Anda di halaman 1dari 9

PERDARAHAN PERVAGINAM

1. Aborsi Spontan (Keguguran) Aborsi adalah keluarnya janin


sebelum usia kehamilan 20 minggu.

 Tanda dan gejala : Umumnya, pendarahan terjadi dan


diikuti oleh nyeri kram perut.

 Etiologi : sekitar setengah dari aborsi sponran dini disebabkan


oleh abnormalitas kromosom misalnya trisomy. Faktor lainnya
meliputi infeksi (Misalnya Chlamydia tracho matis dan
Lysteria monicytogenes), endokrin (autoantibodi tiroid), faktor
lingkungan (misalnya penggunaan tembakau)
JENIS-JENIS ABORSI SPONTAN

a) Abortus eminens: Pendarahan pada trimester pertama tanpa disertai


kehilangan cairan atau jaringan.

b) Abortus insipiens: Dilatasi serviks pada keadaan selaput ketuban


pecah, paling sering diikuti oleh kontraksi dan keluarnya jaringan
plasenta atau janin atau keduanya.

c) Abortus inkomplet: ditandai dengan pendarahan melalui ostium


cervicalis interna yang mengalami dilatasi, jaeingan atau plasenta
janin atau keduanya, baik sepenuhnya atau sebagian masih berada di
dalam uterus dan dapat perlu dikeluarkan oleh forsep cincin atau
dievakuasi dengan alat penghisap dan kuretase.
a) Abortus komplet: jaringan plasenta atau janin telah dilahirkan seluruhnya
dan secara spontan.

b) Missed abortion: jaringan plasenta atau janin atau keduanya masih tertahan
di dalam uterus, padahal kehamilan ini merupakan kehamilan dalam
Rahim yang gagal.

c) Aborsi terinduksi: Suatu penghentian medis atau bedah elektif terhadap


kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar Rahim.
2. KEHAMILAN ETOPIK

Kehamilan ektopik merujuk pada adanya implantasi


blastokista di luar cavum uteri.

 Gejala:

a) Gejala terkait kehamilan seperti mual, muntah, dan nyeri tekan payudara.

b) Nyeri bahu.

c) Pendarahan pervaginam bisa muncul atau bisa juga tidak.

d) Nyeri pada perut bagian bawah dan atau pelvis.


3. ABRUPTION PLASENTA
 Faktor risiko: penyalahgunaan
a. Insidensi: 1 dari 75-226 kokain, riwayat abruptio plasenta
persalinan. pada kehamilan sebelumnya,
hipertensi pada ibu (kronis
gestasional, atau pre-eklampsia).
b. Tanda dan gejala:  Tata laksana: bergantung pada usia

pendarahan pervaginam kehamilan dan keparahan


abruption pada saat diagnosis,
(meskipun pada 10-20% penentuan waktu dan cara
kelahiran akan ditentukan oleh
kasus tidak ada pendarahan
dokter yang menatalaksana.
pervaginam yang terjadi: Pemantauan hasil laboratorium
secara cermat untuk menilai
namun, justru terjadi hemoglobin, hemotokrit,
pemeriksaan koagulasi, dan kadar
pendarahan uterus fibrinogen akan diperlukan.
4. PLASENTA PREVIA

Plasenta previa terjadi ketika plasenta terletak pada ostium


cervicis dan menutup ostium ini sebagian atau seluruhnya.

a) Insidensi : 4 dari 1000 persalinan.

b) Tanda dan gejala : perdarahan pervaginam yang tidak nyeri.

c) Faktor risiko: pada uterus misalnya kuretase, peningkatan usia ibu,


tingginya jumlah kehanilan yang pernah dijalani, kehamilan
kembar.
5. PLASENTA AKRETA
Plasenta akreta adalah plasentasi abnormal yang terjadi langsung
kedinding uterus akibat devisiensi decidua basalis.

 Insidensi : 1 dari 533 kelahiran

 Tanda dan gejala : perdarahan pervaginam yang tidak nyeri.

 Faktor risiko : plasenta previa, riwayat bedah Caesar sebelumnya.


Tingginya jumlah kehamilan yang pernah dijalani. Peningkatan usia ibu,
dan defek pada dinding ebdometrium.

 Tata laksana : ambil langkah-langkah mencegah dan mempersiapkan


kemungkinan pendarahan postpartum dan meminimalkan komlikasi (misalnya
syok).
6. VASA PREVIA
Vasa previa ditandai dengan insersal velamentosa tali pusat ke
ostium cervicis.

 Insidensi : 1 dari 2500

 Tanda dan gejala : perdarahan akut pada pecahnya selaput ketuban yang
terjadi spontan atau artifisial.

 Faktor risiko : fertilisasi in vitro, plasenta letak rendah, dan kehamilan kembar

a) Tata laksana : melalui anamnesis, vasa previa didiagnosis berdasarkan palpasi tali
pusat yang memiliki pulsasi melalui membrane pada masa intrapartum.

Anda mungkin juga menyukai