Anda di halaman 1dari 25

HALUSINASI

Pengertian Halusinasi
• Halusinasi adalah persepsi tentang obyek
bayangan dan sensasi yang timbul tanpa
stimulus eksternal. Individu mendengar
suara tanpoa adanya rangsang akustik. Ia
melihat seewkor kucing ditempat tidurnya
tanpa adany seusatu yang dapa dilihat,
atau mencium bau racun tanpa adanya
sesuatu yang merangsang indra
penciuman. (Wilson da Kneisl, 1983 hal.
406)
Gejala
• Klien dengan halusinasi cenderung
menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada
sartu arah tertentu, tersenyum atau
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah
atau menyerang orang laiin, gelisah
melakukan gerakan seperti sedang
menikmati sesuatu.
Proses terjadi nya halusinasi
• Halusinasi berkembang melalui empat
fase (Haber, dkk, 1982. hal. 607-608)
Fase pertama
• Pada fase ini klien mengalami kecemasan,
stres, perasaan yang terpisah, kesepian.
Klien mungkin melamun atau
memfokuskan pikiran pada hal yang
menyenangkan untuk menghilangkan
kecemasan dan stres. Cara ini menolong
sementara. Klien masih dapat mengontrol
kesadarannya dan mengenal pikirannnya
namun intensitas persepsi meningkat.
Fase kedua
• Kecemasan meningkat dan berhubungan
dengan pengalaman internal dan eksternal,
klien berada pada tingkat listening pada
halusinasi. Pemikiran internal menjadi
menonjol seperti gambaran suara dan
sensasi. Halusinasi dapat meruopa bisikan
yang tidak jelas. Klien takut apabila orang
lain mendsengar, klien merasa tidak mampu
mengontrolnmya. Klien membuat jarak
anatara dirinya dan halusinasi dengan
memproyeksikan seolah-olah halusinasi
datang dari orang lain atau tempat lain.
Fase ketiga
• Halusinasi lebih menonjol, mengusai dan
mengontrol. Klien menjadi terbiasa dan
tidak berdaya pada halusinasinya.
Halusinasi memberi kesenangan dan rasa
aman yang sementara.
Fase keempat
• Klien merasa terpaku dan tidak berdaya
melepasakan diri dariu kontrol
halusinasinya. Halusinasi yang
sebelumnya menyenangkan berubah
menjadi mengancam, memerintah dan
memarahi. Klien tidak dapat berhubungan
dengan orang lain karena terlaslu sibuk
dengan halusinasinya. Klien mungkin
berada dalam dunia yang menakutkan
dalam waktu yang singkat, beberap a jam
atau selamanya. Proses ini menjadi kronik
jika tidak dilakukan intervensi.
Macam - macam Halusinasi
Menurut Haber, Leach, Sdelan (1978 hal. 725)
Halusinasi dengar
• Ucapan atau suara yang didengar oleh klien, tetapi tak
didengar dan tak ada hubungannya denagn obyek
realita. Suara itu sering mencaci maki orang lain.
Sering kali suara itu merupakan proyeksi dari
ketidakmampuan klien menerima persepsi dari dalam
dirinya yang kemudian dihibungkan dengan kekuatan
luar. Contoh: Klien wanita mengalami kecemasan
danm rasa bersalah untuk aborsinya yang telah
dilakukan, ia mendengar Tuhan menghinanya karena
tingkah laku seksual dan abortusnya. Halusinasi
dengar sering terjadi pada skizofrenia.
Halusinasi lihat
• Bayangan atau sensasi visual yang dialami
oleh klien tanpa adanya stimulus eksternal.
Klien mungkin melihat bayangan dari figur
obyek atau kejadian yang aneh sekali,
menakutkjan atau menimbulkan rasa nyaman.
Contoh : Klien laki-laki sering melihat dirinya
dan keluarganya ditempakl mati oleh regu
penembak untuk kejajhatan yang tidak
diketahui. Gambaran ini melintas di depan
matanya seperti layaknya menonton film.
Halusinasi lihat sering terjadi pada klien dengan
gangguan mental organik.
Halusinasi bau atau hirup
• Bau-bauan yang tercium berasal dari tempat
yang spesifik atau tidak bisa diketahui. Contoh :
Klien wanita merasa ia mempunyai personalitas
yang busuk, ia mengeluh mencium daging
busuk dan rambut yang terbakar berasal dari
dirinya atau orang lain disekitarnya. Halusinasi
ini sering terjadi pada seizure disorder.
Halusinasi kecap
• Yaitu rasa yang dialami tanpa ada
dasarnya. Contoh : Klien laki-laki merasa
isterinya teklah membuatnya menderita.
Setiap kali ia makan yang telah disiapkan
oleh istewrinya ia merakan pahit di
mulutnya. Halusinasi ini sering terjadi
pada seizured disorder.
Halusinasi raba
• Sensasi tubuh yang aneh dirasakan oleh
klien. Halusinasi ini bisa merupakan
bagian dari delusi, dan melibatkan salah
persepsi terhadap bagian tubuh. Tipe
halusinasi ini sering disebabkan oleh
toksisiatas alkohol. Contoh : Klien wanita
yang tidak memiliki anak dan sudah
menopouse merasakan organ tubuhnya
membatu dan ia merasakan suspensi
yang sangat berat pada tubuh bagian
bawah. Halusinasi ini sering terjadi pada
akut alkohol withdrawl.
ASKEP
Pengkajian
Ada 3 faktor yang perlu dikaji yaitu :
• Faktor individu
• Faktor keluarga
• Faktor lingkungan
Faktor Individu
Hal-hal yang perlu dikaji pada klien :
• Bagaimana klien menjelaskan persoalan yang dialaminya.
• Bagaimana klien mengatakan gangguan halusinasinya dan
respon klien terhadap halusinasinya.
• Apakah ada keserasian anatara afek dan ucapan-ucapan
klien.
• Siapakah yang merupakan teman dekat klien.
• Apa yang diaanggap klien sebagai kekuatan terhadap
dirinya.
• Apakah klien pernah mengalami sakit fisik/kecelakaan
dimasa lalu.
• Apakah klien termasuk orang-orang yang salah
menggunakan obat
• Apakah ada hambatan pada tugas perkembangan klien.
• Bagaimana klien menghadapi stresor yang dialaminya.
Faktor Keluarga
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1. Posisi klien di dalam keluarga (tertua, tengah,
bungsu, tiri)
2. Bagaimana pola komunikasi dalam keluarga
3. Adakah hal-hal pada kejadian tertentu yang
sulit atau tidak dibicarakan di dalam keluarga.
4. Bagaimana reaksi anggota keluarga, terhadap
situasi salking ketergantungan dalam keluarga.
5. Apakah ada anggota keluarga klien yang
masuk rumah sakit karena gangguan mental.
FAKTOR LINGKUNGAN
Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
• Apa latar belakang pendidikan klien
• Riwayat pekerjaan klien: lamanya, kepuasannya,
hubungan di tempat kerja.
• Bagaimana situasi sosial, ekonomi keluarga klien.
• Apakah latar belakang budaya dan kepercayaan
klien sesuai dengan sistem sosial dimana mereka
tinggal.
• Apakah kegiatan kelompok di masyarakat yang
diikuti klien dan keluarga.
• Apakah support sistem dalam keluarga, masyarakat (
keluarga, teman, masdjid, ormas, gereja,, dan lain-
lain)
• Bagaimana riwayat hubungan interpersonal klien.
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan persepsi : halusinasi dengar, lihat
sehubungan dengan gangguan proses pikir.
2. Tingkah laku agresif sehubungan dengan tidak
percaya pada orang lain : curiga, takut.
3. Gangguan berhubungan dengan orang lain
sehubungan dengan halusinasi.
4. Potensial untuk melukai diri sendiri dan orang lain
sehubungan dengan ketidakmampuan membedakan
antara yang nyata dan tidak nyata.
5. Menurunnya kemampuan beradaptasi terhadap stress
sehubungan dengan strategi koping yang tidak efektif.
Perencanaan
Tujuan asuhan keperawatan klien dengan
halusinasi adalah klien mampu :
1. Mengontrol halusinasi
2. Meningkatkan hubungan interpersonal
3. Meningkatkan harga diri klien
Prinsip asuhan keperawatan klien
dengan halusinasi :
1. Melakukan validasi terhadap persepsi klien
2. Menerima persepsi klien dan mengemukakan
persepsi perawata tentang realitas (real
untuk klien), tidak real untuk perawat.
3. Menghadirkan realitas
4. Dimulai dengan realitas dari klien, orang lain dan
lingkungan.
5. Menurunkan kecemasan pada klien
6. Melindungi klien dari orang lain dari bahaya
halusinasi klien
7. Meningkatkan sistem pendukung (keluarga, klien
yang telah dapat mengontrol halusinasinya, tim
kesehatan ).
intervensi keperawatan yang
diperlukan klien dengan halusinasi
1. Bantu klien mengenal halusinasi
– Bina hubungan saling percaya
– Identifikasi : kapan muncul halusinasi, situasi
yang menyebabkan muncul, frekuensi, sifat
dan isi halusinasi.
– Bersama klien mengontrol halusinasi.
– klien melaporkan segera jika halusinasi
muncul
– perawat mengklasifikasi jika tampak tanda-
tanda halusinasi.
2. Meningkatkan kontak realitas
– Observasi tanda halusinasi
– Diskusi hasil observasi
– Hadirkan realitas sering dan singkat. Bicara
tentang topik yang nyata : diri perawat,
lingkungan.
– Dorong klien berespon dengan rangsang
eksternal
– Beri aktifitas yang disenangi
– Buat jadwal aktifitas untuk menghindari
kesendireian
3. Menurunkan kecemasan dan ketakutan
– Temani klien
– Pendekatan yang tenang
– Cegah keadaan menarik diri atau menjauh dari
realitas
– Menerima pengalaman halusinasi klien tanpa
mendukung atau menyangkal
– Tidak memojokkan secara verbal dan nonverbal
– Dorong klien dalam kegiatan dan percakapan
– Beri kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaanya
– Bersikap hangat, empati dan kalem.
4. Mencegah klien melukai diri dan orang
lain
– Tentukan tingkat melukai diri sendiri dan
orang lain
– Lakukan perlindungan pada klien dan orang
lain
– Jelaskan semua tindakan yang diberikan
– Kontak personal secara individual
– Kembangkan koping yang baru
5. Meningkatkan harga diri klien
– Identifikasi kemampuan klien
– Beri kesempatan penyelesaian masalah
– Beri kesempatan sukses
– Beri pujian atas kemampuan yang dicapai oleh klien
6. Membantu interaksi dan aktifitas klien
– Dorong klien berespon terhadap situasi yang nyata
– Pilih topik komunikasi yang nyata
– Beri akjtifitas sederhana yang dapa diiselesaikan
oleh klien
– Kuatkan keberhasilan klien berkomunikasi dan
beraktifitas

Anda mungkin juga menyukai