Salah satu upaya peningkatan produktivitas guna mendukung program pengembangan agribisnis jagung adalah penyediaan air yang cukup untuk pertumbuhan tanaman. Pengelolaan Air merupakan kunci keberhasilan dalam budidaya pertanian di Lahan Gambut. Pengelolaan air harus disesuaikan dengan kebutuhan perakaran tanaman. Kedalaman muka air tanah pada parit kebun diusahakan agar tidak terlalu jauh dari akar tanaman dan menggenangi akar. Pengaturan tinggi muka air yang tepat untuk mencuci bahan beracun, sehingga tercipta media tumbuh yang baik bagi tanaman Jika permukaan air terlalu dalam maka oksidasi berlebih akan mempercepat perombakan gambut sehingga cepat mengalami penurunan. Salah satu teknik pengelolaan air di Lahan Gambut dapat dilakukan dengan membuat saluran / parit, dengan tujuan : 1. Mengatur ketinggian muka air yang disesuaikan dengan kedalaman perakaran tanaman dan menahan air yang keluar lahan, dengan membuat pintu air atau tabat. 2. Mencuci asam-asam organik dan anorganik yang meracuni tanaman dan memasukkan air segar untuk memberikan oksigen. 3. Keberadaan parit juga berfungsi sebagai sekat bakar yang dapat mencegah kebakaran lahan gambut. 4. Mencegah banjir di musim hujan dan menghindari kekeringan di musim kemarau; 5. Mensuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman; 6. Mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence) terlalu cepat; 7. Memberikan suasana kelembaban yang ideal bagi pertumbuhan tanaman Tabat atau drainase bersekat merupakan salah satu contoh teknologi pengelolaan air untuk mempertahankan tinggi muka air pada musim kemarau. Tabat dapat dibuat secara sederhana atau dengan permanen dengan ketinggian muka air yang kita inginkan. Drainase bersekat dibuat pada saluran tersier dengan kemiringan lahan <5%. Tinggi tabat dibuat 20 cm di bawah muka tanah dengan jarak ≤ 100 m. Lebar pintu tabat disesuaikan dengan lebar parit . Tabat dibuka pada akhir musim kemarau atau menjelang musim hujan untuk mengeluarkan unsur dan senyawa racun berupa asam-asam organik dan ion-ion logam lainnya. Sistem tabat ini memberikan peluang bagi pengembangan jagung sekaligus perbaikan mutu lahan, terutama dalam menurunkan kadar unsur pencemaran (Al, Fe, dan H2S). Kedalaman muka air tanah untuk tanaman jagung berkisar 60-100 cm dari permukaan tanah. Cara mengetahui ketinggian muka air tanah di lahan : 1. Ketinggian muka air tanah dapat di lihat di sumur terdekat 2. Menggali lubang dalam tanah, lalu ditunggu 10-20 menit hingga air menggenangi lubang. 3. Kedalaman air dalam lubang kemudian diukur dari permukaan tanah. Ketepatan pemberian air sesuai dengan tingkat pertumbuhan tanaman jagung sangat berpengaruh terhadap produksi. Periode pertumbuhan tanaman yang membutuhkan adanya pengairan dibagi menjadi lima fase, yaitu fase pertumbuhan awal (selama 15-25 hari), fase vegetatif (25-40 hari), fase pembungaan (15-20 hari), fase pengisian biji (35-45 hari), dan fase pematangan (10-25 hari). Frekuensi dan kedalaman pemberian air dan curah hujan mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil jagung. Tanaman jagung lebih toleran terhadap kekurangan air pada fase vegetatif (fase 1) dan fase pematangan/masak (fase 4). Penurunan hasil terbesar terjadi apabila tanaman mengalami kekurangan air pada fase pembungaan, bunga jantan dan bunga betina muncul, dan pada saat terjadi proses penyerbukan (fase 2). Penurunan hasil tersebut disebabkan oleh kekurangan air yang mengakibatkan terhambat nya proses pengisian biji karena bunga betina/ tongkol mengering, sehingga jumlah biji dalam tongkol berkurang. Hal ini tidak terjadi apabila kekurangan air terjadi pada fase vegetatif. Kekurangan air pada fase pengisian/pembentukan biji (fase 3) juga dapat menurunkan hasil secara nyata akibat mengecilnya ukuran biji . Kekurangan air pada fase pemasakan/ pematangan (fase 4) sangat kecil pengaruhnya terhadap hasil tanaman. Dalam kondisi tidak ada hujan dan ketersediaan air irigasi sangat terbatas maka pemberian air tanaman dapat dikurangi dan difokuskan pada periode pembungaan (fase 2) dan pembentukan biji (fase 3). Pemberian air selama fase vegetatif dapat dikurangi. Dengan irigasi yang tepat waktu dan tepat jumlah maka diharapkan akan didapatkan hasil jagung 6-9 t/ha (kadar air 10-13%), dengan efisiensi penggunaan air 0,8-1,6 kg/m3. Untuk meningkatkan efisiensi pemberian air pada tanaman jagung dapat dilakukan dengan cara mengurangi pemberian air irigasi. Selain dengan irigasi hemat air, salah satu metode yang dapat diterapkan untuk memberikan air irigasi yang efisien dan efektif yaitu dengan irigasi defisit. Hal utama dalam irigasi defisit adalah meningkatkan efisiensi penggunaan air irigasi dengan cara memberikan irigasi tidak penuh (hanya sebagaian dari kebutuhan air irigasi) untuk tanaman pada satu atau lebih dari fase/tahap pertumbuhan tanaman yang memiliki dampak terkecil pada pertumbuhan dan produksi tanaman. pemberian air dengan metode alur paling banyak diterapkan dalam budi daya jagung. Dengan metode ini air diberikan melalui alur- alur di sepanjang baris tanaman. Dengan penggunaan alur untuk mendistribusi- kan air, kebutuhan pembasahan hanya sebagian dari permukaan (1/2-1/5) sehingga mengurangi kehilangan air akibat penguapan, mengurangi pelumpuran tanah berat, dan memungkinkan untuk mengolah tanah lebih cepat setelah pemberian air.