Atelektasis Paru
Atelektasis Paru
Atelectasis sering dikaitkan dengan terjadinya kolaps alveolus, lobus, atau unit
paru yang lebih besar mengakibatkan Akibatnya, bagian paru yang terisolasi
mengalami kekurangan udara dan ukurannya mengecil. Arif Muttaqin, 2008
Jadi atelektaksis adalah suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang dengan sempurna tepatnya pada alveoli atau alveolus paru yang
tidak mengandung udara.
ETIOLOGI
Obstruktif Non-obstruktif
Bronkus yang tersumbat pasif → pneumothorax, operasi
Tekanan ekstra pulmonary cicatrix → perlekatan-perlekatan
Paralisis atau paresis gerakan adhesive → RDS (Respiratory
Distress Syndrome)
pernapasan Pneumonitis radiasi, pneumonia,
Hambatan gerak pernapasan uremia.
kompresi → Pneumothorax, pleural
effusion, tumor
PATOFISIOLOGI
Udara sulit
Membuat
Menghambat
Obstruksi
udara masuk
terabsorbsi
keluar dari keke
bronchial
zona alveolus
aliran darah
alveolus
al
ve
ol
us
ko
la
ps
• Sejak lahir dimana paru-paru • Tersumbatnya jalan nafas • Tekanan pada paru-paru
tidak dapat berkembang dapat mulai laring sampai dari luar
sempurna bronchiolus terkecil • Contohnya Pnemothorax,
• Contohnya atelektasis resorbsi • Cotohnya aspirasi benda asing hemotorax, tumor
Tidak
Tidak Sesak
Sesak nafas
nafas
megalami
megalami
gejala
gejala
yang
yang ringan
ringan Batuk
Nyeri
Manifestasi dada Malaise Takikardi
Letak
Letak Bunyi Suara nafas
diafragma
diafragma
akan
akan meninggi
meninggi pekak tambahan
Terdapat
Suara nafas Terdapat
perbedaan
perbedaan
melemah gerak
gerak dada
dada
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Foto rontgen thorax
CT scan
Bronkografi
Pemeriksaan Laboratorium
Darah : leukosit meninggi, LED meningkat karena ada suatu infeksi
Sputum
Test Tuberkulin
KOMPLIKASI
Asuhan Keperawatan
Pada Atelektasis Paru
PENGKAJIAN
Riwayat Pemeriksaan
kesehatan Penunjang
1. Ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan obstruksi bronkus oleh gumpalan lendir atau benda asing
Diagnose kedua perawat dan kelompok akan melakukan tindakan keperawatan yaitu
memonitor tanda-tanda vital, memberikan posisi nyaman pada klien, memonitor
frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas, memonitor pola napas, memonitor
saturasi oksigen, berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian oksigen 10 Lpm
dengannon-rebreating oxygen face mask (NRM) dan berkolaborasi dengan tim medis lain
(laboraturium) untuk pemeriksaan AGD.
Evaluasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi JalanNafas
ditandai dengan klien mengatakan nafas terasa sesak nafas dan disertai batuk-batuk
secara terus menerus, klien menelan paku kertas, Nafas tampak dangkal, terdapat
ronkhi (+/+),tekanan darah 100/75 mmHg, nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 40 x/menit
suhu 36,5°C. Namun belum teatasi, sehingga intervensi dilanjutkan monitor tanda-tanda
vital, Atur posisi semi-Fowler atau Fowler, Anjurkan relaksasi nafas dalam, monitor pola
napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas), monitor bunyi napas tambahan (mis.
Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering), Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
oksigen dan therapy.
Evaluasi
2. Ketidakefektifan Pola Nafas b.d ekspansi paru ditandai dengan tekanan darah
100/75 mmHg, nadi 120 x/menit, frekuensi nafas 40 x/menit suhu 36,5°C, Nafas
tampak dangkal, mengatakan nafas terasa sesak nafas dan disertai batuk-batuk,
adanya otot bantu nafas, analisa gas darah didapatkan PH 7,31, pCO2 40 mmHg,
pO2 15 mmHg, HCO3 20,1 mmol/L, CO2 21,3 mmol/L, BE 5,0 mmol/L. Namun
belum teatasi, sehingga intervensi dilanjutkan untuk mengatasi masalah pola nafas
tidak efektif adalah monitor tanda-tanda vital, Atur posisi semi-Fowler atau Fowler
monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas, monitor pola napas,
auskultasi bunyi napas, monitor saturasi oksigen, monitor nilai AGD, kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian oksigen dan therapy.
Thanks Yo
u
Seki
CRÉDITOS:
este modelo d
e