Anda di halaman 1dari 20

ETIKA DAN

HUKUM
KESEHATAN
~ Ilmu Kesehatan Masyarakat ~
apt. ED. Yunisa Mega Pasha, M.Farm
Outline
• Konsep Etika Kesehatan
• Hukum Kesehatan
• Informed Consent
Pendahuluan
Undang-undang No.36
Tenaga Kesehatan  Tahun 2014 tentang
meningkatkan derajat Tenaga Kesehatan
kesehatan masyarakat
Meningkatkan
profesionalitas tenaga
kesehatan
Kesadaran masyarakat akan
1. Sumpah
hidup sehat meningkat
Profesi
2. Surat Tanda
Jaminan rasa aman serta Registrasi
Kebutuhan akses pelayanan (STR)
pelayanan yang baik bagi
kesehatan meningkat
masyarakat

Diimbangi dengan
meningkatnya mutu pelayanan
(primer, tersier, sekunder)
Konsep Umum Etika Kesehatan
Etika merupakan sebuah gambaran
Etika berarti ilmu yang mengandung
perilaku seseorang yang dilihat dari nilai
unsur-unsur yang baik maupun yang
yang baik dan buruk yang berkaitan
buruk serta tentang hak dan kewajiban
dengan suatu hal yang diperbolehkan atau
moral seseorang dalam berperilaku
tidak diperbolehkan sesuai dengan norma
(Kamus Besar Bahasa Indonesia)
yang ada di masyarakat (Siswati, 2013)

Etika memiliki pengertian yang lebih


sempit lagi yaitu dimaknai sebagai Berdasarkan UU RI No. 36 tahun 2009
aturan yang mengatur tentang moral pasal 24 ayat 2, ketentuan mengenai kode
bagi orang-orang yang menjalankan etik diatur oleh organisasi profesi.
profesi (Darwin, 2014)
Konsep Umum Etika Kesehatan

Pada dasarnya konsep etika kesehatan sama dengan


konsep etika secara umum  berkaitan dengan
penegakan perilaku dalam kehidupan sehari-hari

Kesehatan  etika diperlukan untuk mengatur tingkah


laku tenaga kesehatan dalam menjalankan tugas dan
wewenangnya  Kode etik bagi setiap profesi
kesehatan
Konsep Etika Kesehatan Masyarakat
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni
untuk mencegah penyakit, memperpanjang
masa hidup dan meningkatkan derajat
kesehatan melalui usaha peroganisasian
masyarakat untuk :
Untuk menjaga profesionalitas
• Perbaikan sanitasi lingkungan dalam menjalankan
• Pemberantasan penyakit menular tanggungjawabnya  Ikatan
• Pendidikan untuk kebersihan perorangan Ahli Kesehatan Masyarakat
• Perorganisasian pelayanan medis dan Indonesia (IAKMI) pada tahun
perawatan untuk diagnosis dini dan 2013  membuat kode etik
pengobatan
• Pengembangan rekayasa social untuk
menjamin setiap orang terpenuhi
kehidupan yang layak dalam memelihara
kesehatannya
Konsep Etika
Profesi Kesehatan
Kaidah pokok dalam etika profesi kesehatan
Profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan (Bustan, 2016) :
sebuah pengetahuan dan keterampilan yang berupa
1. Profesi harus dipandang dan dihayati
keahlian di bidang ilmu tertentu (Bustan, 2016)
sebagai suatu pelayanan  artinya yang
dilakukan oleh setiap anggota profesi itu
untuk kepentingan orang lain bukan
Ciri – ciri profesi : kepentingan individu
1. Memberikan pelayanan kepada orang lain secara 2. Setiap anggota profesi diharuskan
langsung melakukan pelayanan yang professional
2. Memiliki kualifikasi pendidikan tertentu dan lulus dengan mendahulukan kepentingan orang
pada ujian kompetensi lain yang mengacu pada norma serta aturan
3. Memiliki anggota yang homogeny yang berlaku
4. Memiliki kode etik tersendiri yang diatur oleh 3. Pengemban profesi harus mengacu pada
organisasi profesi kepentingan masyarakat
5. Menerapkan standar pelayanan sesuai dengan 4. Untuk menjamin pelayanan yang berkualitas
peraturan yang berlaku maka anggota profesi harus mampu bekerja
sama dengan rekan seprofesinya
Skema Hubungan Etika, Pelayanan Kesehatan
dan Tenaga Kesehatan Profesional
Etika

Pengetahuan Benar Baik Skill bertindak

Efisien Efektif
Pelayanan Kesehatan

Tenaga Kesehatan Profesional


Kode Etik Profesi Apoteker
BAB III
BAB I
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 10
Pasal 1
Setiap Apoteker harus memperlakukan Teman Sejawatnya sebagaimana ia sendiri
Sumpah/Janji
ingin diperlakukan.
Setiap Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah
Pasal 11
Apoteker.
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
Pasal 2
mematuhi ketentuan-ketentuan Kode Etik.
Setiap Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
Pasal 12
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
Pasal 3
kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
Setiap Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi Apoteker
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip kemanusiaan
menunaikan tugasnya.
dalam melaksanakan kewajibannya.
BAB IV
Pasal 4
KEWAJIBAN APOTEKER/FARMASIS TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
Setiap Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan pada
KESEHATAN LAINNYA
umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 13
Pasal 5
Setiap Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun dan
Di dalam menjalankan tugasnya setiap Apoteker harus menjauhkan diri dari usaha
meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan tradisi luhur
menghormati Sejawat Petugas Kesehatan.
jabatan kefarmasian.
Pasal 14
Pasal 6
Setiap Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang lain.
dapat mengakibatkan berkurangnya/hilangnya kepercayaan masyarakat kepada
Pasal 7
sejawat petugas kesehatan lainnya.
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
BAB V
Pasal 8
PENUTUP
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan
Pasal 15
di Bidang Kesehatan pada umumnya dan di Bidang Farmasi pada khususnya.
Setiap Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan Kode Etik
BAB II
Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari. Jika
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PENDERITA
seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun idtak sengaja melanggar atau
Pasal 9
tidak mematuhi Kode Etik Apoteker Indonesia, maka Apoteker tersebut wajib
Seorang Apoteker dalam melakukan pekerjaan kefarmasian harus mengutamakan
mengakui danmenerima sanksi dari pemerintah, Ikatan/Organisasi Profesi
kepentingan masyarakat dan menghormati hak asazi penderita dan melindungi
Farmasi yang menanganinya yaitu ISFI dan mempertanggungjawabkannya
makhluk hidup insani.
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
SUMPAH APOTEKER

1. Saya bersumpah / berjanji akan membaktikan hidup saya guna kepentingan


perikemanuasiaan terutama dalam bidang kesehatan.
2. Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
keilmuan saya sebagai apoteker.
3. Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kefarmasian saya
untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.
4. Saya akan menjalankan tugas saya dengan sebaik – baiknya sesuai dengan martabat
dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.
5. Dalam menunaikan kewajiban saya, saya akan berikhtiar dengan sungguh – sungguh
supaya tidak terpengaruh oleh pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan,
kepartaian, atau kedudukan sosial.
6. Saya ikrar sumpah / janji ini dengan sungguh-sungguh dengan penuh keinsyafan
Aspek Hukum Kesehatan
• Hukum adalah seperangkat kaidah yang dibuat oleh penguasa negara atau adat yang
mengatur segala tingkah laku serta hak dan kewajiban setiap manusia dan alam yang
ditempatinya.

• Tujuan hukum kesehatan yaitu untuk melindungi masyarakat khususnya pasien


dalam mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar serta tenaga kesehatan
dalam menjalankan tugasnya sebagai profesi kesehatan.

• Hukum kesehatan adalah semua ketentuan hukum yang berhubungan dengan


pemeliharaan / pelayanan kesehatan dan penerapannya serta hak dan kewajiban baik
perorangan dan segenap lapisan masyarakat sebagai penerima pelayanan kesehatan
maupun dari pihak penyelenggara pelayanan kesehatan dalam aspek organisasi,
sarana pedoman medis nasional/ internasional, hokum di bidang kedokteran,
yurisprudensi serta ilmu pengetahuan bidang kedokteran kesehatan.
Contoh UU No.36 Th 2009 ttg Kesehatan
Contoh UU No.34 Th 2014 ttg Tenaga Kesehatan
Perbedaan Etik dan Hukum
Etik Hukum
Berlaku untuk profesi Berlaku untuk umum
Disusun berdasarkan kesepakan Disusun oleh badan pemerintah yang
anggota profesi berkuasa
Etik bisa tertulis dan titak tertulis Hukum tersusun rinci dalam Undang-
Undang dan lembaran negara
Sanksi etik berupa tuntutan Sanksi hukum berupa tuntutan
Pelanggaran etik diselesaikan oleh Pelanggaran hukum diselesaikan oleh
profesi apparat hukum atau pengadilan
Penyelesaian pelanggaran etik Penyelesaian pelanggaran hukum
tidak selalu disertai bukti fisik harus dengan bukti fisik
Informed Concent
■ Persetujuan tindakan kedokteran atau informed concent sangat
diperlukan dalam pelayanan kesehatan
■ Menurut PMK RI No 290/Menkes/Per/III/2005 informed concent
adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga
terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai
tindakan kedokteran atau kedokteran gigi yang dilakukan
terhadap pasien.
■ Tujuannya adalah memberikan perlindungan kepada pasien
sehingga pasien mendapat kepastian hokum bahwa yang akan
dilakukan oleh dokter atau dokter gigi sesuai dengan prosedur
atau standar pelayanan minimal, selain itu juga sebagai
perlindungan hokum bagi dokter atau dokter gigi yang hendak
melakukan tindakan kedokteran kepada pasien
Contoh
Informed Consent
Contoh
Informed Consent
Contoh
Informed Consent
Peraturan
■ Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
■ Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
■ Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
■ Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 72 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit
■ Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 73 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek
■ Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Puskesmas
■ Peraturan Perundang-Undangan Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian
■ Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Klinik
■ Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotik
■ Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
■ Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor: 1332/menkes/sk/x/2002 tentang ketentuan dan tata
cara pemberian izin apotik
■ Permenkes No. 31 Th 2016 Terkait Perubahan Registrasi, Izin Praktik dan Kerja Tenaga Kefarmasian
■ PMK No. 290 Th 2008 ttg Persetujuan Tindakan Kedokteran
■ dll
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai