Anda di halaman 1dari 19

Tatalaksana COVID-19 pada anak dan

neonatus
Klasifikasi klinis

Klasifikasi Definisi
Tanpa gejala Hasil uji SARS-CoV-2 positif tanpa ada tanda dan
gejala klinis
Ringan Gejala infeksi saluran napas atas seperti demam,
fatigue, mialgia, batuk, nyeri tenggorokan, pilek, dan
bersin. Beberapa kasus mungkin tidak disertai
demam, dan lainnya mengalami gejala saluran
pencernaan seperti mual, muntah, nyeri perut, diare,
atau gejala nonrespiratori lainnya
Sedang Gejala dan tanda klinis pneumonia. Demam, batuk,
takipnu*, dapat disertai ronki atau wheezing pada
auskultasi paru tanpa distres napas dan hipoksemia.
*Takipnu= Frekuensi napas 5 tahun: ≥30x/menit
Berat • Gejala dan tanda klinis pneumonia berat berupa
napas cuping hidung, sianosis, retraksi subkostal,
desaturasi (saturasi oksigen < 92%)
• Adanya tanda dan gejala berbahaya umum
seperti kejang, penurunan kesadaran, muntah
profus, tidak dapat minum, dengan atau tanpa
gejala respiratori
Klasifikasi klinis

Klasifikasi Definisi
kritis Pasien mengalami perburukan dengan cepat menjadi acute
respiratory distress syndrome (ARDS) atau gagal napas atau terjadi
syok, ensefalopati, kerusakan miokard atau gagal jantung,
koagulopati, gangguan ginjal akut, dan disfungsi organ multipel atau
manifestasi sepsis lainnya.

Multisystem inflammatory syndrome Anak dan remaja 0-19 tahun yang mengalami demam ≥ 3 hari DAN
disertai dua dari:
a) Ruam atau konjungtivitis bilateral non purulenta atau tanda
inflamasi mukokutaneus pada mulut, tangan dan kaki
b) Hipotensi atau syok
c) Gambaran disfungsi miokardium, perikarditis, vaskulitis,
abnormalitas koroner (terdiri atas kelainan pada ekokardiografi,
peningkatan Troponin/NT-proBNP)
d) Bukti adanya koagulopati (dengan peningkatan PT, APTT,
Ddimer)
e) Gejala gastrointestinal akut (diare, muntah, atau nyeri perut)
DAN Peningkatan marker inflamasi seperti LED, CRP atau
procalcitonin
DAN Tidak ada penyebab keterlibatan etiologi bakteri yang
menyebabkan inflamasi meliputi sepsis bakteri, sindrom syok karena
Stafilokokkus atau Streptokokkus
DAN Terdapat bukti COVID-19 (berupa RT-PCR, positif tes antigen
atau positif serologi) atau kemungkinan besar kontak dengan pasien
COVID-19
Pemeriksaan swab
• Swab nasofaring negatif  swab swab rektal/
PCR dari sampel feses
Tata Laksana

Definisi operasional kasus Tata laksana Dosis obat


1. Kontak erat tanpa gejala a. Isolasi dan pemantauan
b. Pemeriksaan penunjang 
pemeriksaan PCR
c. Non farmakologi
• Nutrisi adekuat
• Edukasi : pasien,
lingkungan/kamar, keluarga

2.Tanpa gejala terkonfirmasi, a. Isolasi dan pemantauan Dosis vit C


suspek/probable/terkonfirma b. Pemeriksaan penunjang  • Usia 1-3 tahun maks 400
si ringan PCR mg/hr
c. Non farmakologi • Usia 4-8 thn maks 600 mg/hr
• Nutrisi adekuat • Usia 9-13 maks 1,2 gr/hari
• Edukasi • Usia 12-18 thn maks 1,8
d. Farmakologi gr/hari
• Perawatan supportif
• Pemberian vit C
• Zinc 20 mg/hr atau suplemen
lain
Tata Laksana
Definisi operasional Tata laksana Dosis obat
kasus
3.Suspek/probable/terko a. Isolasi dan pemantauan  rawat inap Dosis oseltamivir :
nfirmasi sedang b. Pemeriksaan penunjang  • < 1 tahun : 3 mg/kg /dosis
pemeriksaan PCR, DL dgn hitung jenis, setiap 12 jam
foto toraks. Jika memungkinkan • > 1 tahun :
periksa CRP, fungsi hati, fungsi ginjal, - BB , 15 kg : 30 mg setiap 12
sesuai komorbid jam
c. Non farmakologi
• Oksigenasi karena pada keadaan ini - BB 15-23 kg : 45 mg setiap 12
terdapat takipneu hipoksia
jam
• Cairan maintenance - BB 23-40 kg : 60 mg setiap 12
• Nutrisi adekuat jam
d. Farmakologi - > 40 kg : 75 mg setiap 12 jam
• Perawatan supportif
• Antibiotik iv, ceftriaxon iv 50-100
mg/kgbb/24 jam dan/ atau azitromisin
10 mg/kg jika dicurigai pneumonia
atipikal
• Bila dicurigai ko-infeksi dgn influenza
boleh diberikan oseltamivir
• Pemberian vit. C
• Zinc 20 mg/ hari
Tata Laksana

Definisi operasional kasus Tata laksana Dosis obat

4. Kasus suspek berat dan a. Isolasi dan pemantauan  rawat inap-isolasi Dosis oseltamivir :
kritis tekanan negatif • < 1 tahun : 3 mg/kg /dosis setiap
b. Pemeriksaan penunjang  12 jam
1. pemeriksaan PCR, • > 1 tahun :
2. Orang tua penunggu dilakukan swab
nasofaring - BB , 15 kg : 30 mg setiap 12 jam
3. DL dgn hitung jenis, foto toraks, BGA, CRP, - BB 15-23 kg : 45 mg setiap 12 jam
fungsi hati, fungsi ginjal, faktor koagulasi, d- - BB 23-40 kg : 60 mg setiap 12 jam
dimer, fibrinogen PT/APTT, penanda - > 40 kg : 75 mg setiap 12 jam
inflamasi (ferritin), LDH, dan marker jantung
a. Non farmakologi
• Oksigenasi karena pada keadaan ini
terdapat takipneu hipoksia
• Cairan maintenance
• Nutrisi adekuat jika diputuskan NGT/OGT
harus dilakukan di ruang isolasi tunggal/
bertekanan negatif dengan standart PPI
dengan APD level 3
d. Farmakologi
• Perawatan supportif
• Antibiotik iv, ceftriaxon iv 50-100
mg/kgbb/24 jam dan/ atau azitromisin 10
mg/kg jika dicurigai pneumonia atipikal
• Antibiotik intravena menyesuaikan pola
kuman RS jika ditemukan kecurigaan infeksi
terkait RS
• Bila dicurigai ko-infeksi dgn influenza boleh
diberikan oseltamivir
• Pemberian vit. C
• Zinc 20 mg/ hari
Tata Laksana

Definisi operasional kasus Tata laksana Dosis obat

5. Kasus probable/ a. Isolasi dan pemantauan  ruangan intensif Dosis oseltamivir :


tekanan negatif (sesuai kondisi setempat) • < 1 tahun : 3 mg/kg /dosis setiap
konfirmasi berat dan kritis, b. Pemeriksaan penunjang 
MIS-C 1. pemeriksaan PCR,
12 jam
2. DL dgn hitung jenis, foto toraks, BGA, CRP, fungsi • > 1 tahun :
hati, fungsi ginjal, faktor koagulasi, d-dimer, - BB , 15 kg : 30 mg setiap 12 jam
fibrinogen PT/APTT, penanda inflamasi ferritin,
LDH, IL6,, dan marker jantung,
- BB 15-23 kg : 45 mg setiap 12 jam
a. Non farmakologi - BB 23-40 kg : 60 mg setiap 12 jam
• Oksigenasi karena pada keadaan ini terdapat - > 40 kg : 75 mg setiap 12 jam
takipneu hipoksia
• Cairan maintenance
• Nutrisi adekuat jika diputuskan NGT/OGT harus
dilakukan di ruang isolasi tunggal/ bertekanan
negatif dengan standart PPI dengan APD level 3
d. Farmakologi
• Perawatan supportif
• Antibiotik iv, ceftriaxon iv 50-100 mg/kgbb/24
jam dan/ atau azitromisin 10 mg/kg jika dicurigai
pneumonia atipikal
• Antibiotik intravena menyesuaikan pola kuman
RS jika ditemukan kecurigaan infeksi terkait RS
• Penggunaan antivirus potensial dan
hidroksiklorokuin (perhatikan efek samping)
• Bila dicurigai ko-infeksi dgn influenza boleh
diberikan oseltamivir
• Pemberian vit. C
• Zinc 20 mg/ hari
• Pemberian plasma konvalesen, IVIG,
kortikosteroid, antikoagulan, anti inflamasi anti
IL6
lgoritma Tata Laksana ARDS pada Anak dengan Infeksi Extracorporeal Life
Covid19 (adaptasi dengan persetujuan komite consensus Support (ECLS)
PEMVECC 2020)
Hight Frequency oscillatory
ventilation (HFOV) jika penurunan
compliance pernafasan

Jika tidak ada perbaikan Inhaled nitric oxide (INO) jika


CPAP/Bilevel NIV : target curiga refleks vasokontriksi
Spo2 92-97% dan FiO2 < dalam 60-90 menit
hipoksia pulmonal
60%
Jika tidak memungkinkan Titrasi PEEP dengan menilai
Nasal kanul high flow target oksigenasi dan hemodinamik
Spo2 92-97% dan FiO2 < Anjuran : gunakan PEEP/Fi02
40% yang rendah

Posisikan pasien tengkurap

Bila perlu paralisis muskular 24-48 jam


pertama untuk mengurangi aliran udara
dari tekanan transpulmonal saat nafas
spontan

Target setelah intubasi SpO2 92-


Intubasi dengan cuffed
97% (kasus berat min 88%), FiO2
ETT < 60%, pH > 7,2
Tatalaksana covid-19 pada neonatus
Kasus

Neonatus tanpa gejala lahir dari ibu tersangka/terkonfirmasi


COVID-19: Skrining dengan pemeriksaan
pembuktian virus SARS-CoV-2 dengan
apus nasofaring harus dilakukan segera,
idealnya dua kali dengan interval minimal
24 jam. Diagnosis COVID-19 dapat
disingkirkan bila didapatkan hasil apus
nasofaring tersebut negatif dua kali
pemeriksaan berturut turut.
Neonatus bergejala pemeriksaan laboratorium dan
pencitraan selain untuk pembuktian
COVID-19 juga untuk diagnosis penyakit
utamanya. Neonatus dinyatakan tidak
menderita COVID-19 bila hasil apus
nasofaring tersebut negatif dua kali
pemeriksaan berturut turut.
Diagnosis Penyakit utama
• Infeksi awitan dini COVID-19 (apabila infeksi terjadi dalam 72
jam pasca lahir);
• Infeksi awitan lambat COVID-19 (apabila infeksi terjadi
setelah 72 jam pasca lahir)
Bayi baru lahir dalam keadaan stabil, pasca lahir a. Tersangka COVID-19, semua tindakan dan perawatan
segera dimandikan untuk mengurangi risiko infeksi. dalam isolasi fisik (penularan droplet), dengan APD
tingkat
b. Konfirmasi COVID-19, semua tindakan aerosol
generated dilakukan dalam ruang isolasi dengan APD
tingkat-3.
Pemotongan tali pusat Penundaan pemotongan tali pusat berdasarkan pedoman
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bayi baru lahir
dari ibu tersangka atau terkonfirmasi COVID-19 tidak
dilakukan.
Inisiasi menyusui dini a. Mendiskusikan mengenai keuntungan dan kerugian
imd, dan menjelaskan cara penularan covid
b. IMD dapat dilakukan bila status ibu adalah kontak erat
atau kasus suspek, dan dapat dipertimbangkan pada
ibu dengan status kasus konfirmasi (simtomatik
ringan /asimtomatik), DAN klinis ibu maupun bayi baru
lahir dinyatakan stabil.
c. pencegahan penularan COVID-19 yaitu ibu
menggunakan APD minimal masker.
Rawat gabung a. Bayi sehat dari ibu kasus suspek dapat dirawat
gabung dan menyusu langsung dengan
mematuhi protokol pencegahan secara tepat.
b. Bayi dari ibu kasus konfirmasi atau kasus
probable dilakukan perawatan bayi di ruang
isolasi khusus terpisah dari ibunya (tidak rawat
gabung).
c. Jika kondisi ibu tidak memungkinkan merawat
bayinya maka anggota keluarga lain yang
kompeten dan tidak terinfeksi COVID-19 dapat
merawat bayi termasuk membantu pemberian
ASI perah selama ibu dalam perawatan isolasi
khusus
Rawat gabung untuk ibu suspek dapat dilakukan a. Fasilitas kesehatan mempunyai kamar rawat gabung
bila: perorangan (1 kamar hanya ditempati 1 orang ibu dan
bayinya)
b. Perawatan harus memenuhi protokol kesehatan ketat,
yaitu jarak antara ibu dengan bayi minimal 2 meter.
Bayi dapat ditempakan di inkubator atau cots yang
dipisahkan dengan tirai.
c. ibu rutin dan disiplin mencuci tangan sebelum dan
sesudah memegang bayi.
d. ibu memberlakukan perilaku hidup bersih dan sehat.
e. Ibu harus memakai masker bedah
f. Ruangan rawat gabung memiliki sirkulasi yang baik.
g. Lingkungan disekitar ibu juga harus rutin dibersihkan
dengan cairan disinfektan.
h. Edukasi dan informasi tentang cara penularan virus
penyebab COVID-19.

Rawat Gabung tidak dianjurkan bila


i. Ruang rawat gabung berupa ruangan/bangsal bersama
pasien lain.
j. Ibu sakit berat sehingga tidak dapat merawat bayinya.
Nutrisi a. Pilihan pertama, pada kondisi klinis ibu berat sehingga
ibu tidak memungkinkan memerah ASI  pemisahan
sementara antara ibu dan bayi. Jika ASI perah atau ASI
donor yang layak tidak tersedia, maka pertimbangkan:
ibu susuan (dengan penapisan medis untuk
menghindari risiko transmisi penyakit) atau susu
formula bayi yang sesuai dengan memastikan
penyiapan yang benar, aman dan diikuti bantuan
relaktasi setelah ibu pulih
b. Pilihan kedua, pada kondisi klinis ibu sedang  Pilihan
nutrisinya adalah ASI perah. Ibu memakai masker
selama memerah.
c. kondisi klinis ibu tidak bergejala/ringan dan atau sarana
- prasarana terbatas atau tidak memungkinkan
perawatan terpisah.  Pilihan nutrisinya adalah
menyusui langsung. Ibu menggunakan masker bedah.
Apakah covid dapat menyebabkan
intoleransi laktosa?
• masuknya virus Corona-19 ke dalam sel dimulai dengan fusi
antara membran virus dengan plasma membran dari sel.
Pada proses ini, protein berperan penting dalam proses
pembelahan proteolitik yang memediasi terjadinya proses
fusi membran. Selain fusi membran, terdapat juga
clathrindependent dan clathrin-independent endocytosis
yang memediasi masuknya virus corona ke dalam sel
pejamu. Faktor virus dan pejamu memiliki peran dalam
infeksi corona. Efek sitopatik virus dan kemampuannya
mengalahkan respons imun menentukan keparahan infeksi.
Disregulasi sistem imun kemudian berperan dalam
kerusakan jaringan pada infeksi corona virus. Respons imun
yang tidak adekuat menyebabkan replikasi virus dan
kerusakan jaringan. Di sisi lain, respons imun yang
berlebihan dapat menyebabkan kerusakan jaringan  jika
terjadi di usus menyebabkan vili-vili usus rusak  penurunan
enzim laktase sehingga ketika terdapat makanan yang
mengandung laktosa tidak dapat diabsorbsi.
Jenis-jenis susu free laktosa
• Contoh susu bebas laktosa adalah LLM, ALMIRON,
AL110, PROTAGEN, BEBELAC FL
• Cara memberi susu : sterilkan botol susu
• Panaskan air mendidih, didiamkan selama 10-15
menit, dituang lalu dimasukan susu  di kocok, jika
masih panas maka di rendam di baskom yang berisi
air.

Anda mungkin juga menyukai