FAKULTAS KEPERAWATAN
ASKEP
KEGAWATDARURATAN
PADA PASIEN CEDERA
KEPALA
Latar belakang
Cedera kepala masih merupakan permasalah kesehatan global sebagai penyebab
kematian, disabilitas, dan deficit mental. Cedera kepala menjadi salah satu
penyebab kematian disabilitas pada usia muda. Penderita cedera kepala sering
mengalami edema cerebri yaitu akumulasi kelebihan cairan di intraseluler atau
ekstraseluler ruang otak atau perdarahan intrakranial yang mengakibatkan
meningkatnya tekanan intra kranial. (Kumar, dkk, 2013) Sedangkan menurut
Smelter & Bare, (2013). Cedera kepala atau trauma kepala merupakan
kerusakan otak dan sel-sel mati tidak dapat pulih akibat dari trauma atau
benturan sehingga darah yang mengalir berhenti walaupun hanya beberapa
menit saja, sedangkan kerusakan neuron tidak dapat mengalami regenerasi.
Jens
Jens Martensson
Martensson 2
Pengertian
• Cedera kepala yaitu adanya deformasi
berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang
tengkorak, percepatan dan perlambatan
(accelerasi-deceleasi) yang merupakan
perubahan bentuk dipengaruhi oleh
perubahan peningkatan pada percepatan
factor dan penurunan kecepatan, serta
notasi yaitu pergerakan pada kepala
dirasakan juga oleh otak sebagai akibat
perputaran pada tindakan pencegahan.
Morton (2012).
Jens
Jens Martensson
Martensson 3
Etiologi
Jens
Jens Martensson
Martensson 4
lanjutan
Jens
Jens Martensson
Martensson 5
Ada 2 macam cedera kepala yaitu:
a. Trauma tajam
• Adalah trauma oleh benda tajam yang menyebabkan cedera setempat dan
menimbulkan cedera lokal. Kerusakan lokal meliputi Contusio serebral,
hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan
masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
b. Trauma tumpul
• Adalah trauma oleh benda tumpul dan menyebabkan cedera menyeluruh
(difusi). Kerusakannya menyebar secara luas dan terjadi dalam 4 bentuk:
cedera akson, kerusakan otak hipoksia, pembengkakan otak menyebar,
hemoragi kecil multiple pada otak koma terjadi karena cedera menyebar pada
hemisfer cerebral, batang otak atau kedua-duanya.
Jens
Jens Martensson
Martensson 6
Gejala klinis cedera kepala
• Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala ringan
• a. Pasien tertidur atau kesadaran yang menurun untuk beberapa saat kemudian sembuh
• b. Sakit kepala yang menetap atau berkepanjangan
• c. Mual atau muntah
• d. Gangguan tidur dan nafsu makan yang menurun
• e. Perubahan kepribadian diri
• f. Letargik
• Tanda-tanda atau gejala klinis untuk yang trauma kepala berat
• a. Gejala atau tanda-tanda kardinal yang menunjukkan peningkatan di otak menurun atau meningkat
• b. Perubahan ukuran pupil (anisokoria)
• c. Triad Cushing (denyut jantung menurun, hipertensi, depresi pernapasan)
• d. Apabila meningkatnya tekanan intracranial terdapat pergerakan atau posisi abnormal ekstermitas
Jens
Jens Martensson
Martensson 7
Komplikasi cedera kepala
Faktor kardiovaskular
1.) Cedera kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung mencakup aktivitas atipikal
moikardial, peubahan tekanan vaskuler dan edema paru
2.) Tidak adanya stimulus endogen saraf simpatis mempengaruhi penurunan kontraktilitas
ventrikel. Hal ini menyebabkan penurunan curah jantung dan meningkatkan tekanan atrium kiri.
Akibatnya tubuh berkompensasi dengan meningkatkan tekanan sisolik. Pengaruh dari adanya
peningkatan tekanan atrium kiri adalah terjadinya edema paru.
Faktor respiratori
1.) Adanya edema paru pada cedera kepala dan vasokonstriksi paru atau hipetensi paru
menyebabkan hiperpnoe dan bronkokonstriksi
2.) Konsentrasi oksigen dan karbon doiksida mempengaruhi aliran darah. Bila PO2 rendah,
aliran darah bertambah karena terjadi vasodilatasi. Penurunan PCO2, akan tejadi alkalosis yang
menyebabkan vasokonstriksi (arteri kecil) dan penurunan CBF (Cerebral Blood Fluid) sehingga
oksigen tidak sampai ke otak denan baik.
Jens
Jens Martensson
Martensson 8
Faktor metabolisme
1.) Pada cedera kepala terjadi perubahan metabolisme seperti trauma tubuh lainnya yaitu
kecenderungan retensi natrium dan air, dan hilangnya sejumlah nitrogen
2.) Retensi natrium juga disebabkan karena adanya stimulus terhadap hipotalamus, yang
menyebabkan pelepasan ACTH dan sekresi aldosteron.
Faktor gastrointestinal
Trauma juga mempegaruhi system gastrointestinal.Setelah cedera kepala (3 hari)
terdapat respon tubuh dengan meransang aktivitas hipotalamus dan stimulus vagal. Hal
ini akan meransang lambung menjadi hiperasiditas, dan mengakibatkan terjadinya stress
alser.
Faktor piskologis
Selain dampak masalah yang mempengaruhi fisik pasien, cedera kepala pada pasien
adalah suatu pengalaman yang menakutkan. Gejala sisa yang timbul pascatrauma akan
mempengaruhi psikis pasien. Demikian pula pada trauma berat yang menyebabkan
penurunan kesadaran dan penururnan fungsi neurologis akan mempengaruhi psikososial
pasien dan keluarga.
Jens
Jens Martensson
Martensson 9
Manifestasi klinis
Cedera kepala ringan sampai sedang Cedera kepala sedang sampai berat
Jens
Jens Martensson
Martensson 10
Penatalaksanaan
Jens
Jens Martensson
Martensson 11
Konsep asuhan keperawatan
Proses keperawatan adalah penerapan pemecahan masalah keperawatan secara ilmiah yang digunakan untuk
mengidentifikasi masalah- masalah pasien, merencanakan secara sistematis dan melaksanakannya serta
mengevaluasi hasil tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan asuhan keperawatan pada pasien cedera kepala
meliputi:
Jens
Jens Martensson
Martensson 12
d. Riwayat kesehatan
3.) Riwayat kesehatan keluarga
1.) Riwayat kesehatan sekarang
Berisikan data ada tidaknya riwayat penyakit
Berisikan data adanya penurunan kesadaran menular seperti hipertensi, diabetes mellitus,
(GCS <15), letargi, mual dan muntah, sakit dan lain sebagainya
kepala, wajah tidak simetris, lemah, paralysis,
perdarahan, fraktur, hilang keseimbangan, sulit
menggenggam, amnesia seputar kejadian, tidak
bias beristirahat, kesulitan mendengar, mengecap
dan mencium bau, sulit mencerna/menelan
makanan
• 2.) Riwayat kesehatan dahulu
• Berisikan data pasien pernah mangalami
penyakit system persyarafan, riwayat trauma
masa lalu, riwayat penyakit darah, riwayat
penyakit sistemik/pernafasan cardiovaskuler,
riwayat hipertensi, riwayat cedera kepala
sebelumnya, diabetes melitus, penyakit jantung,
anemia, penggunaan obat-obat antikoagulan,
aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, dan
konsumsi alkohol ( Muttaqin, A. 2008 ).
Jens
Jens Martensson
Martensson 13
Kualitatif
1.) Tingkat kesadaran 1.Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar
Kuantitatif dengan GCS (Glasgow Coma Scale) sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang
Penilaian GCS keadaan sekelilingnya, nilai GCS: 15 – 14
No Komponen Nilai Hasil
.1. Verbal 1. Hasil berespon
• Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk
2. Suara tidak dapat dimengerti
berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh,
3. Ritihan nilai GCS: 13 - 12.
4. Bicara ngawur / tidakmnyambung
• Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
5. Bicara membingungkan orientasi baik
memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang
berhayal, nilai GCS: 11-10.
2. Motorik 1. Tidak berespon
2. Ekstensi abnormal
• Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun,
3. Fleksi abnormal
respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun
4. Menghindari area nyeri
kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah
dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi
5. Melokalisasi nyeri
jawaban verbal, nilai GCS: 9 – 7.
6. Ikut perintah
• Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
3. Reaksi membuka mata 1. Tidak berespon tetapi ada respon terhadap nyeri, nilai GCS: 6 – 4.
(Eye)
2. Dengan rangsangan nyeri
• Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada
3. Dengan perintah (sentuhan)
respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon
4. Spontan kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada
respon pupil terhadap cahaya), nilai GCS: ≤ 3
Jens
Jens Martensson
Martensson 14
2.) Fungsi motorik
Setiap ekstermitas diperiksa dan dinilai dengan skala berikut ini
yang digunakan secara internasional:
Kekuatan otot
Respon Skala Biasanya klien yang mengalami cedera
Kekuatan normal 5 kepala kekuatan ototnya
Kelemahan sedang, Bisa teragkat, bisa melawan 4
gravitasi, namuntidak mampu melawan tahanan
berkisar antar 0 sampai 4 tergantung
pemeriksa, gerakan tidak terkoordinasi tingkat keparahan cedera
kepala yang dialami klien.
Kelemahan berat, Terangkat sedikit <45 derajat, tidak 3
mampu melawan gravitasi
Jens
Jens Martensson
Martensson 15
Aspek neurologis
• Kaji GCS (cedera kepala ringan 14-15, cedera kepala sedang 9-13,cedera
kepala berat 3-8)
• Disorientasi tempat/waktu
• Reflek patologis dan fisiologis
• Perubahan status mental
• Nervus Cranial XII (sensasi, pola bicara abnormal)
• Perubahan pupil/penglihatan kabur, diplopia, fotophobia, kehilangan sebagian
lapang pandang
• Perubagan tanda-tanda vital
• Gangguan pengecapan dan penciuman, serta pendengaran
• Tanda-tanda peningkatan TIK a.) Penurunan kesadaran, b.) Gelisah letargi, c.)
Sakit kepala, d.) Muntah proyektil, e.) Pupil edema, f.) Pelambatan nadi, g.)
Pelebaran tekanan nadi, h.) Peningkatan tekanan darah systole
Jens
Jens Martensson
Martensson 16
Aspek kardiovaskuler
• Peubahan tekanan darah (menurun/meningkat)
• Denyut nadi (bradikardi, tachi kardi, irama tidak teratur)
• TD naik, TIK naik
System pernafasan
• Perubahan poa nafas (apnea yang diselingi oleh hiperventilasi), nafas berbunyi
stridor, tersedak
• Irama, frekuensi, kedalaman, bunyi nafas
• Ronki, mengi positif
Kebutuhan dasar
• Eliminasi : perubahan pada BAB/BAK (inkontinensia, obstipasi,hematuri)
• Nutrisi : mual, muntah, gangguan pencernaan/menelan makanan, kaji bising usus
• Istirahat : kelemahan, mobilisasi, kelelahan, tidur kurang
Jens
Jens Martensson
Martensson 17
Pengkajian psikologis Nervus cranial
• Gangguan emosi/apatis, delirium 1. N.I : penurunan daya penciuman
• Perubahan tingkah laku atau kepribadian 2. N.II : pada trauma frontalis terjadi
• k. Pengkajian social penurunan penglihatan
Jens
Jens Martensson
Martensson 18
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan diagnostic
X-ray/CT scan
EEG : memperlihatkan keberadaan atau
• Hematom serebral berkembangnya gelombang patologis.
• Edema serebral BAER (Brain Auditory Evoked Respons) :
• Perdarahan intracranial menentukan fungsi korteks dan batang otak.
• Fraktur tulang tengkorak PET (Positron Emission Tomograpfy) :
menunjukan perubahan aktivitas metabolism
MRI : Dengan/tanpa mempengaruhi kontras. pada otak.
Angiografi serebral : menunjukkan kelainan
sirkulasi serebral
Jens
Jens Martensson
Martensson 19
Pemeriksaan laboratorium
• AGD, PO2, PH, HCO3 : untuk mengkaji keadekuatan ventilasi mempertahankan AGD dalam
rentang normaluntuk menjamin aliran darah serebral adekuat) atau untuk melihat masalah
oksigenasi yang dapat meningkatkan TIK.
• Elektrolit serum : cedera kepala dapat dihubungkan dengan gangguan regulasi natrium,
retensi Na dapat berakhir beberap hari, diikuti dengan dieresis Na, peningkatan letargi,
konfusi dan kejang akibat ketidakseimbangan elektrolit.
• Hematologi : leukosit, Hb, albumin, globulin, protein serum.
• CSS : menentukan kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid (warna, komposisi,
tekana).
• Pemeriksaan toksikologi : mendeteksi obat yang mengakibatkan penurunan kesadaran.
• Kadar Antikonvulsan darah : untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif mengatasi
kejang.
Jens
Jens Martensson
Martensson 20
Diagnosa keperawatan
Nyeri akut berhubungan dengan Agen pencedera fisik ditandai dengan Tampak
meringis
• Intervensi
Intervensi utama : manajemen nyeri
Observasi
Identifikasi lokkasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respons nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaru nyeri pada kualitas hidup
Monitor efek samping penggunaan analgetik
Jens
Jens Martensson
Martensson 21
• Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
• Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
• Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Jens
Jens Martensson
Martensson 22
Large image slide
ti da k la ng s un g atau
N a d i s e ca ra la n gsung atau a ra n, k ognitif,
PU L A ng terj , k e s ad
KESIM
a y an g m en genai otak ya b a h n y a fu n g s i neurologis
id er a k ep a la adalah traum an a ta u berpengaruh beru
C ng m enyebabk
k u n de r y a
efek se
mosi
perilaku, dan e
Jens
Jens Martensson
Martensson 23
Thank
You
KELOMPOK 1
Lala M. Dundo 1814201004
Ricky Ungkey 1814201012
Nadya F. F. D Pillot 1814201026
Sitania Tulangow 1814201175