Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

BAB 2 HUBUNGAN SELF EFFICACY DENGAN QUALITY OF LIFE PADA PENDERITA


ASAM URAT DI DESA MARON WETAN KECAMATAN MARON
KABUPATEN PROBOLINGGO
BAB 3

BAB 4

BAB 5

BAB 6 Disusun oleh


Sofia Ine Febriyanti
14201.09.17050
BAB 7
Latar Belakang
BAB 1 INTRODUCTION TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui hubungan self-efficacy
asam urat yaitu jenis peradangan pada sendi dengan quality of life pada penderita
BAB 2 yang juga biasa disebut dengan gout arthritis. asam urat di Desa Maron Wetan
kecamatan Maron kabupaten probolinggo
Gout biasanya berkembang pada orang yang
memiliki kadar asam urat tinggi dalam darah TUJUAN KHUSUS
BAB 3 (Arthritis Foundation, 2016). Gout Arthritis 1. Mengidentifikasi self-efficacy pada
merupakan penyakit yang tidak terkontrol yang penderita asam urat di desa Maron
disertai dengan penurunan kualitas hidup, Wetan kecamatan Maron kabupaten
BAB 4 peningkatan pemanfaatan pelayanan probolinggo.
kesehatan, efek sosial ekonomi yang negatif 2. Mengidentifikasi quality of life pada
penderita asam urat di desa Maron
BAB 5 yang keseluruhannya memiliki dampak negatif
bagi kesehatan (Clause & Saseen, 2018). Wetan kecamatan Maron kabupaten
probolinggo.
BAB 6 3. Menganalisis hubungan self-efficacy
dengan quality of life pada penderita
asam urat di desa Maron Wetan
BAB 7 kecamatan Maron Kabupaten
probolinggo.
Tinjauan Pustaka
1. Self-Efficacy 2. Quality of Life
Self-Efficacy merupakan keyakinan yang Kualitas hidup adalah tingkat kepuasan
BAB 1 ada pada individu tentang kemampuan atau ketidakpuasan yang dirasakan
dirinya untuk melakukan suatu perilaku seseorang tentang berbagai aspek dalam
dalam rangka agar berhasil dalam kehidupannya. Kualitas hidup adalah
mencapai tujuan tertentu. Perilaku yang tingkatan yang menggambarkan
BAB 2 ditekankan dalam teori ini adalah perilaku keunggulan seorang individu yang dapat
sehat yang dilakukan individu dalam hal dinilai dari kehidupan mereka.
kepatuhan pengobatannya (Fauzi R, dkk. Keunggulan individu tersebut biasanya
BAB 3 2018). dilihat dari tujuan hidupnya, kontrol
pribadinya, hubungan interpersonal,
perkembangan pribadi, intelektual dan
BAB 4 kondisi materi (Novieastari E, et al,
3. Asam Urat
2020).
Asam urat merupakan produk akhir dari
BAB 5 metabolisme purin. Asam urat yang beredar
didalam tubuh manusia diproduksi sendiri oleh
BAB 6 tubuh (asam urat endogen) dan berasal dari
makanan (asam urat eksogen). Sekitar 80-85%
BAB 7 asam urat diproduksi sendiri oleh tubuh,
sedangkan sisanya berasal dari makanan.
KERANGKA KONSEP
BAB 1

BAB 2

BAB 3

BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
Hubungan Self Efficacy dengan Quality of Life Pada Penderita
Asam Urat Di Desa Maron Wetan kecamatan Maron kabupaten
probolinggo.
 

Populasi
Semua penderita asam urat di Desa Maron Wetan
sebanyak 37 orang
BAB 1
Teknik Sampling
Teknik sampling: Total Sampling
BAB 2
Sampel
Seluruh penderita asam urat di Desa Maron Wetan sebanyak
37 orang

BAB 3 Desain Penelitian


Rancangan Penelitian : desain studi analitik korelasional
dengan pendekatan cross sectional. METODOLOGI
BAB 4 Pengumpulan Data
Kuesioner

Pengolahan Data
BAB 5 Editing, Coding, Scoring, Tabulating

Analisa Data
BAB 6 Uji Spearman Rank

Kesimpulan
BAB 7 H1 diterima jika Pvalue ≤ α dengan α=0.05
H0 ditolak jika Pvalue >α dengan α=0.05
Lanjutan
Variabel Definisi Indicator Alat ukur Skala Skor
operasional
Independen: Keyakinan diri 1. generality Kuesioner Ordinal skor
BAB 1 Self Efficacy seseorang akan
kemampuanny
/luas bidang
perlaku
General self
Efficacy scale
sangat tidak
sesuai:1
a menghadapi 2. level /tingkat (GSES) tidak sesuai:2
masalah kesulitan   netral: 3
sebagai bentuk 3. strength (Putra, et al, cukup sesuai:4
BAB 2 kontrol /kemantapan 2020) sangat sesuai:5
terhadap atau keyakinan  
fungsi peran Dikategorikan
dan kejadian Rendah (10-19)
dalam Cukup (20-39)
BAB 3 lingkungan. Tinggi (40-50)

BAB 4

BAB 5

BAB 6
BAB 7
Lanjutan
Variabel Definisi Indicator Alat ukur Skala Skor
operasional
Dependen: Kualitas adalah 1. Kesehatan Kuesioner Ordinal Skor
BAB 1 Quality of Life tingkatan
seseorang
fisik
2. Psikologis
WHOQOL-BREF
(World Health
Tidak pernah:
1
dalam 3. Lingkungan Organization Jarang: 2
menikmati 4. Hubungan Quality Of Life- Cukup sering: 3
hidupnya, sosial BREF) Selalu: 4
BAB 2 kenikmatan
tersebut terdiri
 
(Isdiarti, 2019).
 
Dikategorikan:
dari Kurang (26-51)
pengalaman Cukup (52-78)
dan kepuasan. Baik (104)
BAB 3  
(Kiik et al.,
2018).

BAB 4

BAB 5
BAB 6
BAB 7
No Jenis Kelamin Frekuensi (F) Prosentase (%) DATA RESPONDEN
1 Laki-laki 11 29,7
BAB 1 2 Perempuan 26 70,3 No Pekerjaan Frekuensi (F) Prosentase (%)
Jumlah 37 100 1 Tidak bekerja 4 18,9
Ibu rumah
2 8 16,2
BAB 2 3
tangga
Petani 7 24,3
4 Wirawasta 6 40,5
No Usia Frekuensi (F) Prosentase (%)
5 PNS 12 32,4
1 35-40 tahun 7 18,9

BAB 3 2 41-45 tahun 6 16,2


Jumlah 37 100

3 46-50 tahun 9 24,3


4 51-55 tahun 15 40,5

BAB 4 Jumlah 37 100

BAB 5

BAB 6
BAB 7
LANJUTAN
No Status pernikahan Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Belum menikah 2 5,4
BAB 1 2 Menikah 35 94,6
Jumlah 37 100

BAB 2 No
1
Pendidikan
Tidak Sekolah
Frekuensi (F)
3
Prosentase (%)
8,1
2 SD 11 29,7
3 SMP 9 24,3

BAB 3 4
5
SMA
Perguruan Tinggi
2
12
5,4
32,4
Jumlah 37 100

BAB 4 No Selfefficacy Frekuensi (F) Prosentase (%)


1 Rendah 18 48,6
2 Cukup 11 29,7
3 Tinggi 8 21,6
BAB 5 Jumlah 37 100

BAB 6
BAB 7
LANJUTAN...
No Quality of life Frekuensi (F) Prosentase (%)
1 Kurang 18 48,6

BAB 1 2
3
Cukup
Baik
14
5
37,8
13,8
Jumlah 37 100

BAB 2
Self eficiacy Quality of life Total
Kurang Cukup Baik

BAB 3 Rendah
Cukup
11
5
7
4
0
2
18
11
Tinggi 2 3 3 8
Total 18 14 5 37
BAB 4 P value = 0,023; α = 0,05

BAB 5

BAB 6
BAB 7
Identifikasi Self Efficacy Pada Penderita Asam Urat Di Desa Maron Wetan Kecamatan
Maron Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan hasil dari tabel 5.6 didapatkan bahwa hasil analisis data tentang Self
BAB 1 Efficacy Di Desa Maron Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo mayoritas memiliki
Self Efficacy rendah yaitu sebanyak 18 responden (48,6%).
Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Bandura pada tahun 1997. Self-efficacy
BAB 2 merupakan kunci penting dimana yakin terhadap kemampuannya dalam melakukan suatu
perilaku dalam memperoleh hasil yang diinginkan. Memiliki self-efficacy yang tinggi
cenderung memiliki kenyakinan dan kemampuan untuk memperoleh suatu tujuan (Pardede,
Ariyo & Purba, 2020).
BAB 3 Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Srihandayani (2016)
menyatakan, bahwa self efficacy yang tinggi membantu individu untuk menyelesaikan tugas
dan mengurangi beban kerja secara psikologis maupun fisik. dan sebaliknya apabila self
efficacy yang dimiliki individu rendah dan dikombinasikan dengan lingkungan yang tidak
BAB 4 responsif, maka seseorang akan cenderung menjadi tidak berdaya. self efficacy sangat
penting karena pasien seharusnya percaya dan yakin bahwa dirinya memiliki kemampuan
BAB 5 untuk melakukan respon yang diharapkan agar dapat membawa perubahan.
dimensi Self Efficacy antara lain yaitu Generality, level dan Strength. Dalam teori
tersebut mengatakan bahwa Self efficacy adalah kemampuan untuk menyadari, menerima,
dan mempertanggungjawabkan semua potensi, keterampilan atau keahlian secara tepat.
BAB 6 Orang yang memiliki self efficacy akan menempatkan diri pada posisi yang tepat dan mampu
melakukan perilaku yang dapat mendukung penerimaan terhadap penyakitnya.

BAB 7
BAB 1 LANJUTAN...

Peneliti mengatakan bahwa penelitian ini tidak lepas dari komponen-komponen Self
BAB 2 Efficacy yang terdiri dari
mastery experience
vacarius experience
social persuation
BAB 3 Emotional states
Penelitian ini menunjukkan bahwa Self Efficacy responden di Desa Maron Wetan
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo mengalami efikasi diri yang buruk, mereka
mengatakan bahwa merasa terbebani karena penyakit asam urat yang diderita sangat
BAB 4 mengganggu saat melakukan kegitan sehari-harinya. Mereka juga mengatakan tidak
percaya diri saat asam uratnya kambuh slalu mengeluh kesakitan tidak tahan menahan
nyeri yang dirasakannya terutama saat bekerja.
BAB 5

BAB 6

BAB 7
Identifikasi Quality of Life Pada Penderita Asam Urat Di Desa Maron Wetan Kecamatan
Maron Kabupaten Probolinggo
Berdasarkan hasil dari tabel 5.7 didapatkan bahwa hasil analisis data tentang Quality of
BAB 1 Life Di Desa Maron Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo mayoritas memiliki
kategori Quality of Life rendah yaitu sebanyak 18 responden (48,6%).
Kualitas hidup adalah tingkatan yang menggambarkan keunggulan seorang individu
yang dapat dinilai dari kehidupan mereka. Keunggulan individu tersebut biasanya dilihat dari
BAB 2 tujuan hidupnya, kontrol pribadinya, hubungan interpersonal, perkembangan pribadi,
intelektual dan kondisi materi (Novieastari E, et al, 2020).
Peningkatan kualitas hidup individu dilakukan melalui pemberdayaan potensi dalam
melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari disamping dukungan dari berbagai pihak dalam
BAB 3 memberikan pelayanan keperawatan secara komprehensif dan holistik sehingga dapat
dikembangkan berbagai kegiatan yang mendukung kemandirian penderita dalam melakukan
aktivitas. Kehangatan dan keterbukaan dalam keluarga dapat memberikan perasaan aman,
BAB 4 diterima dan dicintai serta memberikan kebahagiaan dalam kehidupannya sehingga
meningkatkan kualitas hidupnya. Peneliti juga mengungkapkan bahwa penelitian ini didasari
oleh komponen-komponenQuality of Lifeyang dikemukakan WHOyang terdiri dari kesehatan
BAB 5 fisik, psikologis, hubungan sosial dan lingkungan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa Quality of Life responden di Desa Maron Wetan
Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo mengalami kualitas hidup yang buruk mengeluh
BAB 6 sangat terganggu menjalani kehidupannya yang tidak mudah karena harus merasakan nyeri
yang disebabkan oleh penyakit asam urat tersebut. Mereka mengatakan jarang keluar
rumah karna merasakan nyeri pada bagian tubuhnya dan merasa seperti tidak percaya diri.
BAB 7
Analisis Hubungan Self Efficacy Dengan Quality of Life Pada Penderita Asam Urat Di
Desa Maron Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo
BAB 1 Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara Self Efficacy dengan
Quality of Life Pada Penderita Asam Urat Di Desa Maron Wetan Kecamatan Maron
Kabupaten Probolinggo didapatkan nilai p=0,023 dengan tingkat signifikan (p<α=0,05).
BAB 2 Penelitian ini sejalan dengan penelitian Susanti, et al (2020) yang mengatakan
bahwa ada hubungan antara efikasi diri dan kualitas hidup didapatkan nilai p-value
sebesar 0,001 dari tingkat signifikan (p<α=0,05). Penelitian ini juga mengatakan Kualitas
hidup akan membaik apabila individu mampu menerima penyakit yang dialami dan patuh
BAB 3 terhadap pengobatan. Faktor yang dapat meningkatkan kepatuhan ini adalah efikasi diri.
Kualitas hidup seseorang meningkat pada pasien yang memiliki efikasi diribaikdan
menjalani rutinitas sehari-hari karena tanpa adanya suatu beban. Individu yang memiliki
efikasi diri yang rendah memiliki strategi koping yang berfokus pada emosi
BAB 4 karenaseseorang percaya tidak ada yang dapat dilakukan untuk mengubah situasi yang
sedang mereka hadapi.
BAB 5 Menurut Tri (2018) Salah satu bentuk dukungan yang dapatdiberikan supaya kualitas
hidup klien tetapmaksimal salah satunya adalah self-efficacy.Salah satu fungsi dari self-
efficacy adalah memberikan keyakinan bahwa seseorangakan berhasil dalam melakukan
BAB 6 perawatan dirinya asalkan optimal dalam melakukan kegiatan yang menunjang pada
status kesehatan. Diharapkan dengan self-efficacy dapat mengoptimalkan kualitas hidup
klienyang menjalani proses penyembuhan.
BAB 7
BAB 1 LANJUTAN...

Berdasarkan teori diatas peneliti berasumsi bahwabahwa semakin tinggi Self Efficacy
BAB 2 maka semakin baik pula Quality of Life pada penderita, sebaliknya semakin rendah Self
Efficacy maka Quality of Life nya juga akan menurun. Hal ini terjadi dikarenakan Self
Efficacymerupakan salah satu upaya untukmeningkatkan kualitas hidup. Kulaitas hidup
yang tinggi akan mempengaruhi tingkat kepercayaan dan kemandirian dalam melakukan
BAB 3 perawatan dirinya. Sehingga dapat megoptimalkan dalam menjalani proses
penyembuhan terhadap penyakit yang dialami.

BAB 4

BAB 5

BAB 6

BAB 7
BAB 1

BAB 2 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai
berikut:
BAB 3 1. Self efficacy pada penderita asam urat di desa maron wetan kecamatan maron
kabupaten probolinggo mayoritas memiliki kategori self efficacy rendah sebanyak 18
responden (48,6 %).
BAB 4 2. Quality of Life pada penderita asam urat di desa maron wetan kecamatan maron
kabupaten probolinggo mayoritas memiliki kategori Quality of Life rendah sebanyak
18 responden (48,6 %).
BAB 5 3. Ada Hubungan antara self efficacy dengan Quality of Life pada penderita asam urat di
desa maron wetan kecamatan maron kabupaten probolinggo yaitu p = 0,023 dengan
tingkat signifikan (p-valeu< α = 0,05).  
BAB 6

BAB 7
Thank You

Anda mungkin juga menyukai