suatu perincian.
Misalnya:
Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai
1) bahasa nasional yang berfungsi,antara lain,
a) lambang kebanggaan nasional,
b) identitas nasional,dan
c) alat pemersatu bangsa;
2. Tanda titik tidak dipakai pada akhir penomoran digital yang lebih dari satu angka (seperti pada Misalnya 2b).
3. Tanda titik tidak dipakai di belakang angka atau angka terakhir dalam penomoran deret digital yang lebih dari
satu angka dalam judul tabel, bagan, grafik, atau gambar.
B. Tanda Koma (,)
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya:
Satu, dua, ...tiga!
tanda koma dipakai sebelum kata penghubung, seperti tetapi, melainkan, dan sedangkan, dalam
kalimat majemuk (setara).
Misalnya: Ini bukan milik saya, melainkan milik ayah saya.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat yang mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Kalau diundang, saya akan datang.
Catatan:
3. Tanda koma tidak dipaki jika induk kalimat mendahului anak kalimat. Misalnya: Saya akan datang
kalau diundang.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, sehubungan
dengan itu, dan meskipun demikian.
Misalnya: Mahasiswa itu rajin dan pandai. Oleh karena itu, dia memperoleh beasiswa belajar di luar negeri.
5. Tanda koma dipakai sebelum dan/atausesudah kata seru, seperti o,ya, wah, aduh, atau hai, dan kata yang dipakai sebagai sapaan, seperti
Bu, Dik, atau Nak. Misalnya: O, begitu? Dia baik sekali, Bu.
6. Tanda koma dipakai sebelum angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 12,5 m Rp500,50

7. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan atau keterangan aposisi. Misalnya: Di daerah kami, misalnya, masih
banyak bahan tambang yang belum diolah.
8. Tanda koma dapat dipakai di belakang keterangan yang trdapat pada awal kalimat untuk menghindari salah baca/salah pngertian.
Misalnya: Atas perhatian Saudara, kami ucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Atas perhatian Saudara kami ucapkan terima kasih (As‟ad Sungguh, 2016: 39-43)
C. Tanda Titik Koma (;)
Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara yang lain di dalam kalimat majemuk. Misalnya: Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku.
Tanda titik koma dipakai pada akhir perincian yang berupa klausa. Misalnya:
Syarat penerimaan pegawai di lembaga ini adalah:
1) berkewarganegaraan Indonesia;
2) berijazah sarjana S-1;
3) berbadan sehat; dan bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian pemerincian dalam kalimat yang sudah menggunakan
tanda koma. Misalnya: Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaus; pisang, apel, jeruk.
(Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 : 44-45).
D. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti pemerincian atau penjelasan.
Misalnya: Mereka memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
2. Tanda titik dua tidak dipakai jika perincian atau penjelasan itu merupakan pelengkap yang mengakhiri
pernyataan. Misalnya: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari
3. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian. Misalnya:
a. Ketua : Ahmad Wijaya
b. Sekertaris : Siti Aryani
c. Bendahara : Aulia Arimbi
4. Tanda titik dua dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan. Misalnya:

Ibu : “Bawa koper ini, Nak!”

Amir: “Baik, Bu.”

Ibu : “Jangan lupa, letakkan baik-baik!”

5. Tanda titik dua dipakai di antara

(a) jilid atau nomor dan halaman,

(b) surah dan ayat dalam kitab suci,

(c) judul dan anak judul suatu karangan, serta

(d) nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.

Misalnya:

Horison, XLIII, No. 8/2008: 8

Surah Albaqarah: 2-5 (Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 : 45-47).
2.2 Istilah
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambing dan yang dengan cermat
mengungkapkan makna konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Tata istilah adalah perangkat asas dan ketentuan pembentukan istilah serta kumpulan
istilah yang dihasilkannya (Pedoman Umum Pembentukan Istilah).
Istilah Umum adalah istilah yang menjadi unsur bahasa yang digunakan secara umum.
Misalnya :
A. Anggaran Belanja
B. Daya
C. Nikah
D. Radio
E. Takwa
Istilah khusus ialah istilah yang pemakaiannya dan/atau maknanya terbatas pada bidang tertentu.

Misalnya :

A. Komunikator

B. Editorial

C. Elit

D. Empiris

Istilah dalam Bahasa Indonesia bersumber dari kosakata bahasa Indonesia, bahasa serumpun dan bahasa asing.

1. Kosakata Bahasa Indonesia

Istilah dapat terbentuk dari kosakata Bahasa Indonesia jika memenuhi syarat-syarat:

kata yang paling tepat, misalnya bea – cukai – pajak.

kata yang paling singkat, misalnya perlindungan politik – suaka politik.

kata yang berkesan baik, misalnya perempuan – wanita.

kata umum yang diberi makna baru, misalnya peka – peka cahaya.
2. Bahasa Serumpun
Istilah dapat terbentuk dari bahasa serumpun/daerah jika memenuhi syarat-syarat:
lebih cocok dengan konotasinya, misalnya istilah anjangsana, tuntas, jamban.
lebih singkat dibandingkan Bahasa Indonesianya, misalnya istilah mawas diri, luwes, sandang pangan.
3. Bahasa Asing
Bahasa Indonesia banyak menyerap bahasa asing. Bahasa asing ini dapat dipertimbangkan membentuk
istilah baru apabila memenuhi syarat:
lebih cocok dengan konotasinya, misalnya profesional, kritik, kecaman, amatir
lebih singkat dibanding terjemahan aslinya dalam Bahasa Indonesia, misalnya studi, diplomasi, dokumen
kemudahan dalam komunikasi antarbahasa, misalnya inflasi, bursa, satelit

Anda mungkin juga menyukai