Anda di halaman 1dari 27

ATELE K TA SIS

PARU Kmb Pernafasan


1
Kelompok
40)
i (2151390
Dia n D w 139013)
w i H e r m awati (215
De 12)
(2151390
Ernawati )
15139053
Nabilah (2 37)
v ia A de (2151390
N o 4)
A is y a h ( 21513903
Nur 33)
(2151390
Nurhayati
Pengertian
Menurut Somantri (2008) atelektaksis adalah suatu kondisi dimana paru-paru
tidak mengembang secara sempurna

Atelectasis sering dikaitkan dengan terjadinya kolaps alveolus, lobus, atau unit
paru yang lebih besar mengakibatkan Akibatnya, bagian paru yang terisolasi
mengalami kekurangan udara dan ukurannya mengecil. Arif Muttaqin, 2008

Jadi atelektaksis adalah suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang dengan sempurna tepatnya pada alveoli atau alveolus paru yang
tidak mengandung udara.
ETIOLOGI
Obstruktif Non-obstruktif
 Bronkus yang tersumbat  pasif  → pneumothorax, operasi
 Tekanan ekstra pulmonary  cicatrix   → perlekatan-perlekatan
 Paralisis atau paresis gerakan  adhesive  → RDS (Respiratory
Distress Syndrome)
pernapasan  Pneumonitis radiasi, pneumonia,
 Hambatan gerak pernapasan uremia.
 kompresi  →  Pneumothorax, pleural
effusion, tumor 
PATOFISIOLOGI
Udara sulit
Membuat
Menghambat
Obstruksi
udara masuk
terabsorbsi
keluar dari keke
bronchial
zona alveolus
aliran darah
alveolus

al
ve
ol
us
ko
la
ps

Arif Muttaqin, 2008


Jenis-Jenis Atelektasis

ATELEKTASIS ATELAKTASIS ATELEKTASIS


BAWAAN OBSTRUKSI KOMPRESI

• Sejak lahir dimana paru-paru • Tersumbatnya jalan nafas • Tekanan pada paru-paru
tidak dapat berkembang dapat mulai laring sampai dari luar
sempurna bronchiolus terkecil • Contohnya Pnemothorax,
• Contohnya atelektasis resorbsi • Cotohnya aspirasi benda asing hemotorax, tumor
Tidak
Tidak Sesak
Sesak nafas
nafas
megalami
megalami
gejala
gejala
yang
yang ringan
ringan Batuk

Nyeri
Manifestasi dada Malaise Takikardi

Klinis Sianosis Demam


Syok
Syok atau
atau
penurunan
penurunan
kesadaran
kesadaran

Letak
Letak Bunyi Suara nafas
diafragma
diafragma
akan
akan meninggi
meninggi pekak tambahan

Terdapat
Suara nafas Terdapat
perbedaan
perbedaan
melemah gerak
gerak dada
dada
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen thorax
CT scan
Bronkografi

Pemeriksaan Laboratorium
Darah : leukosit meninggi, LED meningkat karena ada suatu infeksi
Sputum
Test Tuberkulin
KOMPLIKASI

1. Pnemonia Akut 2. Bronkietaksis 3. Hipoksemia


dan gagal
nafas

4. Sepsis 5. Efusi plura dan


empiema
KONSEP

Asuhan Keperawatan
Pada Atelektasis Paru
PENGKAJIAN

Identitas Klien Keluhan utama

Riwayat Pemeriksaan
kesehatan Penunjang
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan obstruksi bronkus oleh gumpalan lendir atau benda asing

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penurunan


O2 dalam udara inspirasi akibat penekanan terhadap paru

3. Intoleran aktivitas berhubungan dengan gangguan


sistem transpor O2 sekunder akibat atelectasis
Rencana Keperawatan
NO. DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
DX
1. Ketidakefektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan 1. Ajarkan klien untuk melakukan
jalan nafas berhubungan keperawatan selama 1×24 jam batuk efektif yang tepat
dengan obstruksi bronkus klien menunjukan perilaku 2. Pertahankan posisi tubuh dengan
oleh gumpalan lendir atau mencapai bersihan jalan tepat
benda asing nafas dengan 3. Bantu klien untuk mengeluarkan
  Kriteria hasil: sekret dengan metode fisioterapi
 Klien dapat melaksanakan nafas (klepping, vibrating, atau
batuk secara efektif postural drainage)
 Sekret dapat dikeluarkan 4. Rencanakan periode istirahat
 Menunjukkan peningkatan (setelah batuk, sebelum makan)
pertukran udara dalam 5. Bimbing dan motivasi klien untuk
paru-paru melaksanakan batuk efektif
 
 
 
NO. DIAGNOSA
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI
DX
    6. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian bronkhodilator
 
dan suction(untuk pengeluaran
  sekret)
7. Catat karakteristik
sputum (jumlah, warna, bau)
Kaji apakah klien masih merasa
nyeri
8. Observasi suara tambahan
pada paru, penurunan ekspansi
dinding dada
No Diagnosa Kreteria Hasil Intervensi
DX
2. Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Berikan oksigenasi yang adekuat
berhubungan dengan keperawatan selama 1×24 jam sesuai kebutuhan klien.
penurunan O2 dalam udara klien menunjukan peningkatan 2. Monitor rata – rata, kedalaman,
inspirasi akibat penekanan oksigen irama dan usaha respirasi
pada paru Kriteria Hasil: 3. Catat pergerakan dada, amati
 Hasil BGA menunjukkan kesimetrisan, penggunaan otot
peningkatan pada SaO2 tambahan, retraksi otot
dan pCO2 menurun supraclavicular dan intercostal
 RR dalam batas normal 4. Monitor suara nafas, seperti
(14-20x/menit) dengkur
 Irama nafas teratur 5. Auskultasi suara nafas, catat
 Frekuensi nadi dalam area penurunan/tidak adanya
batas normal (60- ventilasi dan suara tambahan
100x/menit)
3. Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau respon klien terhadap aktivitas :
berhubungan keperawatan selama 1×24 jam  Ukur tanda-tanda vital segera setelah
dengan gangguan sistem klien menunjukan perilaku aktivitas (nadi dan RR)
transpor O2 sekunder akibat mencapai aktivitas mandiri  Istirahatan klien selama 3 menit kemudian
atelektasis Kriteria Hasil: ukur kembali TTV
 Setelah beraktivitas  Kurangi intensitas, frekuensi, atau lamanya
minimal (di atas tempat aktivitas jika frekuensi nafas meningkat
tidur), klien berlebihan setelah aktivitas.
menunjukkan 1. Anjurkan klien untuk pernafasan sadar dan
 RR dan frekuensi nadi terkontrol (nafas diafragma dan pernafasan
masih dalam batas bibir) selama peningkatan aktivitasdan saat
normal. stres emosi maupun fisik
 Sakit kepala/pusing 2. Beri motivasi klien untuk tetap melakukan
yang dirasakan telah aktivitas nafas tersebut beberapa kali tiap
berkurang atau jam
menghilang 3. Anjurkan peningkatan kegiatan sehari-hari
  pada klien secara bertahap untuk
mencegah kelumpuhan paru.
Implemenntasi
es ke pe ra wa tan de ngan melaksanakan
pr os
Implementasi adalah
at an (tind ak an ke pe ra watan) yaitu telah
raw
berbagai strategis kepe
direncanakan. 
Evaluasi
te ra kh ir pr os es kepe rawatan dengan cara
Evaluasi adalah tahap
rcapai atau
man a tujua n dir i re ncana keperawatan te
menilai sejauh
tidak.
UH A N
AS A T A N
P ER AW
KE K LI EN
P AD A
N G A N
DE A SIS
EL E KT
AT
PARU
PENGKAJIAN
Seorang anak laki-laki, berusia 6 tahun datang ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) pada
tanggal 4 Oktober 2021, jam 12.00 WIB dengan keluhan utama tersedak paku yang ditemukan
saat bermain bersama temannya sejak 3 hari, awalnya klien menggigit paku kertas, tiba-tiba klien
tersedak paku saat tertawa dengan temannya. klien batuk-batuk, sesak nafas dan kebiruan saat
kejadian.
Saat datang klien masih mengeluh nafas terasa sesak nafas dan disertai batuk-batuk secara
terus menerus. Nyeri pada leher dan dada tidak ada, mual dan muntah tidak ada, demam dan pilek
tidak ada, klien kesulitan makan dan minum. Riwayat batuk lama ada , sesak nafas dan asma
sebelumnya tidak ada, riwayat kontak dengan penderita batuk, batuk lama tidak ada, batuk darah
tidak ada. Riwayat persalinan spontan dengan bidan, menangis kuat, berat badan lahir 2800 gr,
cukup bulan dengan riwayat imunisasi dasar lengkap.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, composmentis tekanan darah
100/75 mmHg, nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 40 x/menit suhu 36,5°C, sianosis
(-), berat badan 24 kg. Pada pemeriksaan fisik regio torak, inspeksi, adanya otot
bantu nafas; retraksi (-), auskultasi; stridor (-), wheezing (-/-), ronkhi (+/+), suara
nafas paru kanan berkurang dibandingkan paru kiri. Pemeriksaan fisik lokali telinga,
hidung dan tenggorok dalam batas normal, pemeriksaan laringoskopi indirek tidak
dapat dilakukan karena klien tidak kooperatif. Kemudian pasien didiagnosis dengan
“suspek benda asing (paku) di saluran nafas.
Hasil pemeriksaan laboratorium dan didapatkan hemoglobin 11,2 g/dl,
hematokrit 34%, leukosit 17.600/mm3 ,trombosit 375.000/mm, PT (Protrombin
Time) 11,1 detik dan APTT (Anti Platelet Trombin Time) 36,3 detik. Pemeriksaan
analisa gas darah didapatkan PH 7,31, pCO2 40 mmHg, pO2 15 mmHg, HCO3 20,1
mmol/L, CO2 21,3 mmol/L, BE 5,0 mmol/L.
Hasil pemeriksaan rontgen servikal-torakal anteroposterior dan lateral
didapatkan kesan adanya gambaran adanya gambaran “radiopak dengan proyeksi
bronkus kanan setinggi torakal 5-6, tampak trakea tertarik kekanan, tampak
perselubungan semiopak, batas tegas sesuai dengan segmen apikal lobus superior dan
lobus inferior paru kanan. Tampak infiltrate di suprahiler serta perikardial bilateral,
sinus dan diafragma kanan tertutup perselubungan”. Kemudian pasien didiagnosis
dengan “benda asing (paku) di bronkus kanan dengan suspek efusi pleura kanan,
atelektasis paru kanan dan pneumonia aspirasi
DIAGNOSA

Ketidakefektifan bersihan jalan Ketidakefektifan Pola Nafas b.d


nafas b.d Obstruksi Jalan ekspansi paru ditandai dengan
Nafas ditandai dengan klien tekanan darah 100/75 mmHg,
mengatakan nafas terasa nadi 120 x/menit, frekuensi
sesak nafas dan disertai nafas 40 x/menit suhu 36,5°C,
Nafas tampak dangkal,
batuk-batuk secara terus
mengatakan nafas terasa sesak
menerus, klien menelan paku nafas dan disertai batuk-batuk,
kertas, Nafas tampak dangkal, adanya otot bantu nafas, analisa
terdapat ronkhi (+/+),tekanan gas darah didapatkan PH 7,31,
darah 100/75 mmHg, nadi 120 pCO2 40 mmHg, pO2 15 mmHg,
x/menit, frekuensi nafas 40 HCO3 20,1 mmol/L, CO2 21,3
x/menit suhu 36,5°C. mmol/L, BE 5,0 mmol/L.
intervensi
Masalah keperawatan yang pertama adalah Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
. Tujuan dan kriteria hasil yang harus dicapai adalah bersihan jalan nafas menjadi
efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. Kreteria hasil :
pasien tidak terasa sesak nafas, tidak batuk-batuk secara terus menerus, Nafas tidak
tampak dangkal, tidak terdapat ronkhi, TTV dalam batas normal. Rencana keperawatan
untuk mengatasi masalah ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah monitor tanda-
tanda vital, Atur posisi semi-Fowler atau Fowler, Anjurkan relaksasi nafas dalam,
monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), monitor bunyi napas
tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering), Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian oksigen dan therapy.
intervensi
Masalah keperawatan yang kedua adalah pola nafas tidak efektif . Tujuan
dan kriteria hasil yang harus dicapai adalah pola nafas membaik setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. Kreteria hasil frekuensi
nafas 18-20 x/menit, Nafas tidak dangkal, tidak terasa sesak dan tidak ada
batuk batuk-batuk, tidak ada otot bantu nafas, AGD dalam batas nilai normal.
Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah pola nafas tidak efektif adalah
monitor tanda-tanda vital, Atur posisi semi-Fowler atau Fowler monitor
frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas, monitor pola napas, auskultasi
bunyi napas, monitor saturasi oksigen, monitor nilai AGD, kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian oksigen dan therapy.
Implementasi
Penulis mengimplementasikan rencana keperawatan pada diagnose pertama perawat akan
melakukan tindakan antara lain mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan,
memonitor tanda-tanda vital klien, memberikan posisi nyaman klien, ajarkan relaksasi nafas
dalam, memonitor pola napas, memonitor bunyi napas tambahan dan berkolaborasi
dengan dokter dalam pemberian oksigen 10 Lpm dengan non-rebreating oxygen face
mask (NRM).

Diagnose kedua perawat dan kelompok akan melakukan tindakan keperawatan yaitu
memonitor tanda-tanda vital, memberikan posisi nyaman pada klien, memonitor
frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas, memonitor pola napas, memonitor
saturasi oksigen, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen 10 Lpm
dengannon-rebreating oxygen face mask (NRM) dan berkolaborasi dengan tim medis lain
(laboraturium) untuk pemeriksaan AGD.
Evaluasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi JalanNafas
ditandai dengan klien mengatakan nafas terasa sesak nafas dan disertai batuk-batuk
secara terus menerus, klien menelan paku kertas, Nafas tampak dangkal, terdapat
ronkhi (+/+),tekanan darah 100/75 mmHg, nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 40 x/menit
suhu 36,5°C. Namun belum teatasi, sehingga intervensi dilanjutkan monitor tanda-tanda
vital, Atur posisi semi-Fowler atau Fowler, Anjurkan relaksasi nafas dalam, monitor pola
napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering), Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
oksigen dan therapy.
Evaluasi
2. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d ekspansi paru ditandai dengan tekanan darah
100/75 mmHg, nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 40 x/menit suhu 36,5°C, Nafas
tampak dangkal, mengatakan nafas terasa sesak nafas dan disertai batuk-batuk,
adanya otot bantu nafas, analisa gas darah didapatkan PH 7,31, pCO2 40 mmHg,
pO2 15 mmHg, HCO3 20,1 mmol/L, CO2 21,3 mmol/L, BE 5,0 mmol/L. Namun
belum teatasi, sehingga intervensi dilanjutkan untuk mengatasi masalah pola nafas
tidak efektif adalah monitor tanda-tanda vital, Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas, monitor pola napas,
auskultasi bunyi napas, monitor saturasi oksigen, monitor nilai AGD, kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian oksigen dan therapy.
Thanks Yo
u

Seki
CRÉDITOS:
este modelo d
e

dari an foi criado pe lo


apresentação con,
i íc ones da Flati
Slidesgo
kam
, in c lu
e imagens da
e infográficos
Freepik
i

Anda mungkin juga menyukai