Anda di halaman 1dari 19

GERIATRI

KELAS FA 2 / KELOMPOK 2

Anggota :
• Muhammad Naufal Azhar 202FF05066 (Definisi RA) • Mega Stevani 202FF05077( Klasifikasi Usia dan fisiologi
• Andriana Sahputra 202FF05070 (Non-farmakologi DM) farmakokinetik dan farmakodinamik)
• Karlijia Pungda Luki 202FF05071 (Pengobatan RA) • Mariatul Mahdaniyah 202FF05078 (Etiologi Hipertensi)
• Vanni Gandi Putri 202FF05079 (Patofisiologi Hipertensi)
• Rania Saida Afipah 202FF05072 (Patofisiologi RA)
• Indah Gusti Rahayu 202FF05080(Definisi Hipertensi)
• Rifa Septiani 202FF05073 (Pencegahan dan Contoh
Obat Hipertensi) • Devi Fadhillah 202FF05081( Epidemiologi geriatrik)

• Muhammad Rifqie S.A 202FF05074 (Patofisiologi DM) • Anisa Nisriana 202FF05082 (Penyusunan dan Pengeditan PPT)
• Ulfa Liana 202FF05083 (Gejala RA)
• Lifia Amanda 202FF05075 (Definisi,kepatuhan,dan
Gambar Fisiologi) • Lalu Yogi Pebrian 202FF05059 (Pengertian dan Gejala DM)

• Nanda Silvia 202FF05076 (Pendahuluan Geriatrik) • Nurlaeli Siti Asy’syifa 202FF05085 (Farmakologi DM)
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

1. PENDAHULUAN

Pada usia 60 tahun ke atas terjadi proses penuaan yang bersifat universal
berupa kemunduran dari fungsi biosel, jaringan, organ, bersifat progesif,
perubahan secara bertahap, akumulatif, dan intrinsik.
Proses penuaan mengakibatkan terjadinya pembahan pada berbagai organ di
dalam tubuh seperti sistem gastrointestinal, sistem genitourinaria, sistem
endokrin, sistem immunologis, sistem serebrovaskular, sistem saraf pusat dan
sebagainya.
(Pedoman Pelayanan Farmasi, Depkes RI 2004 hlm 3)
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

1. Definisi

Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut yang berusia lebih dari 60 tahun serta
mempunyai ciri khas multipatologi, tampilan gejalanya tidak khas, dan
biasanya disertai gangguan fungsional.
Penderita geriatri berbeda dengan penderita dewasa muda lainnya, baik dari
segi konsep kesehatan maupun segi penyebab, perjalanan, maupun gejala dan
tanda penyakitnya sehingga, tatacara diagnosis pada penderita geriatri berbeda
dengan populasi lainnya. (Safitri, 2015)
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

3. Epidemiologi Geriatri
2. Klasifikasi Usia
(Depkes RI, 2009) Tabel Jumlah Penduduk Lanjut Usia dengan Penyakit Kronis di Negara
Klasifikasi Usia Maju dan Berkembang. (Sumber: Sunarti dkk, 2019)
(tahun) Negara Maju Negara
Masa Balita 0-5 Kondisi Kesehatan (Juta) Berkembang (Juta)
Masa Kanak-Kanak 5-11 Gangguan pengelihatan 15,0 94,2
Masa Remaja 12-16 Gangguan pendengaran 18,5 43,9
Masa Remaja Akhir 17-25 Osteoartritis 8,1 19,4
Masa Dewasa Awal 26-35 Penyakit Jantung Iskemik 2,2 11,9
Masa Dewasa Akhir 36-45 Demensia 6,2 7,0
Masa Lansia Awal 46-55 Penyakit paru obstruktif 4,8 8,0
Masa Lansia Akhir 56-65 kronis
Manula > 65 Penyakit serebrovaskular 2,2 4,9
Depresi 0,5 4,8
Artritis rematoid 1,7 3,7
DIABETES RHEUMATOID
GERIATRI HIPERTENSI
MILITUS ARTHTRITIS

4. KONDISI FISOLOGI
GERIATIK
PERUBAHAN FARMAKOKINETIKA
a) Oral Bioavaibilitas :
-Pada kondisi geriatric adanya pengurangan produksi asam lambung (Akiorhidria). Maka obat-obat yang absorbsinya di lambung
dipengaruhi oleh keasaman lambung akan sulit terabsorbsi.
-Beberapa obat mengalami destruksi saat penyerapan dan metabolisme awal di hepar (first-pass metabolism) akan mengalami
penurunan 90% dan dosis obat yang masuk ke sirkulasi meningkat dua kali lipat
b) Distribusi obat (pengaruh perubahan komposisi tubuh dan faal organ akibat penuaan)
-Pada usia lanjut akan terjadi peningkatan komposisi lemak tubuh. Keadaan ini dapat mempengaruhi distribusi obat dalam
plasma.
-Faal hepar : massa hepar akan berkurang setelah berumur 50 tahun, aliran darah ke hepar pun akan berkurang.
-Faal ginjal : Fungsi ginjai akan mengalami penurunan sejalan dengan pertambahan umur. Pemberian obat pada pasien geriatri
tanpa memperhitungkan faal ginjal sebagai organ yang akan mengekskresikan sisa obat akan berdampak pada kemungkinan
terjadinya akumulasi obat yang pada gilirannya bisa menimbulkan efek toksik.

Depkes RI, 2004 hlm.6-7


DIABETES RHEUMATOID
GERIATRI HIPERTENSI
MILITUS ARTHTRITIS

4. KONDISI FISOLOGI
GERIATIK
DIABETES RHEUMATOID
GERIATRI HIPERTENSI
MILITUS ARTHTRITIS

4. KONDISI FISOLOGI
GERIATIK

PERUBAHAN FARMAKODINAMIKA 5. Ketidakpatuhan


-Perubahan farmakodinamik dipengaruhi oleh (Nonadherence)
degenerasi reseptor obat di jaringan yang
Ketidapatuhan pasien geriatri dalam mengkonsumsi obat
mengakibatkan kualitas reseptor berubah atau
dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
jumlah reseptornya berkurang.
Tidak mengerti aturan pakai
-Contoh Warfarin : perubahan farmakokinetik
- Risiko tinggi
tak ada, maka perubahan respon yang ada adaiah
Tidak mampu menggunakan obat
akibat perubahan farmakodinamik. Sensitivitas
Ketidakpatuhan disadari
yang meningkat adaiah akibat berkurangnya
- ADR
sintesis faktor-faktor pembekuan pada usia
- Tidak paham manfaat obat
lanjut.
- Masalah keungan
Depkes RI, 2004 hlm.9
(Fauziah dkk, 2020)
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

1. PENGERTIAN 2. Patofisiologi
-DM tipe 1 (5% -10% kasus) disebabkan oleh kerusakan sel β pankreas
akibat autoimun, sehingga terjadi defisiensi insulin absolut.
DM merupakan kelompok penyakit
-DM Tipe 2 (90% kasus) ditandai dengan resistensi insulin dan
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
defisiensi insulin relatif. Resistensi insulin ditandai dengan
karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
peningkatan lipolisis dan produksi asam lemak bebas, peningkatan
atau kedua-duanya. Kelesuan, poliuria,
produksi glukosa hati, dan penurunan pengambilan glukosa pada otot
nokturia, dan polidipsia dapat ditemukan.
skelet.
Penurunan berat badan yang signifikan
-Perlu diketahui bahwa 30% geriatric mengalami gangguan regulasi
jarang terjadi, kebanyakan pasien kelebihan
glukosa yang berarti peningkatan risiko DM. Kebanyakan orang yang
berat badan atau obesitas. (Wells et al., 2017)
berusia di atas 60 tahun menderita DM tipe 2 karena resistensi insulin.
Namun, sekresi insulin dapat sangat berkurang pada stadium akhir DM
tipe 2.
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

3. TERAPI NON 4. TERAPI


FARMAKOLOGI FARMAKOLOGI
Acarbose
Alpha-Glucosidase
Inhibitors (AGI)
Manajemen Aktivitas
Miglitol
berat badan fisik
Metformin

Mencegah
Diet
diabetes
Pramlintide
Terapi
Farmakologi
Sodium Glucose
co Transporter
Peniliaian type 2 Inhibitors Dipeptidylpeptida
dan Terapi non ses 4 (DPP 4)
Imunisasi
perwatan farmakologi Inhibitors
psikologis Incretin Based
Therapies
Glucagon Like
Peptide 1 (GLP 1)
Insulin
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

2.
1. PENGERTIAN PATOFISIOLOGI
Rheumatoid arthtritis (RA) merupakan suatu Rheumatoid arthtritis terjadi karena autoimun, selain itu dapat terjadi
penyakit autoimun dimana persendian juga karena factor genetic, infeksi, sitokin dan mediator yang
mengalami peradangan sehingga terjadi menyebabkan peradangan dimana semua factor tersebut dapat saling
pembengkakan, nyeri dan sering kali berkaitan dan menyebabkan peradangan pada synovium dan kerusakan
akhirnya kerusakan bagian dalam sendi pada sendi. Peradangan kronis pada jaringan synovial yang melapisi
(ACR, 2012). kapsul sendi menyebabkan proliferasi jaringan dimana karakteristik
synovium yang meradang dan berkembang biak dari rheumatoid
arthtritis disebut dengan pannus.

3. GEJALA

Rheumatoid arthtritis ditandai dengan rasa nyeri dan kekakuan sendi dengan
durasi lebih dari 6 minggu. Selain itu, penderitanya juga mengalami kelelahan,
demam ringan, kehilangan nafsu makan dan nyeri otot (Dipiro, 2017).
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

4. TERAPI

-NSAID -DMARD
Diberikan untuk mengatasi rasa nyeri pada Digunakan untuk melindungi sendi (tulang dan
penderita RA. kartilago) dari proses destruksi oleh rheumatoid
Contoh : ibuprofen, piroksikam dan aspirin arthtritis.
Contoh : metotreksat, hiroksiklorokuin dan
sulfasalazine.

-Kortikosteroid
Terapi
Diberikan kortikosteroid dengan dosis rendah
farmakologi seperti prednisone 5-7,5 mg/hari sebagai bridge
terapi untuk mengurangi keluhan pasien
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

1. PENGERTIAN 2. KLASIFIKASI
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan
darah (TD) sama dengan atau melebihi 140
mmHg dan/atau sama atau lebih dari 90
mmHg diastolic pada seseorang yang tidak
sedang minum obat antihipertensi.
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

3. ETIOLOGI
HIPERTENSI
Menurut Dipiro et al (2008) dan Ardiansyah
(2012), penyebab hipertensi dibagi 2 golongan:
a) Hipertensi esensial atau primer 90% tidak b) Hipertensi Sekunder. Jenis hipertensi ini yang diketahui
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang penyebabnya.Kurang dari 10% pasien memiliki hipertensi sekunder
diduga berkaitan dengan berkembangnya karena kemungkinan hal ini dapat disebabkan oleh salah satu penyakit
hipertensi esensial diantaranya atau obat-obatan yang berpotensi dapat meningkatkan tekanan darah,
-Genetik penyebabnya :
-Jenis kelamin dan usia -Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan
-Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler
lemak. berhubungan dengan penyempitan satu atau lebih arteri besar, yang
-Berat badan obesitas secara langsung membawa darah ke ginjal.
-Gaya hidup -Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga
-Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah
untuk sementara waktu.
-Kehamilan
-Penghentian obat tertentu yang menyebabkan hipertensi
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

4. Patofisiologi
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

5.PENCEGAHAN

Pencegahan (Nuraini B, 2015):


-Perubahan pola makan
-Pembatasan penggunaan garam hingga 4-6gr/ hari
-Mengurangi makanan yang mengandung kolsterol
tinggi (jeroan, kuning telur, mentega, seafood)
-Menghentikan kebiasan merokok dan minum
-alkohol
-Olahraga terartur
-Hindari stresS
DIABETES RHEUMATOID HIPERTENSI
GERIATRI MILITUS ARTHTRITIS

6. Contoh Obat
Daftar Pustaka
Departemen Kesehatan RI, 2004. Pedoman Pelayanan Farmasi (Tata Laksana Terapi Obat Untuk Pasien Geriatri). Jakarta : Direktoral
Jendral PelayananKefarmasian.
Fauziah, H., Mulyana, R., & Martini, R. D. (2020). Polifarmasi Pada Pasien Geriatri. Human Care Journal, 5(3), 804.
https://doi.org/10.32883/hcj.v5i3.796
Safitri, S. (2015). Instabilitas dan Kejadian Jatuh pada Lansia. J Agromed Unila, 2, 4.
Sunarti, S., dkk (2019). Prinsip dasar kesehatan lanjut usia (geriatri). Malang: UB Press
Chentli, F., Azzoug, S., & Mahgoun, S. (2015). Diabetes mellitus in elderly. Indian Journal of Endocrinoogy and Metabolism, 19 (6),
744-752
Wells, B. G., DiPiro, J. T., Schwinghammer, T. L., & DiPiro, C. V. (2017). Pharmacotherapy Handbook,Tenth Edition. In McGraw-
Hill Companies.
American College of Rheumatology. (2012). Osteoarthtritis. Lake Boulverad NE, Atlanta.
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L., and DiPiro C.V. (2017). Pharmacotherapy Handbook, 10thth., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris
JNC -8. 2014. The Eight Report of the Joint National Committee. Hypertension Guidelines : An In-Depth Guide. Am J Manag Care.
Kementrian Kesehatan RI. (2020). Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. Jakarta: Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim. (2019). Basic Pharmacology & Drug Notes Edisi 2019, MMN Publishing, Makasar.
Dipiro, J. T., Dipiro, C.V., Wells, B.G., & Scwinghammer, T.L. (2008). Pharmacoteraphy Handbook Seventh Edition. USA : McGraw-
Hill Company.
Gray, et al., (2005), Hipertensi. Lecturer Notes Kardiologi, Edisi ke-4, Jakarta: Erlangga
Nuraini B. (2015). “Risk Factors of Hypertension”., Artikel Review: Jurnal Majority. Vol 4.No5.
Ardiansyah,Muhammad. (2012). Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta:DIVA Press
Dipiro, J. T., Dipiro, C.V., Wells, B.G., & Scwinghammer, T.L. 2008. Pharmacoteraphy Handbook Seventh Edition. USA : McGraw-Hill
Company
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai