(STTIF) Bogor Aktivitas obat berhubungan dengan sifat fisika kimia obat dan merupakan fungsi dari struktur molekul obat
Modifikasi struktur molekul obat digunakan untuk
memperoleh obat dengan aktivitas yang lebih tinggi, toksisitas yang rendah, dan bekerja selektif
Stereokimia merupakan salah satu faktor penting
dalam aktivitas biologis obat oleh karena itu pengetahuan tentang hubungan aspek stereokimia dengan aktivitas farmakologis obat sangat menarik untuk dipelajari. Untuk berinteraksi dengan reseptor, molekul obat harus mencapai sisi reseptor dan sesuai dengan permukaan reseptor.
Faktor sterik yang ditentukan oleh stereokimia
molekul obat dan permukaan sisi reseptor, memegang peran penting dalam menentukan efisiensi interaksi obat reseptor.
Untuk berinteraksi dengan reseptor dan
menimbulkan respons biologis, molekul obat harus mempunyai struktur dengan derajat kespesifikan tinggi Stereokimia molekul Susunan ruang relatif atom-atom atau struktur tiga dimensi molekul yang berperan besar bagi aktivitas farmakologinya karena antaraksi obat dengan reseptor bersifat stereospesifik
Pengaruh faktor stereokimia molekul terhadap aktivitas
biologi dapat ditinjau dari tiga segi utama yaitu, 1. Keisomeran optik dan geometrik 2. Keisomeran konformasi 3. Keisosteran Isomer Sebagian besar obat yang termasuk golongan farmakologis sama, pada umumnya mempunyai gambaran struktur tertentu.
Gambaran struktur ini disebabkan oleh orientasi gugus-
gugus fungsional dalam ruang dan pola yang sama. Dari gambaran sterik dikenal beberapa macam struktur isometri, antara lain adalah isomer geometrik, isomer konformasi, diastereoisometri dan isomer optik. Bentuk- bentuk isomer tersebut dapat mempengaruhi aktivitas biologis obat Isomer
Isomer Diastereo geometrik isometri
Isomer Isomer konformasi optik Isomer Optik Adalah isomer yang disebabkan oleh adanya senyawa yang mempunyai atom C asimetrik.
Sifat fisikokimia sama, hanya berbeda pada kemampuan
dalam memutar bidang cahaya terpolarisasi atau berbeda rotasi optiknya.
Isomer hanya dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi
ke kiri atau ke kanan saja dgn sudut pemutaran sama Isomer (+) isomer putar kanan Isomer (-) Isomer putar kiri Masing-masing isomer hanya dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kiri atau ke kanan saja dengan sudut pemutaran yang sama.
Isomer optic kadang-kadang mempunyai
aktivitas biologis yang berbeda karena ada perbedaan dalam interaksi isomer-isomer dengan reseptor biologis. • Contoh Isomer dan aktivitasnya 1. (-) hiosiamin aktivitas mediatriknya 15-20 kali lebih besar dibandingkan isomer (+)
antibakteri, sedangkan isomer L(+) eritro kloramfenikol tidak mempunyai aktivitas Perbedaan aktivitas isomer optik dpt dijelaskan melalui beberapa postulat 1. Perbedaan disebabkan isomer optik diseleksi terlebih dahulu oleh sistem biologi sebelum mencapai reseptor. Misalnya
Isomer optik berinteraksi dengan senyawa aktif optik dalam
cairan tubuh misal protein plasma membentuk diastereoisomer sehingga terjadi perbedaan penyerapan, distribusi dan metabolisme isomer-isomer tsb Salah satu isomer optik cenderung dimetabolisme oleh enzim yang bersifat stereospesifik Salah satu isomer diadsorpsi secara selektif pada stereospesifiknya. 2. Menurut Cushny, perbedaan aktivitas krn isomer optik berinteraksi dgn reseptor yg aktif optik menghasilkan diastereomer dgn sifat fisika kimia berbeda, distribusi dan interaksi beda
3. Menurut Easson dan Stedman, salah
satu isomer optik berinteraksi dgn reseptor sedangkan isomer yg lain tdk Interaksi isomer optik- reseptor menurut Easson dan Stedman Interaksi isomer-isomer epinefrin dengan reseptor Diastereoisomer adalah isomer yang disebabkan oleh senyawa yang mempunyai dua atau lebih pusat atom asimetrik, mempunyai gugus fungsional sama dan memberikan tipe reaksi yang sama pula. Kedudukan gugus-gugus substitusi terletak pada ruang yang relatif berbeda sehingga diastereoisomer mempunyai sifat fisik, kecepatan reaksi dan sifat biologis yang berbeda pula. Perbedaan sifat-sifat di atas berpengaruh terhadap distribusi, metabolisme dan interaksi isomer dengan reseptor. Diasterioisomer kemungkinan juga mempunyai aktifitas optic.
Contoh : efedrin, mempunyai 2 atom C
asimetrik dengan 4 bentuk aktif optis, dapat membentuk diasterioisomer (+-) eritro dan (+-) itreo Isomer Geometrik Isomer geometri atau isomer cis trans adalah isomer yang disebabkan adanya atom-atom atau gugus-gugus yang terikat secara langsung pada suatu ikatan rangkap atau dalam suatu sistem alisiklik.
Ikatan rangkap dan sistem alisiklik membatasi
gerakan atom dalam mencapai kedudukan yang stabil sehingga terbantuk isomer cis-trans Isomer cistrans cenderung menahan gugus-gugus dalam molekul pada ruang yang relatif berbeda dan perbedaan letak gugus-gugus tersebut dapat menimbulkan perbedaan kimia fisika.
Akibatnya, distribusi isomer dalam media
biologis juga berbeda, dan berbeda pula kemampuan isomer untuk interaksi dengan reseptor biologis. Isomer Geometrik Molekul yang memiliki isomer cis-trans biasanya adalah molekul yang memiliki ikatan rangkap.
Molekul yang memiliki ikatan rangkap ini tidak
dapat diputar layaknya molekul dengan ikatan tunggal.
Isomer cis dan trans memiliki sifat fisik yang
berbeda, yakni titik didih, titik leleh, atau kelarutan Isomer cis atau disebut Z (zusammen, German, “bersama”) merupakan isomer dengan gugus yang prioritasnya lebih tinggi berorientasi searah. Contohnya: Gugus CH3 dan CH3prioritasnya lebih tinggi daripada atom hidrogen berada dalam satu sisi. Hal ini menyebabkan terjadinya desakan (crowded), sehingga terjadi tolakan yang tidak terminimumkan antar gugus fungsi tersebut. Akibatnya molekul tersebut kurang stabil (Melinda, 2011). Isomer trans atau disebut dengan E (entgegen, German, “berseberangan”) adalah isomer dengan gugus/atom yang memiliki prioritas lebih tinggi berada dalam sisi yang berseberangan. Contohnya untuk molekul trans-2-butena Gugus CH3 dan CH3 berada pada orientasi yang berlawanan.
Hal ini mengakibatkan tolakan antar kedua
gugus ini minimum dan tidak terjadi desakan (crowded). Akibatnya isomer trans stabil (Melinda, 2011). Untuk kestabilan kedua molekul ini, molekul dengan isomer trans lebih stabil dibandingkan dengan molekul dengan isomer cis. Karena pada isomer trans tolakan antar gugus/atomnya minimum dan tidak terjadi desakan antar gugus fungsi/atom. Isomer trans lebih stabil daripada isomer cis, sehingga energi pada isomer trans lebih rendah daripada isomer cis. Isomer trans dapat berubah menjadi isomer cis jika diberi energi berupa panas atau foton (Anonim, 2013) L merupakan atom dengan nomor atom lebih tinggi (prioritas utama). Sedangkan S merupakan atom dengan nomor atom lebih rendah (prioritas rendah). Hormon Estrogen Keisomeran Konformasi Isomer yang terjadi karena adanya perbedaan pengaturan ruang dari atom-atom atau gugus- gugus dalam struktur molekul obat
Isomer konfirmasi lebih stabil pada struktur
senyawa non aromatik. Histamin Mempunyai tiga bentuk isomer konformasi yaitu bentuk konformasi memanjang dan konformasi tertutup Konformasi Histamin Antagonis Histamin Pada struktur triprolidin, senyawa antagonis H1, jarak antara kedua atom N=4,88 ± 0,2 angstrom dan diduga berfungsi sebagai antagonis spesifik terhadap histamin bentuk konfirmasi A. senyawa antagonis H2, seperti simetidin diduga merupakan antagonis dari histamin bentuk konfirmasi B. Isosterisme Istilah isosterisme telah digunakan secara luas untuk menggambarkan seleksi dari bagian sruktur yang karena karakterisasi sterik, elektronik dan sifat kelarutannya, elektronik dan sifat kelarutannya, memungkinkan untuk saling dipergantikan pada modifikasi struktur molekul obat. Keisosteran Langmuir (1919), isoster adlh senyawa, atom, radikal, molekul yang mempunyai jumlah pengaturan elektron sama bersifat isoelektrik dan mempunyai sifat fisika yg mirip
Contoh: molekul N2 dan CO masing-masing
mempunyai total elektron = 14, sama-sama tidak bermuatan ditunjukkan sifat fisik yang relatif sama, seperti kekentalan, kerapatan, indeks refraksi, tetapan dielektrik dan kelarutan. Hal ini berlaku pula untuk molekul-molekul N2O dan CO2, N3dan NCO- serta CH2N2 dan CH2 = Co. Grimm ( 1925), hk pergantian Hidrida , penambahan atom H, suatu elektron sunyi pada atom atau molekul yang kekurangan elektron pada orbital terluarnya dapat menghasikan pasangan isosterik
Contoh : gugus –CH = dan atom –N =, masing-
masing mempunyai total elektron = 7 dan bersifat sebagai pseudo atom. Penambahan atom H akan menghasilkan pasangan isosterik – CH2- dan -NH- . Konsep Grimm untuk pergantian Hidrida Erlenmeyer (1948) isosteris adl, atom, ion atau molekul yg jumlah , btk, ukuran, dan polaritas elektron pada lapisan terluar sama.
Contoh ion karboksilat dan ion sulfonamida,
keton dan sulfon, klorida dan trifluorometri Manfaat prinsip isosterisme Mengubah struktur senyawa sesuai dgn yg dikehendaki Mengembangkan analog dgn efek biologis yg lebih selektif Mengubah struktur senyawa sehingga bersifat antagonis Penggantian gugus S Antidiabetes turunan Sulfonamida Tolbutamid dan klorpropamid mempunyai waktu paro biologis (t1/2) lebih panjang dan toksisitas yang lebih rendah dibanding karbutamid karena gugus tolbutamid merupakan gugus yang relatif labil dibanding gugus Cl, dan pada in vivo mudah teroksidasi menjadi asam karboksilat (t1/2 = 5,7 jam).
Gugus Cl pada klorpropamid lebih tahan
terhadap proses oksidasi sehingga masa kerja obat lebih panjang (t1/2 lebih besar dari 33 jam).