Anda di halaman 1dari 43

TUBERKULOSIS

ANAK
dr. Anis Marfuah, Sp.A, M.Kes

1
PENDAHULUAN

◦ Dalam rangka eliminasi TB tahun 2030 dan masih terdapatnya kendala dalam penemuan kasus
TB , baik yang disebabkan karena berbagai hal, salah satunya pandemic COVID -19, maka
strategis DOTS diupayakan lebih optimal

◦ Berbagai regulasi diciptakan untuk mempercepat proses eliminasi TB, salah satunya dengan
pembentukan KOPI TB

2
Diagnosis
◦ Anamnesis
◦ Gejala umum TBC
◦ BB sulit naik, menetap, atau malah turun dalam 2 bulan terakhir
◦ Demam ≥ 2 minggu ( penyebab lain perlu disingkirkan)
◦ Batuk ≥ 2 minggu tidak membaik dengan pengobatan
◦ Pembesaran KGB superfisial terutama daerah leher
◦ Keluhan spesifik tergantung organ yang terkena

3
8.0
7.5
6.7
6.0

4
74
70
64

61

5
Pemeriksaan fisik
TBC PARU
◦ pemeriksaan fisik normal
◦ Status gizi : gizi kurang/ buruk, lihat KMS

TBC EKSTRA PARU


◦ TBC vertebra : gibbus, kifosis
◦ TBC sendi : jalan pincang, nyeri lutut
atau pangkal paha
◦ Pembesaran KGB multiple, tidak nyeri tekan, konfluens
◦ Skrofuloderma : ulkus kulit 6
7
8
9
10
11
Penunjang

◦ Sputum
◦ Radiologi
◦ Tuberculin test

12
Induksi Sputum

◦ Metode pengambilan sputum dengan cara nebulisasi dengan menggunakan salin hipertonis
untuk merangsang pengeluaran sputum pada pasien yang tidak bisa mengeluarkan sputum
dengan spontan

13
Indikasi
◦ PPOK
◦ TB
◦ ASMA
◦ KANKER PARU
◦ BATUK KRONIS
◦ PNEUMONIA PNEUMOCYTIS JEROVEI

14
Kontraindikasi
◦ Anak dalam serangan asma
◦ Adanya tanda distress pernafasan
◦ Wheezing
◦ Epistaksis
◦ Pneumotoraks
◦ Adanya tanda vital abnormal
◦ Fraktur iga dan trauma toraks lain
◦ Menjalani prosedur bedah mata

15
Pengendalian infeksi
◦ Petugas memakai masker N95 dan menggunakan sarung tangan disposable selama prosedur
◦ jika induksi dilakukan di ruang terbuka harus memperhatikan arah angin, pasien harus berada
berlawanan dengan arah angin
◦ Jika dilakukan di ruangan, pintu dan jendela dalam keadaan terbuka dan gunakan kipas angin
untuk mengarahkan angin menjauhi petugas
◦ Nebulisasi dan tabung harus disterilkan sesudah digunakan (sesuai prosedur) selama 15-20
menit.

16
Persiapan prosedur
◦ Puasa sebelum prosedur
◦ Anak harus dipuasakan kurang lebih 6 jam sebelum Tindakan
◦ Prosedur tidak boleh dilakukan jika pasien makan 3 jam sebelum Tindakan
◦ Pemberian obat dengan sedikit minum diperbolehkan

Persiapan tempat dan tenaga Kesehatan


◦ Tempat yang tenang dan nyaman
◦ Lengkapi formulir permintaan laboratorium
◦ Tenaga Kesehatan yang melakukan minimal tenaga perawat terlatih

17
Peralatan yang digunakan

Salbutamol dengan normal salin


Masker N95
Alat nebulisasi ultrasonik
Larutan salin hipertonis steril (3-5%)
Salbutamol dan larutan Nali 0.9%
(normal salin)
Alat penghisap dan kateter Yankeur
Alat saturasi oksigen
Silinder oksigen
Nebulisasi volume kecil
18
Peralatan yang digunakan

Kompresor

Lampu infra red

Penampung sputum

Desinfektan

Sarung tangan disposible

Formulir pemeriksaan laboratorium yang


Sudah dilengkapi identitas pasien

19
Prosedur

◦ Pasien diberi premedikasi salbutamol inhalasi dengan dosis 2.5 -4 mg dalam normal salin
(Nacl 0.9%) dalam 3-5 menit untuk mencegah bronkokonstriksi

◦ Tambahkan salin hipertonis (Nacl 3% atau 5%)ke dalam larutan tersebut

◦ Teruskan nebulisasi kurang lebih 10 menit


◦ Jika anak batuk selama periode ini dan ada specimen , prosedur dihentikan

◦ Jika anak tidak menghasilkan specimen selama 10 menit, masukkan kateter penghisap ke orofaring
atau nasofaring untuk merangsang batuk

20
Prosedur

◦ Jika telah didapatkan sputum dalam jumlah adekuat pada daerah


nasofaring tempatkan kateter pada jalan nafas
◦ Gunakan vakum sampai paling tidak menghasilkan 2 ml sputum.
Mulailah pada tekanan 15-20kPa dan naikkan bertahap jika
diperlukan
◦ Pastikan wadah sputum tertutup rapat dan berlabel identitas
lengkap

21
Setelah prosedur

◦ Anak dipantau beberapa menit setelah prosedur.


◦ Jika saturasi oksigen mulai menurun dan ada tanda distress pernafasan, berika oksigen dan
isap untuk membersihkan sputum di jalan nafas
◦ Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa batuk masih bisa terjadi dalam 24 jam
◦ Kirim sampel ke laboratorium sesegera mungkin
◦ Jauhkan sampel dari sinar matahari langsung

22
Penghentian prosedur

◦ Distres pernafasan, termasuk peningkatan respirasi, wheezing, tarikan dinding dada, kesulitan
bernafas, nafas cuping hidung dayau sianosis
◦ Keringat berlebihan
◦ Mual dan muntah
◦ Pusing, rasa berputar atau penurunan kesadaran

23
RADIOLOGI
Foto toraks antero-posterior (AP), dapat dilakukan lateral kanan
Gambaran radiologis sugestif TBC di antaranya:
• Pembesaran kelenjar hilus
• Konsolidasi
• Milier, bila dibutuhkan.
• Kavitas, sugestif TBC
hilus,
• Efusi pleura,
• Atelektasis,
• Kalsifikasi

24
25
26
27
Prinsip terapi TBC

◦ OAT diberikan dalam kombinasi obat, tidak monoterapi


◦ Pengobatan setiap hari secara teratur
◦ Lama pengobatan minimal 6 bulan
◦ Pemberian gizi adekuat
◦ Cari dan terapi penyakit penyerta ( HIV)

28
PENGOBATAN TB PARU ANAK

◦ OAT DIBERIKAN 6 BULAN


◦ FASE INTENSIF 3 OBAT (RHZ) SELAMA 2 BULAN
◦ FASE LANJUTAN 2 OBAT (RH) SELAM 4 BULAN
◦ OBAT DIBERIKAN SETIAP HARI

29
30
31
32
33
34
Pemantauan pengobatan TB Anak
• Pasien TB anak sebaiknya dipantau setiap 2 minggu selama fase intensif, dan sekali sebulan pada fase
lanjutan

• Pada setiap kunjungan dievaluasi respon pengobatan (gejala dan BB), kepatuhan, toleransi, dan
kemungkinan adanya efek samping obat

• Pada pasien TB anak BTA positif: pemantauan sputum harus dilakukan pada akhir bulan ke-2

• Foto rontgen tidak rutin dilakukan dan PPD ulang tidak dilakukan

• Pada pasien TB anak yang tidak berespon terhadap OAT, evaluasi apakah anak manderita TB atau TB
resisten obat

35
Tatalaksana Efek Samping Obat
◦ • Efek samping obat TB lebih jarang terjadi pada anak
• Pemberian etambutol jarang menimbulkan efek samping bila diberikan dengan rentang dosis yang direkomendasi.
• Efek samping utama adalah hepatotoksisitas (isoniazid, rifampisin atau pirazinamid)  namun tidak memerlukan
pemeriksaan kadar enzim hati secara rutin, kecuali bila ada gejala gangguan hati
• OAT Stop bila:
– SGPT ≥3x normal dengan gejala, atau
–SGPT ≥5x normal tanpa gejala, atau
–bilirubin total >1.5 mg/dL
–SGPT ↑ dengan nilai berapapun di atas normal sebelum terapi
disertai ikterus, anoreksia, nausea, muntah
• OAT diberikan kembali bertahap bila SGPT ≤2x normal dan gejala (-)

36
KECURIGAAN TBC RO
◦ Riwayat pengobatan TBC 6–12 bulan sebelumnya

• Kontak erat dengan pasien TBC-RO (bisa kontak serumah, di sekolah, di tempat penitipan anak, dsb.)

• Kontak erat dengan pasien yang meninggal akibat TBC, gagal pengobatan TBC, atau tidak patuh dalam

pengobatan TBC

• Tidak menunjukkan perbaikan (hasil pemeriksaan dahak dan atau kultur yang masih positif, gejala

tidak membaik atau tidak ada penambahan berat badan) setelah pengabatan dengan OAT lini pertama

selama 2–3 bulan

37
38
39
TERAPI PENCEGAHAN TB ANAK

40
TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS ANAK
◦ • Rekomendari TPT
– 6 (9) bulan INH setiap hari [6(9)H]
– 3 bulan Rifapentin + INH seminggu sekali (3HP 12 dosis)
– 3 bulan INH + Rifampisin setiap hari (3HR)
– 1 bulan Rifapentin + INH setiap hari (1HP)
– 4 bulan Rifampisin setiap hari (4R)
• Dosis berdasarkan berat badan
– INH: 10 mg/kgBB/hari
– Rifampisin: 15 mg/kgBB/hari
– Saat ini Rifapentin belum tersedia di Indonesia

• Bila selama TPT timbul gejala TBC, evaluasi adanya sakit TBC, dan bila terbukti sakit TBC maka
TPT distop dan mulai pengobatan TBC
41
TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS
(TPT)
◦ REKOMENDASI TPT

◦ 6 BULAN INH SETIAP HARI (6H)

◦ 3 BULAN INH + RIFAMPISIN SETIAP HARI (3HR)

◦ 4 BULAN RIFAMPISIN SETIAPM HARI (4R)

◦ JIKA SELAMA TPT TIMBUL GEJALA TBC,

◦ EVALUASI JIKA TERBUKTI SAKIT TBC, TPT STOP….

◦ MULAI PENGOBATAN TBC.

42
TERIMA KASIH

43

Anda mungkin juga menyukai