Anda di halaman 1dari 11

Kaidah-Kaidah Fiqh

Kelompok 7:
Abdul Aziz Alfiyan 1198030001
Ahda Ghassani F.R 1198030010
Aulia Dewi Oktafiani 1198030040
Pengertian Kaidah Fiqh
Istilah kaidah-kaidah fiqh adalah terjemahan dari bahasa arab al-qawa’id al-fiqhiyah. Al-qawa’id
merupakan bentuk plural (jamak) dari kata al-qa’idah yang secara kebahasaan berarti dasar, aturan atau
patokan umum. Sedangkan kata al-fiqhiyah berasal dari kata al-fiqh yang berarti paham atau
pemahaman yang mendalam (al-fahm al-’amiq) yang dibubuhi ya’ an-nisbah untuk menunjukan
penjenisan atau pembangsaan atau pengkategorian.
Dengan demikian, secara kebahasaan, kaidah-kaidah fiqh adalah dasar-dasar, aturan-aturan atau
patokan-patokan yang bersifat umum mengenai jenis-jenis atau masalah-masalah yang masuk dalam
kategori fiqh. Pengertian yang lebih sederhana dari Kaidah Fiqih adalah sebuah pedoman umum (kaidah-
kaidah universal) bagi pelaksanaan hukum Islam aplikatif (Fiqih).

.
Beberapa Kaidah-Kaidah Fiqh
Dalam berbagai literatur, macam-macam kaidah fiqh secara umum disusun dengan
sistematika sebagai berikut:
 Pertama, kaidah-kaidah fiqh induk (al-qawaid al-asasiyah Disebut induk, karena banyak
kaidah-kaidah cabang yang dapat dikembalikan atau diproyeksikan kepadanya.
 Kedua, kaidah-kaidah fiqh cabang yang disepakati oleh mayoritas ulama.
 Ketiga, kaidah-kaidah fiqh cabang yang diperselisihkan oleh para ulama.
Kaidah-Kaidah Asasi
Ada banyak sekali kaidah fiqh yang dihasilkan oleh para ulama. Kaidah asasi/induk adalah
kaidah fikih yang tingkat kesahihannya diakui oleh seluruh aliran hukum islam. kaidah-kaidah
yang asasi ada lima, biasa disebut sebagai al-qawa'id al-fiqhiyah al-khams atau al-qawa'id al-fiqhiyah
al-kubra. Berikut ini ringkasan mengenai lima kaidah fiqhiyah tersebut.

 Kaidah pertama:

‘’Perkara tergantung pada tujuannya’’ ‫بــــاـصدـها‬


‫مق‬ ‫\ اـألمور‬
Kaidah ini menegaskan bahwa setiap amalan yang dilakukan seseorang akan sangat tergantung dari
niatnya. Apakah amalan itu akan diterima oleh Allah atau tidak tergantung pada keikhlasan niat orang
yang beramal.
 Kaidah kedua:

‘’Keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keraguan’’ ‫شك‬


‫بــــ‬
‫يـــل لاــ‬
‫زـا‬ ‫لاــيقينالــ‬
Kaidah kedua ini berasal dari hadits tentang orang yang ragu – ragu apakah dia telah buang angin atau
tidak dalam sholatnya. Kemudian, Rasulullah bersabda:
“Hendaknya ia tidak meninggalkan (membatalkan) sholatnya sampai ia mendengar suara atau mendapati
bau (dari kentutnya).”

Mengenai keragu-raguan ini, menurut asy-Syaikh al-Imam Abu Hamid al-Asfirayniy, itu ada tiga
macam, yaitu:
1. Keragu-raguan yang berasal dari haram.
2. Keragu-raguan yang berasal dari mubah.
3. Keragu-raguan yang tidak diketahui pangkal asalnya atau syubhat.
 Kaidah ketiga:

‘’ Kesempitan mendatangkan kemudahan’’ ‫ا لمشقة ت جلبا لتيسير‬

Maksudnya, apabila terdapat kesulitan dalam suatu hal, maka akan ada kemudahan atas sesuatu yang
sebelumnya baku. Dengan kaidah ini, maka hadirlah berbagai macam rukhshah atau keringanan dalam
beribadah apabila seorang muslim mengalami kesulitan.

 Kaidah keempat:

‘’ Kemudharatan hendaknya dihilangkan’’ ‫ا لضرر ُي زا ل‬

Kaidah ini berisi bahwa seseorang diperbolehkan melakukan sesuatu yang sebelumnya dilarang untuk
menghindari kemudharatan yang lebih besar.
 Kaidah ke lima:

‘’ Adat/kebiasaan bisa dijadikan landasan hukum’’ ‫حكَّمة‬


َ ‫لاــعـادـة ُم‬

Kaidah fiqh ini berasal dari hadits Nabi Muhammad SAW yang menyebutkan:
“Apa yang kaum muslimin menganggapnya baik maka ia di sisi Allah juga baik.”

Islam sangat menghargai budaya atau adat yang dianggap baik. Termasuk di dalam kaidah fiqh ini
adalah penetapan masa haid, besaran nafkah, kualitas bahan makanan untuk kafarat, dan akad jual
beli.
Manfaat Kaidah-Kaidah Fiqh
 Dengan mempelajari kaidah–kaidah fiqh kita akan mengetahui prinsip –prinsip umum fiqh dan
akan mengetahui pokok masalah yang mewarnai fiqh dan kemudian menjadi titik temu dari
masalah–maslah fiqh.
 Dengan memperhatikan kaidah–kaidah fiqh akan lebih mudah menetapakan hukum bagi masalah –
masalah yang dihadapi.
 Dengan mempelajari kaidah fiqh akan lebih arif dalam menerapkan materi –materi
dalam waktu dan tempat yang berbeda, untuk keadaan dan adat yang berbeda
 Meskipun kaidah –kaidah fiqh merupakan teori –teori fiqh yang diciptakan oleh para Ulama,
pada dasarnya kaidah fiqh yang sudah mapan sebenarnya mengikuti Al Qur’an dan Ash-Shunnah,
meskipun dengan cara yang tidak langsung.
.
 Mempermudah dalam menguasai materi hukum.
 Kaidah membantu menjaga dan menguasai persoalan –persoalan yang banyak
diperdebatkan
 Mendidik orang yang berbakat fiqh dalam melakukan analogi ilhaq dan takhrij untuk
memahami permasalahan –permasalahan baru.
 Mempermudah orang yang berbakat fiqh dalam mengikuti (memahami) bagian –bagian
hukum dengan mengeluarkannya dari tempatnya
Terima Kasih

Daftar Pustaka
Andiko, Toha. 2011. Ilmu Qawa'id Fiqhiyyah. Bengkulu : Teras.Asymuni

Rahman, 1976. Qaidah-qaidah Fiqh, cet.I, Jakarta : Bulan Bintang.

Azam, Abdul Aziz Muhammad. 1999. Qawa>‘id al-Fiqh al-Islami>. Kairo: al-Risalah al-Dauliyah.

H.A. Djazuli. 2006. Kaidah-kaidah Fiqh, Jakarta, Kencana, 2006.

Djazuli. 2007. Kaidah-kaidah Fiqih: Kaidah-kaidah hukum Islam dalam menyelesaikan masalah yang

praktis, Jakarta: Kencana.

Anda mungkin juga menyukai