Anda di halaman 1dari 18

ULKUS PEPTIKUM

KELOMPOK 16:
MUHAMMAD ZAHRAN MALWAN
RINI M HI HANAFI
YUNITA R SARIYAN
Definisi Ulkus Peptikum

Pada tahun 350 SM, Diocles Of Carystos dipercaya sebagai orang yang
menyebutkan kondisi ulkus lambung pertama kali. Marcellus Donatus of Mantua pada
tahun 1586 menjadi orang pertama yang mendeskripsikan ulkus lambung melalui
autopsi, pada tahun 1688 Muralto mendeskripsikan ulkus duodenal secara autopsi.
Pada tahun 1737, Morgagni juga menyebutkan kondisi ulkus pada lambung dan
duodenum secara autopsi (Angel, 2006).
LANJUT

• Ulkus peptikum atau ulkus peptikumum merupakan keadaan dimana kontinuitas


mukosa lambung terputus dan meluas sampai di bawah epitel.Kerusakan mukosa
yang tidak meluas sampai ke bawah epitel disebut erosi, walaupun sering kali
dianggap juga sebagai ulkus(Fry, 2005).
Etiologi
Penyebab umum dari ulserasi peptikum adalah ketidakseimbangan antara selresi
cairan lambung dan derajat perlindungan yang diberikan sawar mukosa gastroduodenal
dan netralisasi asam lambung oleh cairan deudenum (Arif Mutaqqin, 2011).
Beberapa teori yang menerangkan terjadinya tukak peptic, antara lain sebagai berikut:

• Peningkatan sekresi asam


Pada kebanyakan pasien yang menderita ulkus peptikum di bagian awal
duodenum, jumlah sekresi asam lambungnya lebih besar dari normal, bahkan sering
dua kali lipat dari normal
Golongan darah O
• Penderita dengan darah O lebih banyak menderita tukak duodeni jika dibandingkan
dengan tukak lambung.
• golongan darah O kemungkinan terjadinya tukak duodeni adalah 38% lebih besar
dari pada golongan lainnya.
Inflamasi bakterial
Dalam lima tahun terakhir, ditemukan paling sedikit 75% pasien ulkus peptikim
menderita infeksi kronis pada bagian akhir mukosa lambung, dan bagian mukosa
duodenum oleh helikobakteri pylori. Sekali pasien terinfeksi, maka infeksi dapat
berlangsung seumur hidup kecuali bila kuman diberantas dengan pengobatan
antibacterial.
Patofisiologi

• Peningkatan Konsentrasi atau Sekresi Lambung dan Kerja Asam Peptin Menurut
Price (2006), sekresi lambung terjadi pada 3 fase yang serupa :
• Sefalik
• Fase pertama ini dimulai dengan rangsangan seperti pandangan, bau atau rasa
makanan yang bekerja pada reseptor kortikal serebral yang pada gilirannya
merangsang saraf vagal.
• Fase lambung
Pada fase ini asam lambung dilepaskan sebagai akibat dari rangsangan kimiawi
dan mekanis terhadap reseptor disbanding lambung.Refleks vagal menyebabkan
sekresi asam sebagai respon terhadap distensi lambung oleh makanan.
• Fase usus
Makanan dalam usus halus menyebabkan pelepasan hormon (dianggap menjadi
gastrin) yang pada waktunya akan merangsang sekresi asam lambung.
Tanda dan gejala

• Nyeri
Biasanya pasien dengan ulkus mengeluh nyeri tumpul, seperti tertusuk atau
sensasi terbakar di epigastrium tengah atau di punggung.
• Pirosis (nyeri ulu hati)
Beberapa pasien mengalami sensasi luka bakar pada esophagus dan lambung,
yang naik ke mulut, kadang-kadang disertai eruktasi asam.
Penatalaksanaan

• Intervensi bedah (Laparatomi)


• Tujuan dari dilakukannya laparatomi adalah membuang setiap material asing di
rongga peritoneum yang dapat menghambat fungsi leukosit dan mendorong
pertumbuhan bakteri (seperti darah, makanan, sekresi lambung).
• Penurunan stress dan Istirahat
Pasien memerlukan bantuan dalam mengidentifikasi situasi yang penuh stres
atau melelahkan.
• Penghentian Merokok
merokok terus menerus dapat menghambat secara bermakna perbaikan ulkus.
Pengkajian

merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan yang meliputi:


• Identitas Klien
• Identitas Penanggung Jawab
• Riwayat Kesehatan
• Riwayat Kesehatan Sekarang
• Keluhan Utama
• Riwayat Keluhan Utama
• Riwayat Kesehatan Dahulu
• Riwayat Kesehatan Keluarga
Diagnosa Keperawatan

• Nyeri b.d agen injury (fisik, biologi, kimia, psikologis), kerusakan jaringan.
• ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah,serta nyeri
abdomen
Nursing careplan

• Menentukan kriteria hasil yang merupakan tolak ukur keberhasilan tindakan


keperawatan. Perencanaan tindakan keperawatan pada pasien
No Diagnosa Tujuan dan kriteria intervensi
keperawatan Hasil
1 Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tinfakan 1. Lakukan pengkajian nyeri
injuri (fisik, biologi, keperawatan selama3x24 secara komprehensif termasuk
kimia, psikologis), Pasien tidak mengalami lokasi, karakteristik, durasi,
kerusakan jaringan nyeri, dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan faktor
1. Mampu mengontrol presipitasi .
nyeri (tahu penyebab nyeri, 2. Kurangi faktor presipitasi
mampu menggunakan nyeri
tehnik nonfarmakologi 3. Ajarkan tentang teknik non
untuk mengurangi nyeri, farmakologi: napas dalam,
mencari bantuan) relaksasi, distraksi, kompres
2. Melaporkan bahwa nyeri hangat/ dingin
berkurang dengan 4. Berikan analgetik untuk
menggunakan manajemen mengurangi nyeri
nyeri 0-3 tanda nyeri)
4. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
6. Tidak mengalami
gangguan tidur
2 Gangguan pola tidur B.d Setelah dilakukan tindakan 1 Determinasi efek-
ketidaknyamanan ,pola keperawatan selama 3 x 24 efek medikasi
aktivitas,kelelahan, jam, gangguan pola tidur terhadap pola tidur
kurangnya privacy/control pasien teratasi dengan kriteria 2 Jelaskan
tidur.
hasil: pentingnya tidur
1. Jumlah jam tidur dalam yang adekuat
batas 3 Fasilitasi untuk
normal mempertahank an
2. Perasaan fresh sesudah aktivitas sebelum
tidur/istirahat tidur
3. Mampu mengidentifikasi (membaca)
hal-hal yang meningkatkan 4 Ciptakan
tidur lingkungan yang
nyaman
5 Kolaburasi
pemberian obat tidur
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai