Anda di halaman 1dari 29

QBD- 3

REKAYASA
GENETIKA DAN
DIAGNOSTIK
MOLEKULER
HANIFAH RAHMAWATI
8881190002
REKAYASA GENETIKA
Rekayasa genetika adalah proses modifikasi
informasi genetik (transplantasi satu gen ke gen
lainnya) makhluk hidup yang tidak dapat terjadi
melalui perkawinan secara alami.
Metode yang digunakan
• recombinant DNA
• gene targeting
• genome editing

Sembiring GEW, Arifin S, Leviza J. Rekayasa Genetika dan Dampaknya bagi Masyarakat dalam Perspektif Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia [internet].
Medan: USU; 2017 . Available from: http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/18641/130200303.pdf?sequence=1&isAllowed=y
Personal Genetics Education Project. Genetic modification, genome editing, and CRISPR [internet]. Boston: pgEd; 2019 . Available from:
https://pged.org/genetic-modification-genome-editing-and-crispr/
APLIKASI-APLIKASI
REKAYASA GENETIKA
 KEDOKTERAN DAN FARMASI
• Rekayasa pada sel somatis terapi genetik
• Rekayasa pada sel germinal gene editing for reproduction
• Produk farmasi

Center for Genetics and Society. Human Genetic Modification [iInternet]. Berkeley. 2019. Available from:
https://www.geneticsandsociety.org/topics/human-genetic-modification
Lumen. Whole Genome Methods and Pharmaceutical Application of Genetic Engineering [Internet]. Available from :
https://courses.lumenlearning.com/microbiology/chapter/whole-genome-methods-and-pharmaceutical-applications-of-genetic-engineering/
APLIKASI-APLIKASI
REKAYASA GENETIKA
INDUSTRI MAKANAN
• Tanaman, contoh tanaman hasil
rekayasa genetika adalah kapas,
kanola, safflower, anyelir, kedelai,
kentang, dan beras; menghasilkan
tanaman berkualitas tinggi.
• Hewan, contohnya domba transgenik.
DNA domba disisipi gen manusia yang
disebut factor VIII (protein pembeku
darah) dengan harapan gen tersebut
diekspresikan; menghasilkan susu
yang mengandung factor VIII yang
dapat dimurnikan untuk menolong
penderita hemophilia.
Higgins TJ, Anderson M. Genetic Modification / Question and Answer [Internet]. Canberra: Australian Academy of Science. Available from:
https://www.science.org.au/files/userfiles/learning/documents/genetic-modification.pdf
Sutarno. Rekayasa Genetik dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang Peternakan. Proceeding Biology Education Conference. 2016; 13(1): 23-27.
Available from: https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/5642/5010
ENZIM YANG
DIGUNAKAN
No Enzim Fungsi
1 Retriksi endonuklease Memotong DNA
2 Retriksi eksonuklease Mengkatalis hidrolisis nukleotida terminal dari
ujung DNA
3 DNA ligase Menyambungkan DNA
4 Transkripsi balik Sintesis DNA dari cetakan RNA
5 Polimerase Membuat salinan molekul asam nukleat
6 Fosfatase Defosforilasi ujung 5’RNA dan DNA
7 Polynucleotide Mengkatalisasi sintesis (RNA) dari campuran
phosphorylase (PNPase) fosfat.
8 Transferase terminal Menambahkan nukleotida ke ujung 3’DNA
9 Rekombinase Mengkatalis rekombinasi situs spesifik antara
DNA yang mengandung sekuen target yang
homolog.

Rodwell VW, Bender DA, Botham KM, Kenelly pJ, Weil pA. Harper’s illustrated biochemistry. 30th Ed. New York: McGraw-Hill Education;2015.
NPTEL. Enzyme in Genetic Engineering.[Internet].MHRD.Available from :https://nptel.ac.in/content/storage2/courses/102103013/pdf/mod2.pdf
KLONING DNA
Transplantasi Nukleus
(Kloning) adalah teknologi yang
digunakan untuk menghasilkan
individu duplikasi (mirip dengan
induknya).
Unsur-unsur diperlukan
• Enzim retriksi (pemotong
DNA)
• Kloning vektor (pembawa)
• Enzim ligase (menyambung
rantai DNA)

Sutarno. Rekayasa Genetik dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang Peternakan. Proceeding Biology Education Conference. 2016;
13(1): 23-27. Available from: https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/5642/5010
Khan Academy.Overview DNA cloning.[Internet]. Available from : https://
www.khanacademy.org/science/biology/biotech-dna-technology/dna-cloning-tutorial/a/overview-dna-cloning
KLONING DNA
Proses dasar dalam kloning DNA:
1. Pemotongan DNA (DNA organisme
yang diteliti dan DNA vektor)
2. Penyambungan potongan-potongan
(fragmen) DNA organisme dengan
DNA vektor menggunakan enzim
ligase
3. Transformasi rekombinan DNA
(vektor + DNA sisipan) ke dalam sel
bakteri Eschericia coli.
4. Seleksi (screening) untuk
mendapatkan klon DNA yang
diinginkan.
Sutarno. Rekayasa Genetik dan Perkembangan Bioteknologi di Bidang Peternakan. Proceeding Biology Education Conference. 2016;
13(1): 23-27. Available from: https://jurnal.uns.ac.id/prosbi/article/view/5642/5010
Khan Academy.Overview DNA cloning.[Internet]. Available from : https://
www.khanacademy.org/science/biology/biotech-dna-technology/dna-cloning-tutorial/a/overview-dna-cloning
TEKNIK DASAR
REKAYASA GENETIKA
Polymerase Chain Reaction (PCR), suatu metode
enzimatis dalam bidang biologi molekuler yang
bertujuan untuk melipat gandakan secara
eksponensial suatu sekuen nukleotida tertentu
dengan jumlah kelipatan ribuan hingga jutaan salinan
secara in vitro.
1. Denaturasi (96ºC)
Panaskan reaksi dengan kuat untuk memisahkan,
atau denaturasi, untaian DNA.
2. Annealing (55-65ºC)
Suhu diturnkan; primer dapat mengikat urutan
pelengkap mereka pada cetakan DNA beruntai
tunggal.
3. Extension (72ºC)
Naikkan suhu reaksi sehingga DNA polimerase
memperpanjang primer; sintesis untaian DNA baru.
Bccampus. Cloning and Genetic Engineering [Internet]. Available from:
https://opentextbc.ca/biology/chapter/10-1-cloning-and-genetic-engineering/
Khan Academy. Polymerase Chain Reaction (PCR) [Internet]. Available from:
https://www.khanacademy.org/science/biology/biotech-dna-technology/dna-sequencing-pcr-electrophoresis/a/
polymerase-chain-reaction-pcr
TEKNIK DASAR
REKAYASA GENETIKA
DNA REKOMBINAN
1. Pemotongan Gen
Enzim endonuclease restriksi memotong
untai DNA pada titik-titik spesifik. Umumya
mengenali sekuens yang mengandung 4-8
nukelotida. Hasil pemotongan: memotong
tulang punggung gula fosfat di kedua untai
DNA secara tidak merata.
2. Ligasi
Sticky end akan berikatan dengan
potongan DNA lain; direkatkan secara
permanen oleh enzim ligase.
3. Seleksi dan Deteksi Hasil Cloning

Reece JB, Campbell NA, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA, Minorsky PV, et al. Biology. 8th ed. Boston:
Pearson; 2011. 431p.
TEKNIK DASAR
REKAYASA GENETIKA
DIRECTED MUTAGENESIS
teknik yang sangat serbaguna yang dapat digunakan untuk
memperkenalkan substitusi nukleotida tertentu (atau penghapusan) dengan
cara yang disesuaikan.
• kloning konvensional, memperkenalkan atau menghapus situs
restriksi
• pemetaan elemen pengatur, memutasi promotor / peningkat dalam
konstruksi reporter
• analisis fungsional protein, melakukan mutagenesis pemindaian
alanine atau penggantian substitusi residu utama yang ditargetkan
• analisis SNP, memperkenalkan SNP yang terjadi secara alami dalam
konteks plasmid
• sistem CRISPR-Cas9, pengeditan gen dalam sel dan organisme hidup

Laursen K. Site Directed Mutagenesis by PCR [Internet]. Addgene blog : 2016 .


Available from : https://blog.addgene.org/site-directed-mutagenesis-by-pcr
BIOLOGI MOLEKULER DALAM
PENGEMBANGAN VAKSINASI

Vaksin Generasi Pertama Vaksin Generasi Kedua


• mengandung mikroorganisme • mengandung mikroorganisme
hidup yang telah dilemahkan. yang telah dimatikan meng-
gunakan zat kimia tertentu
• dapat bermutasi kembali
(formalin atau fenol).
menjadi virulen; menimbulkan
efek yang tidak diinginkan • sering mengalami kegagalan
atau tidak menimbulkan
• tidak dianjurkan diberikan
respon imun tubuh.
kepada penderita yang
mengalami
imunokompromais.

Rajdi M. Vaksin DNA: Vaksin Generasi Keempat. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2009; 6(1): 28-37. Available from: http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3433
BIOLOGI MOLEKULER DALAM
PENGEMBANGAN VAKSINASI
Vaksin Generasi Ketiga Vaksin Generasi Keempat
• mengandung fragmen antigenik • vaksin DNA
dari suatu mikroorganisme yang
• Unit propagasi plasmid,
dapat merangsang respon imun.
pengendali replikasi dan
• dibuat melalui teknik rekayasa perbanyakan plasmid DNA
genetika untuk memperoleh secara in vitro dalam sel
fragmen antigenik dari mikro- bakteri.
organisme, sehingga disebut
dengan vaksin rekombinan. • Unit fragmen DNA yang
mengandung gen vaksin,
• hanya dapat menimbulkan
mengekspresi protein asing di
respon imun humoral dan tidak
dapat menimbulkan respon dalam sel hospes (tubuh
imun seluler. manusia).

Rajdi M. Vaksin DNA: Vaksin Generasi Keempat. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2009; 6(1): 28-37. Available from: http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3433
MEKANISME VAKSIN DNA
1. Penyuntikkan plasmid ke dalam jaringan; plasmid DNA akan bereplikasi secara
otonom dan memproduksi protein asing atau antigen yang dikode oleh gen
vaksin.
2. Antigen menstimulasi sel B; produksi antibodi terhadap antigen atau protein
asing yang dikode oleh plasmid DNA.
3. Sel yang mengandung antigen asing dapat bersifat sebagai APC (antigen
presenting cells), yang kemudian dapat melalui jalur-jalur tertentu (MHCI pada
sel CD8+T atau MHC II pada sel CD4+T).
4. Protein asing juga dapat langsung masuk ke dalam suatu APC. Ex: sel
dendritik, dapat merangsang sistem imun humoral juga dapat merangsang
sistem imun selular.
5. Proses pembentukan antigen oleh sel hospes setelah vaksinasi DNA
menyerupai produksi antigen pada saat terinfeksi dengan mikroorganisme
secara alamiah; respon imun yang dihasilkannya pun sama.

Rajdi M. Vaksin DNA: Vaksin Generasi Keempat. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2009; 6(1): 28-37. Available from: http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3433
KELEBIHAN VAKSIN
DNA
• Dapat merangsang respon imun humoral dan selular.
• Plasmid DNA mudah diproduksi dalam jumlah yang besar
secara lebih ekonomis, dalam waktu yang lebih cepat
dibandingkan dengan vaksin konvensional.
• DNA sangat stabil, tahan terhadap perubahan suhu sehingga
lebih mudah untuk disimpan dan didistribusikan.
• Sekuen DNA dapat diubah dengan mudah dalam laboratorium,
sehingga vaksin DNA dapat disesuaikan dengan perubahan
mikroorganisme pathogen.
• Dapat direkayasa gabungan beberapa plasmid DNA yang
mempunyai spektrum luas untuk beberapa epitop antigen.

Rajdi M. Vaksin DNA: Vaksin Generasi Keempat. Majalah Ilmu Kefarmasian. 2009; 6(1): 28-37. Available from: http://psr.ui.ac.id/index.php/journal/article/view/3433
DETEKSI ASAM NUKLEAT
Non-amplified Nucleic Acid Probes
• Southern blotting, mendeteksi gen spesifik dalam DNA seluler
• Northern blotting, adalah variasi dari teknik Southern blotting;
digunakan untuk mendeteksi RNA.
• In-Situ Hybridization (ISH), mendeteksi urutan homolog DNA
atau RNA tidak hanya dalam ekstrak sel, tetapi juga dalam
kromosom atau sel utuh.
• Hibridisasi Fluoresensi In Situ (FISH), mendeteksi hepatosit
virus pada hepatosit manusia.

Cooper GM, Haussman RE. The Cell: A Molecular Approach. 4th Ed [Internet]. Sunderland : Sinauer Associates ; 2007.
Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9916/ )
Behzadi P, Ranjbar R, Alavian SM. Nucleic Acid-Based Approaches for Detection of Viral Hepatitis. Jundishapur J Microbiol [Internet].
Tehran: Jan 2015; 8(1). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4350052/
DETEKSI ASAM NUKLEAT
Amplified Nucleic Acid Probes
Probe Amplification Techniques Target Amplification Technologies
• Cycling Probe Technology (CPT), PCR Techniques
mendeteksi jumlah DNA yang rendah • Real time-PCR (RT-PCR),
sebagai urutan target mendeteksi virus RNA seperti HAV,
• Invader Assay, untuk mendeteksi asam HCV, HDV, HEV, dan HGV.
nukleat dari DNA dan RNA dengan • Nested PCR, sering digunakan
sensitivitas dan akurasi tinggi. untuk mengkonfirmasikan hasil tes
PCR
• Ligase Reaction Chain (LRC),
mendeteksi langsung berbagai agen infeksi • Multiplex PCR, mendeteksi
seperti HAV, HBV, dan HCV. patogen virus seperti HBV
• Branched DNA Technology, mendeteksi Loop-Mediated Isothermal
asam nukleat target terstruktur yang Amplification (LAMP)
bercabang
• Hybrid Capture Assay (HCA),
mendeteksi dan mengidentifikasi HBV
dan HCV.
Cooper GM, Haussman RE. The Cell: A Molecular Approach. 4th Ed [Internet]. Sunderland : Sinauer Associates ; 2007.
Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9916/ )
Behzadi P, Ranjbar R, Alavian SM. Nucleic Acid-Based Approaches for Detection of Viral Hepatitis. Jundishapur J Microbiol [Internet]. Tehran: Jan 2015;
8(1). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4350052/
DETEKSI ASAM NUKLEAT
Microarray
• Prinsip microarray didasarkan pada hibridisasi paralel dari target
(berlabel asam nukleat RNA atau DNA) dan probe (beberapa
spesies asam nukleat individu diimobilisasi pada permukaan padat
dalam bentuk bercak atau fitur) campuran.
• Metode microarray adalah teknologi cepat, akurat, sensitif, dan
spesifik di mana hibridisasi antara probe dan urutan target berlabel
diungkapkan melalui pemindai.
• Microarray mampu menganalisis ribuan gen mikroba, termasuk
sekuens nukleotida virus, secara bersamaan.
• Teknologi Microarray diterapkan untuk mendeteksi berbagai jenis
virus hepatitis baik dalam penelitian maupun spesimen klinis.
• Teknik ini sangat bagus untuk diagnosis multi-sampel; namun, itu
tidak cocok untuk mendeteksi beberapa agen hepatitis virus dalam
sampel terbatas
Cooper GM, Haussman RE. The Cell: A Molecular Approach. 4th Ed [Internet]. Sunderland : Sinauer Associates ; 2007.
Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK9916/ )
Behzadi P, Ranjbar R, Alavian SM. Nucleic Acid-Based Approaches for Detection of Viral Hepatitis. Jundishapur J Microbiol [Internet].
Tehran: Jan 2015; 8(1). Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4350052/
DETEKSI ANTIGEN
(ELISA)
ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) adalah uji
imunologis yang biasa digunakan untuk mengukur antibodi, antigen,
protein, glikoprotein, dan hormon dalam sampel biologis.
Contoh tes: diagnosis infeksi HIV, tes kehamilan, dan menentukan
tipe darah.
4 langkah ELISA:
• Pelapisan (Coating), melapisi pelat microtiter dengan antigen
• Blocking, memblokir semua situs yang tidak terikat dengan
menggunakan bovine serum albumin [BSA]
• Deteksi (Detection), reaksi substrat dengan enzim untuk
menghasilkan produk berwarna
• Pembacaan terakhir (Final Read)

Alhajj M, Farhana A. Enzyme linked immunosorbent assay (ELISA) [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2020.
Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK555922/
DETEKSI ANTIGEN
(ELISA)

Jenis ELISA
Direct Indirect Sandwich Competitive
• Deteksi • Deteksi tdk • penggunaan • Terjadi reaksi
langsung langsung pasangan kompetitif antara
• antibodi • membutuhkan antibodi yang antigen sampel
pendeteksi dua antibodi cocok; tidak dan antigen yang
utama tumpang tindih terikat pada
berikatan (antibodi tangkap sumur-sumur
langsung dan pendeteksi) pelat mikrotiter
dengan protein dengan antibodi
yang diinginkan primer

Boster. Handbook ELISA [Internet]. 3-5p. Available from : https://www.bosterbio.com/media/pdf/ELISA_Handbook.pdf


DETEKSI ANTIGEN
(IMUNOHISTOKIMIA)
Imunohistokimia (IHC) merupakan proses untuk mendeteksi
antigen pada sel dari jaringan dengan prinsip reaksi antibodi yang
berikatan terhadap antigen pada jaringan

Ikatan antara antigen dan antibodi akan memperlihatkan reaksi


warna histokimia yang akan terlihat dengan mikroskop cahaya biasa
atau dengan fluorokrom dengan cahaya ultraviolet.

Duraiyan J, Govindarajan R, Kaliyappan K, Palanisamy M. Applications of Immunohistochemistry. J Pharm Bioallied Sci. 2012; 4(2): 307–9.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3467869/
DETEKSI ANTIGEN
(IMUNOHISTOKIMIA)
Metode IHC
• Pemblokiran, zat endogen seperti peroksidase endogen,
fluoresensi, dan biotin dapat mengganggu hasil IHC; untuk
menghindari pewarnaan positif palsu, bahan endogen harus di
blokir sebelum pewarnaan.
• Visualisasi Kompleks Antibodi-Antigen
• Mengkonjugasikan langsung enzim seperti horseradish
peroxidase (HRP) atau alkaline phosphatase (AP), sehingga
mengkatalisasi reaksi yang menghasilkan warna.
• Langsung mengkonjugasikan fluorofor seperti rhodamin atau
fluorescein
• Secara tidak langsung melalui penggunaan antibodi sekunder
yang terkonjugasi baik terhadap enzim maupun fluorofor

Expedeon. Immunohistochemistry Principles, uses and Methods. 4p. Available from:


https://lucerna-chem.ch/media/downloads/Expedeon/Immunohistochemistry-Principles-uses-and-methods.
DETEKSI ANTIGEN
(WESTERN BLOT)
Western blot sering digunakan dalam penelitian untuk memisahkan dan
mengidentifikasi protein.
• protein dipisahkan berdasarkan berat molekul, sehingga dapat
digolongkan jenisnya melalui elektroforesis gel.
• kemudian hasilnya ditransfer ke membran yang menghasilkan pita
untuk setiap protein.
• membran kemudian diinkubasi dengan label antibodi khusus untuk
protein yang menarik
• antibodi yang tidak terikat dicuci; menyisakan antibodi yang diinginkan.
• antibodi yang terikat kemudian dideteksi dengan mengembangkan film.
• karena antibodi hanya mengikat protein yang diinginkan, hanya satu
pita yang harus terlihat (ketebalan pita sesuai dengan jumlah protein
yang ada)

Mahmood T, Yang PC. Western Blot: Technique, Theory, and Trouble Shooting. N Am J Med Sci [Internet]. 2012 ; 4(9): 429–434.
Available from : https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3456489/
ANTIBODI POLIKLONAL
Pembuatan antibodi poliklonal (4-8minggu):
1. Penyuntikkan antigen spesifik pada hewan,
2. Dalam beberapa minggu hewan tersebut akan
mengeluarkan antibodi (dihasilkan beberapa
antibodi).
3. Suntikan kedua mengaktifkan sel-sel memori;
membuat antibodi IgG terhadap antigen. Sel-sel
memori juga mengalami pematangan afinitas.
4. Antiserum terdiri atas banyak antibodi dari
banyak klon sel B yang masing masing sel B
merespon pada eptiop spesifik.
Antiserum yang diperoleh mengandung antibodi
yang diciptakan dan antibodi terhadap antigen
lain yang telah terpapar hewan selama hidupnya;
harus "dimurnikan" untuk menghilangkan antibodi
lain sebelum menggunakan antibodi untuk
penelitian/tes diagnostik.

Biology Libre Text. Practical Applications of Monoclonal and Polyclonal Antibodies [Internet]. 2019. Available from : https
://bio.libretexts.org/Bookshelves/Microbiology/Book%3A_Microbiology_(OpenStax)/
20%3A_Laboratory_Analysis_of_the_Immune_Response/20.1%3A_Practical_Applications_of_Monoclonal_and_Polyclonal_Antibodies
Leenaars M, Hendriksen CFM. Critical Steps in the Production of Polyclonal and Monoclonal Antibodies: Evaluation and Recommendations. ILAR Journal. 2005; 46(3): 269–79
ANTIBODI POLIKLONAL
Antibodi poliklonal merupakan alat
diagnostik yang kuat, namun memiliki
keterbatasan; tidak dapat langsung
menentukan apakah ada patogen tertentu.
Kesaahan hasil tes:
• Positif palsu, terjadi karena reaktivitas
silang, yang dapat terjadi ketika epitop
dari patogen yang berbeda mirip dengan
yang ditemukan pada patogen yang
sedang diuji
• Negatif palsu, tes gagal mendeteksi
antibodi yang sebenarnya ada.

Biology Libre Text. Practical Applications of Monoclonal and Polyclonal Antibodies [Internet]. 2019. Available from : https
://bio.libretexts.org/Bookshelves/Microbiology/Book%3A_Microbiology_(OpenStax)/20%3A_Laboratory_Analysis_of_the_Immune_Response/20.1%3A_Practical_Application
s_of_Monoclonal_and_Polyclonal_Antibodies
ANTIBODI MONOKLONAL
Antibodi monoklonal memiliki afinitas tinggi
ke satu epitop sehingga memiliki spesifitas
yang lebih tinggi daripada antibodi poliklonal.
Dibuat secara in vitro dengan teknik
kultur jaringan (3-6 bulan).
1. antigen disuntikkan ke dalam hewan.
2. kemudian sel B dari limfa hewan diambil.
3. penggabungan sel B dengan sel
myeloma (sel kanker yang abadi)
menggunakan polyethylenglycol yang
akan menghasilkan hibridoma.
4. semua sel akan ditempatkan di dalam
suatu media yang hanya memungkinkan
hibridoma untuk tumbuh.
5. Sel hibridoma akan terus tumbuh dan
menghasilkan antibodi yang akan
diambil.
Biology Libre Text. Practical Applications of Monoclonal and Polyclonal Antibodies [Internet]. 2019. Available from : https
://bio.libretexts.org/Bookshelves/Microbiology/Book%3A_Microbiology_(OpenStax)/
20%3A_Laboratory_Analysis_of_the_Immune_Response/20.1%3A_Practical_Applications_of_Monoclonal_and_Polyclonal_Antibodies
Leenaars M, Hendriksen CFM. Critical Steps in the Production of Polyclonal and Monoclonal Antibodies: Evaluation and Recommendations. ILAR Journal. 2005; 46(3): 269–79
ANTIBODI
MONOKLONAL
• Murine (-omab): seluruhnya berasal
dari sumber murine; dapat
menyebabkan reaksi alergi pada
manusia.
• Chimeric (-ximab): daerah variabel
berasal dari murine sedangkan daerah
konstan berasal dari manusia; dapat
menyebabkan alergi.
• Humanized (-zumab): sebagian
besar berasal dari sumber manusia
kecuali bagian dari antibodi yang
berikatan dengan targetnya.
• Human (-umab): seluruhnya berasal
dari sumber manusia.

Meiller J. What is a Monoclonal Antibody. National Institute for Cellular Biotechnology. 2016. Available from: https://nicb.ie/biotechnology/what-is-a-monoclonal-antibody/
ANTIBODI
MONOKLONAL
Mekanisme dasar MAb sama dengan antibodi yang diproduksi oleh
tubuh. Dalam diagnosis dan perawatan penyakit, zat-zat tertentu
sering ditambahkan pada MAb untuk memberi karakteristik terapeutik
dan diagnostik.
MAb digunakan untuk diagnosis:
• immuno penyakit protozoa dan parasit
• scintigraphic tumor
• penyakit alergi
• P. carinii pneumonia
• Virus hewan (virus herpes tipe I, virus pseudo rabies, strain betis
RIT 4237 (sub-kelompok I) dan human strain 82-561 (sub group 3)
dari rotavirus.)

Siddiqui MZ. Monoclonal Antibodies as Diagnostics; an Appraisal. Indian J Pharm Sci. 2010; 72(1): 12–17. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2883214/
DETEKSI ADANYA
MUTASI

Mahdieh N, Rabbani B. An Overview of Mutation Detection Methods in Genetic Disorders. Iran J Pediatr. 2013;23(4):375‐ 88p.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3883366/
DIAGNOSTIK MOLEKULER
PENYAKIT MENURUN
Diagnostik molekuler adalah kelas tes diagnostik yang menilai
kesehatan seseorang secara harfiah pada tingkat molekuler,
mendeteksi dan mengukur sekuens genetik spesifik dalam
asam deoksiribonukleat (DNA) atau asam ribonukleat (RNA) atau
proteinnya mengekspresikan.
Ex: SNP digunakan dalam pengecekan keseluruhan genom
manusia dengan indikasi pada daerah yang berkontibusi. Jika
terindentifikasi adanya penanda penyakit, maka dapat digunakan
untuk diagnostik. Dalam diagnosa klinis, metode SNP diterapkan
dalam diagnosis sejumlah penyakit bawaan yang disebabkan
oleh sedikit alel mutan.

AdvaMedDx and DxInsights. Introduction of Molecular Diagnostics. 2013: 5p. Available from: http://
www.epemed.org/online/www/content2/108/469/3172/listdownloads/3175/507/ENG/dxinsights.pdf
Ferrari M, Cremonesi L, and Stenirri S. Post-Natal Molecular Diagnosis of Inherited Diseases. eJIFCC. 2008; 19(1): 7–12.
Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4975336/

Anda mungkin juga menyukai