RELIGIUS
DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING
3 Persyaratan Konselor
HAKIKAT MANUSIA DALAM PANDAN
GAN AGAMA
Hakikat Manusia
Makhluk Tuhan
Mahluk yang homoreligius
Mahluk yang mempunyai fitrah untuk
memahami dan menerima nilai-nilai
kebenaran yang bersumber dari agama serta
sekaligus menjadikan kebenaran agama
sebagai rujukan sikap dan perilakunya.
Hawa nafsu (naluri atau instink) ini Hawa nafsu (naluri atau instink) ini
dapat cenderung pada hal yang positif bisa juga cenderung pada yang
manusia bisa berpotensi sebagai negatif berpotensi sebagai mahluk
mahluk yang takwa (beriman dan yang fujur (musyrik, kufur dan
beramal shaleh) berbuat dzalim, maksiat, jahat dan
buruk).
Kedua hal tersebut dianalogikan seperti dua kutub yang berlawanan. Kutub positif mendorong
manusia pada norma-norma serta nilai-nilai kehidupan yang benar sedangkan kutub negatif
mendorong manusia pada kehidupan yang dijalani atas dasar nafsu/naluri/instink. Hal ini
merujuk pada firman Allah SWT,
“Maka Allah meengilhamkan kepada jiwa manusia sifat jujur dan takwa.”
Peranan Agama dalam Kehidupan
1 Memelihara Fitrah
2 Memelihara Jiwa
3 Memelihara Akal
4 Memelihara Keturunan
Persyaratan Konselor
Sesuai dengan Landasan Religius
Landasan religius dalam bimbingan dan konseling mengimplikasikan bahwa konselor sebagai
“helper”, pemberi bantuan dituntut untuk memiliki pemahaman akan nilai-nilai agama, dan
komitmen yang kuat dalam mengamalkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, khususnya
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada klien atau peserta didik.
Maka Persyaratan yang hendaknya dimiliki Konselor, ialah :
Konselor harus menepati moralitas agama, kode etik, sumpah jabatan dan janji konselor