Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

ADHD
(Attention Deficit Hyperactive Disorders)

Disusun oleh:
Angga Ahadiyat N 1120221184
Nurul Ardianti 1120221163
 
 
Pembimbing:
dr. K. Maria Poluan, SpKJ(K)
LATAR BELAKANG
TUJUAN PENULISAN
MANFAAT PENULISAN
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

gangguan perilaku yang ditandai dengan gejala aktivitas


dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta
kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu.
EPIDEMIOLOGI

 Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8 – 10%.


 Rasio ADHD pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan
yaitu
 4:1 untuk ADHD yang didominasi oleh hiperaktif
 2:1 untuk ADHD yang didominasi oleh inatensi/kesulitan dalam memusatkan
perhatian
ETIOLOGI

 Faktor genetik
 75% dari variasi gejala ADHD di dalam populasi adalah karena faktor genetik.
 1/3 dari orang tua yg mengalami ADHD, maka anaknya berisiko ADHD
sebesar 60 %.
 Pada anak kembar, jika salah satu mengalami ADHD, maka saudaranya 70-
80 % berisiko mengalami ADHD.

 Faktor neurobiologi
 penurunan kemampuan pada anak ADHD pada tes neuropsikologis
dihubungkan dengan kerusakan fungsi lobus prefrontal.
 hal ini berhubungan dengan atensi, fungsi eksekutif, penundaan respons, dan
organisasi respons.
Faktor lingkungan/psikososial
 ibu yang merokok, mengkonsumsi alkohol dan heroin selama
kehamilan
 berat lahir sangat rendah, hipoksia janin, cedera otak dan terkena
racun.
 kejadian fisik yang menimbulkan stres dan gangguan keseimbangan
dalam keluarga
KLASIFIKASI

 Inatensi (gangguan pemusatan perhatian)


 mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatiannya.
 mudah teralihkan oleh rangsangan yang tiba-tiba diterima oleh alat
inderanya/perasaan yang timbul pada saat itu.
 hanya mampu mempertahankan suatu aktivitas/tugas dalam jangka waktu
yang pendek, sehingga akan mempengaruhi proses penerimaan informasi
dari lingkungannya.

 Hiperaktif (gangguan dengan aktivitas yang berlebihan)


 jika dibandingkan dengan individu yang aktif tapi produktif, perilaku
hiperaktif tampak tidak bertujuan.
 tidak mampu mengontrol dan melakukan koordinasi dalam aktivitas
motoriknya, sehingga tidak dapat dibedakan gerakan yang penting dan
tidak penting
 Impulsivitas (gangguan pengendalian diri)
 gangguan perilaku berupa tindakan yang tidak disertai dengan pemikiran.
 sangat dikuasai oleh perasaannya sehingga sangat cepat bereaksi.
 sulit untuk memberi prioritas kegiatan, sulit untuk mempertimbangkan atau
memikirkan terlebih dahulu perilaku yang akan ditampilkannya.
Asosiasi Psikiater Amerika (APA, 2000)
mengidentifikasi tiga jenis ADHD :

ADHD dengan ketiga ciri-ciri, yaitu inatentif, impulsive dan hiperaktif


(tipe kombinasi)
ADHD dengan ciri-ciri paling dominan adalah inatentif (tipe predominan
inatentif)
ADHD dengan ciri-ciri paling dominan adalah impulsif dan hiperaktif (tipe
predominan hiperaktif-impulsif)
GAMBARAN KLINIS

 Perilaku Agresi dan Menantang


 Hiperaktivitas (tidak bisa diam)
 Iritabilitas
 seringkali mudah marah secara meledak,
 mudah dibuat tertawa atau menangis
 Kesulitan sekolah
 gangguan daya ingat dan pikiran
 ketidakmampuan belajar spesifik
 Konsentrasi buruk
 Impulsivitas (bertindak sebelum berpikir, mengubah perilaku tiba-tiba,
dll) dan ketidakmampuan menunda kegembiraan
 Kesulitan emosional penyerta
 Defisit koordinasi menyeluruh
DIAGNOSIS

 Onsetnya sebelum usia 7 tahun (ADHD)


 Sudah jelas nampak minimal selama 6 bulan
 Harus pervasif (ada pada lebih dari 1 setting, misal: rumah, sekolah,
lingkungan sosial)
 Menyebabkan gangguan fungsional yang signifikan
 Tidak ada penyebab gangguan mental lainnya (misal: skizofrenia,
gangguan psikotik lainnya, depresi atau anxietas)
 Morbiditas penyerta meliputi kegagalan akademis, perilaku antisosial,
kenakalan, dan peningkatan resiko kecelakaan lalulintas pada remaja.
Sebagai tambahan, dapat pula timbul pengaruh yang dramatis di
kehidupan keluarga
Kriteria DSM-IV untuk Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD)
A. Salah satu (1) atau (2)
1. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi) : enam (atau lebih) gejala inatensi berikut telah menetap seama
sekurang-kurangnya 6 bulan bahkan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan.
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang detail dan tidak teliti dalam mengerjakan tugas
sekolah, pekerjaan atau aktivitas lainnya.
b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain.
c. Sering tidak tampak mendengarkan apabila berbicara langsung
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan tugas sekolah, pekerjaan, atau kewajiban di
tempat kerja (bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti instruksi)
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan aktivitas
f. Sering menghindari, membenci atau enggan untuk terlibat dalam tugas yang memiliki usaha mental yang
lama ( seperti tugas disekolah dan pekerjaan rumah)
g. Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu untuk tugas atau aktivitas (misalnya tugas
sekolah, pensil, buku ataupun peralatan)
h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimuladir dari luar.
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari
2. Hiperaktivitas impulsivitas : enam (atau lebih) gejala hiperkativitas-implusivitas berikut ini telah menetap
selama sekurang-kurangnya enam bulan sampai tingkat yang maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat
perkembangan.
a. Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat-geliat di tempat duduk
b. Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam situasi yang diharapkan anak tetap duduk
c. Sering berlari-lari atau memanjat secara berlebihan dalam situasi yang tidak tepat (pada remaja mungkin
terbatas pada perasaan subyektif kegelisahan)
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas waktu luang secara tenang
e. Sering “siap-siap pergi” atau seakan-akan “didorong oleh sebuah gerakan”
f. Sering berbicara berlebihan Impusivitas
g. Sering menjawab pertanyaan tanpa berfikir lebih dahulu sebelum pertanyaan selesai
h. Sering sulit menunggu gilirannya
i. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misalnya : memotong masuk ke percakapan atau
permainan)
B. Beberapa gejala hiperaktif-impulsif atau inatentif yang menyebabkan gangguan telah ada sebelum usia 7
tahun
C. Beberapa gangguan akibat gejala terdapat dalam 2 (dua) atau lebih situasi (misalnya disekolah atau
pekerjaan di rumah)
D. Harus terdapat bukti yang jelas adanya gangguan yang bermakna secara klinis dalam fungsi sosial,
akademik dan fungsi pekerjaan
E. Gejala tidak semata-mata selama gangguan perkembangan pervasif, skizofrenia
atau gangguan psikotik lain dan bukan merupakan gangguan mantal lain (gangguan
mood, gangguan kecemasan, gangguan disosiatif atau gangguan kepribadian)

Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, tipe kombinasi : jika memenuhi baik


kriteria A1 dan A2 selama 6 bulan terakhir.

Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, predominan tipe inatentif : jika


memenuhi kriteria A1 tetapi tidak memenuhi kriteria A2 selama 6 bulan terakhir.

Gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas, predominan tipe hiperaktif-impulsif :


jika memenuhi kriteria A2 tetapi tidak memenuhi kriteria A1 selama 6 bulan terakhir.

Catatan: untuk individu (terutama remaja dan dewasa) yg sekarang memiliki gejala yg
tidak lagi memenuhi kriteria lengkap, harus dituliskan “dalam remisi parsial”.
Algoritma dasar untuk tatalaksana ADHD
TATALAKSANA

NON-FARMAKOLOGIS
Intervensi Psikososial
a. Intervensi psikososial berdasarkan klinis
-Intervensi psikososial keluarga
-Terapi individual
b. Intervensi psikososial berdasarkan sekolah
 Anak dengan ADHD/gangguan hiperkinetik membutuhkan program intervensi
sekolah individual meliputi intervensi behavioral dan akademik.
FARMAKOLOGIS

PSIKOSTIMULAN
terapi lini pertama untuk mengatasi gejala inti ADHD/gangguan
hiperkinetik
methylphenidate hydrochloride (MPH)  usia 6 th/lebih.
dexamfetamine sulphate (DEX)  usia 3 th/lebih.
Pemberian dimulai dengan dosis sekecil mungkin dan titrasi dengan
jadwal 2 – 3 kali sehari, tingkatkan dosis dengan interval per minggu
sampai didapatkan respon yang memuaskan.
Efek samping : nyeri kepala, nyeri lambung, mual, insomnia, nafsu
makan berkurang
ANTIDEPRESAN TRISIKLIK (TCAS)
Kelompok obat ini lebih berpengaruh pada gejala behavioralnya
daripada terhadap gejala kognitifnya.
TCAs memiliki batas keamanan yang lebih sempit daripada
psikostimulan, disertai dengan rentang efek samping potensial yang lebih
lebar.
Obatnya:
 imipramine,
 desipramine,
 amitriptyline,
 nortriptyline,
 clomipramine
AGONIS ALPHA-2 ADRENERGIK
Klonidin
 Obat ini dapat mengurangi gejala ADHD, dan terdapat penurunan yang besar
saat dikombinasikan dengan methylphenidate dibandingkan jika diberikan
sendiri.
 Diberikan 3 kali sehari dengan dosis maksimum 0,6 mg per hari tergantung
respon dan efek samping yang muncul, atau 2 kali sehari dengan dosis total
0,10-0,20 mg/kg/hari.
Guanfacine
PROGNOSIS

 Perjalanan penyakit dapat bervariasi.


 15 – 20% kasus, gejala ADHD menetap sampai masa dewasa.
 Remisi biasanya terjadi antara usia 12 – 20 tahun.
 Sebagian besar pasien ADHD mengalami remisi parsial dan rentan
terhadap gangguan kepribadian antisosial/lainnya dan gangguan mood.
 Prognosis lebih baik bila didapatkan:
 fungsi intelektual yang tinggi,
 dukungan yang kuat dari keluarga, temen-teman yang baik,
 diterima di kelompoknya dan diasuh oleh gurunya serta tidak mempunyai
satu atau lebih komorbid gangguan psikiatri.
KESIMPULAN

 ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorders) merupakan suatu


peningkatan aktifitas motorik hingga pada tingkatan tertentu yang
menyebabkan gangguan perilaku yang terjadi, setidaknya pada dua
tempat dan suasana yang berbeda dan kondisi yang sangat umum di
antara anak-anak.

 Banyak faktor yang dianggap sebagai penyebab gangguan ini,


diantaranya :
 faktor genetik,
 neurobiologis,
 perkembangan otak saat kehamilan dan perinatal,
 lingkungan fisik, sosial dan pola pengasuhan anak oleh orang tua, guru
dan orang-orang yang berpengaruh di sekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA

 Barbaresi W, Katusic S, Colligan R, et al. How common is attention-


deficit/hyperactivity disorder. Towards resolution of the controversy: results from a
population-based study. Acta Paediatr Suppl 2004.

 Barkley RA. Attention Deficit Hyperactivity Disorder: A Handbook for Diagnosis and
Treatment. 2nd ed. New York, NY: Guilford Press; 1996

 Beauregard M, Levesque J. Functional magnetic resonance imaging investigation of


the effects of neurofeedback training on the neural bases of selective attention and
response inhibition in children with attention-deficit/hyperactivity disorder. Applied
Psychophysiology & Biofeedback 2006;31(1):3-20.

 Bilici M, Yildirim F, Kandil S, Bekarolu M, Yildirmi S, Deer O,et al. Double-blind,


placebo-controlled study of zinc sulfate in the treatment of attention deficit
hyperactivity disorder. Progress in Neuro-Psychopharmacology and Biological
Psychiatry. 2004;28(1):181-90.
 Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Increasing prevalence of parent-reported
attention-deficit/hyperactivity disorder among children --- United States, 2003 and 2007.
MMWR Morb Mortal Wkly Rep 2010; 59:1439.

 Clayton EH, Hanstock TL, Garg ML, Hazell PL. Long chain omega-3 polyunsaturated fatty
acids in the treatment of psychiatric illnesses in children and adolescents. Acta
Neuropsychiatrica. 2007;19(2):92-103.

 Eric Taylor, Tim Kendall , Philip Asherson et al. 2008. Attention deficit hyperactivity disorder:
Diagnosis and management of ADHD in children, young people and adults.

 Faraone SV, Sergent J, Gillberg C, Biederman J. The worldwide prevalence of ADHD : is it an


American condition. World Psychiatry. 2003 ; 2: 104-13.

 Froehlich TE, Lanphear BP, Epstein JN, et al. Prevalence, recognition, and treatment of
attention-deficit/hyperactivity disorder in a national sample of US children. Arch Pediatr
Adolesc Med 2007; 161:857.

 Green, M, Wong, M, Atkins, D, et al. Diagnosis of Attention Deficit/Hyperactivity Disorder:


Technical Review 3. US Department of Health and Human Services, Agency for Health Care
Policy and Research; Rockville, MD, 1999.

 Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Gangguan Defisit-Atensi dalam Sinopsis Psikiatri Ilmu
Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Jakarta. Binarupa Aksara, 2010.

Anda mungkin juga menyukai