Anda di halaman 1dari 26

PATOFISIOLOGI DAN

MANAJEMEN HIPERTENSI
Pembimbing :
dr. Nyoman Paramita Ayu, Sp. PD-KGH

Oleh : Erlin Purnama Muliawan (1902612092)


01 Latar Belakang
Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 26,4% mengidap hipertensi. Sedangkan Di
Asia Tenggara, prevalensi hipertensi adalah 24,7%.
Riskesdas tahun 2018 menunjukkan hipertensi di
Indonesia adalah 34,1%. Prevalensi hipertensi di Bali pada
tahun 2017 terdapat 36,81%.

Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara


tekanan darah yang terus-menerus tinggi dalam jangka waktu
lama dapat menimbulkan komplikasi ke beberapa organ vital.
Sehingga menyebabkan mortalitas pada pasien hipertensi
lebih tinggi

WHO. Global Status Report on Noncommunicable Diseases. Geneva: World Health Organization; 2014.
Dinkes Provinsi Bali. Data Hipertensi Provinsi Bali 2017. 2017
02 Definisi

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg


dan/atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg pada
pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan.

- Hipertensi persisten
- Isolated systolic hypertension (ISH)
- Isolated diastolic hypertension (IDH)
- White coat hypertension
- Hipertensi terselubung
- Hipertensi resisten

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta:
Indonesian Society of Hypertension; 2021.
03. Epidemiologi

Data World Health Organization Riskesdas 2018 menyatakan


(WHO) tahun 2015 menunjukkan prevalensi hipertensi berdasarkan
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia hasil pengukuran pada penduduk
menyandang hipertensi usia ≥18 tahun sebesar 34,1%,

Menurut Laporan Tahunan Riset


Di Asia Tenggara, prevalensi
Kesehatan Provinsi Bali prevalensi
hipertensi adalah 24,7% dengan
hipertensi usia ≥ 18 tahun pada
angka berdasarkan jenis kelamin
tahun 2017 terdapat 36,81%.
lebih tinggi pada laki-laki

WHO. Global Status Report on Noncommunicable Diseases. Geneva: World Health Organization; 2014.
Dinkes Provinsi Bali. Data Hipertensi Provinsi Bali 2017. 2017
Berdasarkan WHO-ISH 04. Klasifikasi
Berdasarkan ESH-ESC

Berdasarkan JNC VIII, 2014


Berdasarkan INASH

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta: Indonesian Society of Hypertension; 2021.
05 Faktor Risiko

2) Faktor Risiko yang Dapat


1) Faktor Risiko yang Diubah
Tidak Dapat Diubah
 Diet dengan Konsumsi
 Genetik Garam Tinggi
 Usia  Diet dengan
 Jenis Kelamin Kandungan Lemak
yang Tinggi
 Ras/Etnik  Obesitas
 Merokok
 Konsumsi Alkohol
 Kurangnya Aktivitas
Fisik
 Kebiasaan
Mengkonsumsi Kopi
Hananta, I.P.Y., & Freitag, H. Deteksi Dini dan Pencegahan Hipertensi dan Stroke. Yogyakarta : MedPress. 2011
Aulia, R., Pengaruh Pengetahuan Terhadap Kepatuhan Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan RSUD Dr.Moewardi Surakarta Periode FebruariApril
2018. Journal of Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2018. Diunduh tanggal 13 November 2018 dari http://www.enprints.ums.ac.id.
06 Patofisiologi

01 02 03 04

Peran Kendali Peran Dinding


Saraf Autonom Vaskular Pembuluh
Peran Volume Peran Renin Darah
Intravaskular Angiotensin
Aldosteron (RAA)

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.
A Peran Volume Intravaskular

Apabila upaya ekskresi NaCl melebihi


ambang kemampuan ginjal, maka
ginjal akan meretensi H2O sehingga
volume intravaskular meningkat. Hal
tersebut mengakibatkan curah jantung
akan meningkat dan terjadi ekspansi
volume intravaskular sehingga tekanan
darah akan meningkat.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.
B Peran Kendali Saraf Autonom

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.
C Peran Renin Angiotensin Aldosteron (RAA)

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar


ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing;
2014:2259-83.
D Peran Dinding Vaskular Pembuluh Darah

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.
07 Manifestasi Klinis

Sakit kepala
Pusing
Jantung berdebar-debar
Mudah lelah Sesak nafas
Lemas Gelisah
Nyeri kepala oksipital atau rasa Penglihatan kabur
Nokturia
berat ditengkuk yang terjadi
Telinga berdenging atau tinnitus
saat bangun pagi hari disertai Mimisan
mual dan muntah
Vertigo

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.
Kehamilan

08 Etiologi
Obat-obatan : prednisone,
fludrokortison, triamnisolon

Makanan : sodium, etanol,


licorice

Hipertensi Primer

Penggunaan kontrasepsi
hormonal (estrogen)

Penyakit : penyakit ginjal Hipertensi Sekunder


kronik, sindroma cushing,
koarktasi aorta

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.
10 Diagnosis

Penapisan dan deteksi


hipertensi direkomendasikan
untuk semua pasien berusia
>18 tahun.

Penapisan dan
Konfirmasi
Deteksi
Diagnosis
Hipertensi
Hipertensi

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta: Indonesian Society of Hypertension; 2021.
10 Diagnosis
Konfirmasi diagnosis dari hipertensi tidak dapat hanya
mengandalkan pada satu kali pemeriksaan, kecuali pada
pasien dengan tekanan darah yang sangat tinggi,
misalnya hipertensi derajat 2 atau terdapat bukti
kerusakan target organ akibat hipertensi (HMOD,
hypertension-mediated organ damage) misalnya
retinopati hipertensif dengan eksudat dan perdarahan,
hipertrofi ventrikel kiri, atau kerusakan ginjal.

Penapisan dan
Konfirmasi
Deteksi
Diagnosis
Hipertensi
Hipertensi

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta: Indonesian Society of Hypertension; 2021.
11 Tatalaksana

NON FARMAKOLOGIS
Penurunan stress

Mempertahankan Batasi konsumsi


Menghindari merokok
berat badan ideal alkohol
Makan makanan
Mengurangi asupan
yang mengandung
natrium (sodium)
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; kalium dan kalsium
2014:2259-83.
PERKI. Pedoman Tatalaksana Hipertensi pada Penyakit Kardiovaskular. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis yang cukup
Kardiovaskular Indonesia. 2015
11 Tatalaksana

FARMAKOLOGIS

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi


2021. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta: Indonesian
Society of Hypertension; 2021.
11 Tatalaksana

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi


2021. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta: Indonesian
Society of Hypertension; 2021.
11 Tatalaksana
1. Inisiasi pengobatan pada sebagian besar pasien dengan kombinasi dua obat.
2. Kombinasi dua obat yang sering digunakan adalah RAS blocker (Renin-angiotensin system blocker), yakni ACEi
atau ARB, dengan CCB atau diuretik.
3. Kombinasi beta bloker dengan diuretik ataupun obat golongan lain dianjurkan bila ada indikasi spesifik, misalnya
angina, pasca IMA, gagal jantung dan untuk kontrol denyut jantung.
4. Pertimbangkan monoterapi bagi pasien hipertensi derajat 1 dengan risiko rendah (TDS <150 mmHg), pasien
dengan tekanan darah normal-tinggi dan beresiko sangat tinggi, pasien usia sangat lanjut (≥ 80 tahun) atau ringkih.
5. Penggunaan kombinasi tiga obat yang terdiri dari RAS blocker (ACEi atau ARB), CCB, dan diuretik jika TD tidak
terkontrol oleh kombinasi dua obat.
6. Penambahan spironolakton untuk pengobatan hipertensi resisten, kecuali ada kontraindikasi.
7. Penambahan obat golongan lain pada kasus tertentu bila TD belum terkendali dengan kombinasi obat golongan di
atas.

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi


2021. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta: Indonesian
Society of Hypertension; 2021.
11 Tatalaksana

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi 2021. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta: Indonesian Society
of Hypertension; 2021.
11 Tatalaksana

Efek Samping
Obat
Antihipertensi

Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia. Konsensus Penatalaksanaan Hipertensi


2021. Lukito AA, Harmeiwaty E, Hustrini NM, editors. Jakarta: Indonesian
Society of Hypertension; 2021.
Olahraga teratur
12 Pencegahan

Konsumsi makanan
seperti buah-buahan
segar, sayuran, rendah
lemak dan kaya serat, Tidak mengkonsumsi
protein nabati alkohol, tidak
merokok

Menurunkan asupan
garam Mempertahankan
berat badan pada
kisaran BMI 18,5-24,9
kg/m2
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.
13 Komplikasi
BERDASARKAN TARGET KERUSAKAN ORGAN

Jantung Ginjal

Otak Mata

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.
Prognosis

Peningkatan tekanan darah sistolik/diastolik 20/10 mmHg akan


meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas penyakit
kardiovaskular dua kali lipat.
Hipertensi yang tidak diobati akan meningkatkan 35% semua
kematian kardiovaskular, 50% kematian stroke, 25% kematian
PJK, 50% penyakit jantung kongestif, 25% semua kematian
premature serta menjadi penyebab tersering untuk terjadinya
penyakit ginjal kronis dan penyebab gagal ginjal terminal.

Pemberian obat anti hipertensi akan diikuti penurunan insiden


stroke 35% sampai 40%, infark miokard 20% sampai 25% dan
lebih dari 50% gagal jantung.

Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid I. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014:2259-83.
Kesimpulan

 Hipertensi merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap
individu dan hampir sama dengan penyakit lain.
 Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau esensial yang
penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang disebabkan oleh kondisi lain
 Faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu faktor risiko yang dapat diubah
(modified) dan faktor risiko yang tidak dapat diubah (unmodified).
 Terdapat empat faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi, yaitu peran volume
intravaskular, peran kendali saraf autonom, peran renin angiotensin aldosterone system
(RAAS), dan peran dinding vaskular pembuluh darah.
 Tatalaksana hipertensi terdiri dari tatalaksana farmakologis dan non farmakologis.
 Modifikasi gaya hidup sangat penting untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan cara
memodifikasi faktor risiko.
 Sedangkan pada terapi farmakologis lima golongan obat antihipertensi utama yang rutin
direkomendasikan yaitu ACEi, ARB, beta bloker, CCB dan diuretik.
 Dalam jangka panjang bila hipertensi tidak dapat terkontrol akan menimbulkan komplikasi
yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai