Anda di halaman 1dari 22

BAGIAN ILMU BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

REFERAT :
ABSES PAYUDARA
Pembimbing : dr Aziz Beru Gani, M.Kes, Sp.B

Nurul Ismira K
11120192121
BAB 1 PENDAHULUAN
DEFINISI

Abses payudara merupakan komplikasi dari mastitis, dan abses piogenik


yang dapat berkembang dari mastitis bakterial akut apabila pengobatan
dengan antibiotik tidak berhasil. Lebih sering terjadi pada mastitis non-
nifas daripada di mastitis nifas
EPIDEMIOLOGI
Abses payudara berkembang pada 3 sampai 11% wanita dengan
mastitis dan 0,1-3% pada wanita menyusui. Sekitar 50% bayi
dengan mastitis neonatal akan mengalami abses payudara.

Sekitar 90% dari abses payudara non-laktasi adalah sub-areolar


ETIOLOGI

• Staphylococcus aureus yang resistan terhadap Methicillin


(MRSA)

• Staphylococcus Aureus

• Streptococcus

• Bakteri anaerob
PATOFISIOLOGI

Payudara mengandung
lobulus payudara, yang
masing-masing mengalir ke
saluran laktiferus, yang
kemudian bermuara ke
permukaan puting.

Gambar 1. Anatomi payudara


PATOFISIOLOGI
Sinus Lactiferus
sebagai reservoir Duktus laktiferus Produksi keratin
susu selama mengalami menyebabkan
menyusui epidermalisasi duktus terhambat

Disebabkan
adanya abrasi Pembentukan
pada jaringan Ibu Menyusui
abses payudara
puting susu

Terjadi biasanya
Titik masuk bakteri pada minggu ke 2 Stasis ASI
postpartum
BAB 2 DIAGNOSIS
ANAMNESIS
• Datang dengan mastitis baru atau
berulang

• Riwayat merokok

• Diabetes melitus

• Benjolan berfluktuasi yang jelas di


payudara yang terkena

• Nyeri di payudara yang terkena

• Kemerahan

• Bengkak, demam dan malaise

• kelenjar getah bening aksila Gambar 2. Gejala klinis payudara


membesar
PEMERIKSAAN FISIK
Didapatkan nyeri, eritema, dan kekencangan pada area payudara
di lokasi abses. Massa tidak selalu mudah diraba, terutama jika
terletak jauh di dalam payudara besar. Abses payudara laktasi
cenderung ditemukan di bagian perifer payudara, dan abses
nonlaktasional biasanya ditemukan di lokasi periareolar atau
subareolar.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• USG Mammae
untuk menentukan apakah terdapat
beberapa abses kecil atau satu rongga
terpisah, dan apakah abses terlokalisasi
atau dipisahkan untuk membantu
perencanaan pengobatan

Gambar 3. USG mammae pada abses payudara


PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Mammografi
Mamografi dapat menunjukkan penebalan kulit, kepadatan asimetris, massa, atau
distorsi, mencerminkan infeksi yang mendasari dari abses payudara.

• Pemeriksaan Darah Lengkap dan Kultur


Hitung darah lengkap dan kultur darah diindikasikan pada dugaan infeksi sistemik,
abses, infeksi berulang, atau kegagalan pengobatan
BAB 3 PENATALAKSANAAN
FARMAKOLOGI
Antibiotik oral yang telah digunakan untuk pengobatan abses payudara yaitu
klindamisin, trimetoprim-sulfametoksazol, eritromisin dan kotrimoksazol. Pedoman
antimikroba saat ini, merekomendasikan klindamisin atau trimetoprim-
sulfametoksazol sebagai pilihan awal untuk pengobatan antimikroba oral empiris
untuk abses payudara
NON FARMAKOLOGI
• Insisi Bedah Dan Drainase
Dilakukan insisi di atas titik fluktuasi
atau pembengkakan maksimal kemudian
diirigasi dan dibiarkan terbuka. Setelah
itu bisa dilakukan apusan mikrobiologis
dan reseksi sampel jaringan dari rongga
abses. Kemudian rongga abses diirigasi
secara ekstensi, lalu jaringan nekrotik
diangkat dan kateter drainase lumen
besar dimasukkan. Lalu dibungkus
dengan kain kasa.

Gambar 4. Langkah-langkah insisi pada abses payudara


NON FARMAKOLOGI
• Percutaneus Drainase
Aspirasi perkutaneus pada abses payudara adalah alternatif yang aman dan efektif.
Aspirasi jarum digunakan pada kasus abses kecil dan drainase kateter pada abses
yang lebih besar dari 3 cm.
BAB 4 KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
KOMPLIKASI
• Komplikasi Akut
Infeksi payudara akut dapat menyebabkan berhentinya proses menyusui

• Komplikasi Kronik
Infeksi payudara, termasuk abses yang tidak ditangani secara memadai, kelainan
bentuk payudara yang signifikan, dapat menyebabkan jaringan parut payudara yang
signifikan serta fistula pada payudara
PROGNOSIS
Tingkat kekambuhan abses payudara tinggi (39% -50%) saat dirawat dengan insisi
standar dan drainase, dan tingkat kekambuhan yang lebih tinggi juga terjadi pada
wanita yang menjalani aspirasi jarum halus.
BAB 5 KESIMPULAN
KESIMPULAN
Abses payudara merupakan komplikasi dari mastitis, dan abses piogenik yang dapat
berkembang dari mastitis bakterial akut apabila pengobatan dengan antibiotik tidak
berhasil. Berkembang pada 3 sampai 11% wanita dengan mastitis, dengan kejadian
yang dilaporkan 0,1-3% pada wanita menyusui. Sekitar 90% dari abses payudara
non-laktasi adalah sub-areolar. Tatalaksana yang dapat diberikan yaitu antibiotic,
insisi standar, drainase, dan aspirasi perkutaneus.
Thank You!

Anda mungkin juga menyukai