Anda di halaman 1dari 18

PERIODESASI HINDUISME ZAMAN

UPANISHAD
Kisin Riyanda Hendrik
11190321000011

Purwani
11190321000020

Rinka Sari
Kelompok
11190321000022
4

Muhammad Lazuardi
11190321000052
PERIODESASI HINDUISME ZAMAN UPANISHAD
Kata Upanisad berarti duduk di bawah kaki guru untuk Pada zaman ini pemikiran secara falsafah sudah berkembang,
mendengarkan ajarannya. Pada awalnya kata ini digunakan kehidupannya bersumber pada ajaran-ajaran kitab Upanisad yang tergolong
untuk menyebutkan ajaran yang diberikan oleh guru pada sruti, dijelaskan secara filosofis. Konsep terhadap keyakinan Panca Sradha
muridnya, tetapi kemudian dipergunakan untuk menyebutkan dijadikan titik tolak pembahasan oleh para arif bijaksana dan para resi.
segala sesuatu yang bersifat Mistik Selain itu juga konsep terhadap tujuan hidup disebut Catur Purusa Artha
yaitu Dharma, Artha, Kama, dan Moksa, difokuskan menjadi jelas

Braahman Atman

Karma Moksa

Reinkarnasi
Brahman
Brahman (Dewanagari: ब्रह्म) adalah penguasa
tertinggi dalam konsep ketuhanan Hindu.
Brahman bersifat kekal, tidak berwujud, tak
terbatas, tak berawal dan tak berakhir juga
menguasai segala bentuk, ruang, waktu, 
energi serta jagat raya dan segala isi yang
ada di dalamnya.
R ELIGION Pada zaman Upanisad, para filsuf India kuno memahami bahwa
yang tertinggi atau yang paling utama memanifestasikan dirinya
secara tidak langsung hanya di dunia fenomenal dengan beberapa
HINDUSM kasus luar biasa. Dengan kata lain, kita tidak bisa menghargainya
secara langsung tetapi hanya secara tidak langsung di dunia
empiris kita. Makhluk tertinggi ini seharusnya ada tidak secara
fisik tetapi secara metafisik dalam bentuk yang tak terlihat di
balik dunia yang fenomenal. Dari sinilah ditemukan bahwa unsur
yang tertinggi adalah Brahman
Gagasan ini diberikan, misalnya, dalam ungkapan bahwa makhluk
tertinggi, Brahman, disebut 'tidak terwujud' (Avyakta) dan
digambarkan berada di luar indra (Atndriya) dan ditangkap oleh
beberapa tanda (lingagr ahya ). Brahman disebut sebagai
"sesuatu" yang dari padanya segala sesuatu yang lain dapat ada
dan yang telah membuat segala sesuatu yang lain itu menjadi
agung. Nama yang diberikan kepada "sesuatu" ini adalah Brahman
yang berarti "yang membuat menjadi agung." Ada perbedaan
yang sangat mendasar antara pengertian Brahman dalam
Upanishad dengan pengertian kata tersebut dalam agama
Brahmana. Mula-mula Brahman berarti do’a dan kemudian
kekuatan ghoib yang terkandung dalam do’a. Di dalam Agama
Upanishad, Brahman dianggap sebagai yang menyebabkan segala
gerakan dan perubahan Brahman menjadi semacam “jiwa alam
semesta”.
Brahman mempunyai arti sebagai asas yang memimpin
Place Your Picture Here
alam semesta ini. Dia adalah asal, dan sekaligus juga
tujuan dari segala sesuatu Brahman itu bagaikan garam
yang tercampur menjadi satu dengan air (yang akhirnya
air menjadi asin seluruhnya) dia tidak diketahui
tempatnya tetapi ada dimana-mana (dalam air itu) dari
brahmanalah segala sesuatu mengalir keluar.
Demikianlah didalam dunia ini Brahman berada di dalam
segala sesuatu tanpa kelihatan. Dimana-mana kita dapat
merasakan Brahman, karena Brahman itu zat alam
semesta, hidup di dalam segala yang hidup, yang tetap
berada kenyataan yang sebenarnya terhadap segala yang
bersifat semu yang ada pada segala yang tampak ini. 4
Brahman adalah sumber alam semesta. Brahman adalah
pencipta, yang menjadikan alam semesta ini. Brahman
yang transcendent (Nirguna Brahman) yang berada di
luar alam semesta dan jauh di atas alam semesta itu,
adalah juga Brahman yang immanent (Saguna Brahman)
yang berada di alam semesta dan di dalam diri manusia
yang disebut Atman. Disini Brahman bukan dipandang
sebagai tokoh Dewa, melainkan sebagai asas yang
pertama, sebagai asal segala sesuatu dan sebagai yang
meliputi segala sesuatu
Realitas sehari-hari atau fenomena yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari merupakan percikan dari realitas
tertinggi yakni Brahman. Dengan demikian, orang
mulai mendekati dan melihat realitas yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka mulai menggali dan
mendalami serta mengidentifikasikan realitas tertinggi
itu dengan lambang-lambang religius dan upacara-
upacara, atau dengan benda- benda alam seperti
matahari dan bulan, atau dengan fungsi-fungsi
psikologis tertentu dari manusia. Dikatakan bahwa
Brahman sebagai realitas yang tidak terbatas, tidak
dapat dilihat oleh mata manusia. Indra penglihatan
manusia hanya mampu melihat realitas yang terbatas.
Brahman tidak dapat dimengerti, karena akal manusia
hanya mampu menangkap sesuatu yag dapat
dimengerti. Brahman melampaui pemikiran, maka dia
tidak dapat dikonsepkan oleh pikiran. Brahman itu
tanpa mata atau telinga, tanpa tangan atau kaki, tak
berakhir, masuk ke dalam segala hal dan hadir di mana-
mana, dialah yang tidak dapat berubah, yang dipandang
si bijak sebagai sumber dari segala
Atman Atman adalah jiwa individu. Dan Brahman adalah jiwa
yang universal. atman (tmn) adalah kata dalam bahasa
Sanskerta yang berarti diri atau jiwa. Dalam filsafat
Hindu, khususnya di aliran Vedanta Hindu, Atman adalah
prinsip pertama, diri sejati seorang individu yang
melampaui identifikasi dengan fenomena, esensi. Atman
adalah esensi kehidupan sejati manusia. Atman yang
ada dalam manusia disebut jivatman (jiwa/roh yang
menghidupkan manusia). Atman adalah jiwa, hakekat
terdalam dari jiwa individu itu sendiri. Karena itu
Upanisad mengajarkan: Tat twam asi yang berarti: Itu
(Brahman) adalah kamu (atman), artinya bahwa tuhan
manifestasi dalam jiwa setiap individu. Oleh karena
atman setiap orang adalah sama-sama merupakan
percikan-percikan kecil dari Brahman, maka tat twam asi
dapat diartikan : saya adalah kamu.6 Brahman sebagai
azas kosmos adalah sama dengan atman sebagai azas
hidup manusia. Didalam atman itulah Brahman menjadi
immanent yang tak terbatas menjadi terbatas.
Atman dianggap identik dengan Brahman, realitas tertinggi, dan
melampaui nama dan bentuk, di luar kata-kata dan ucapan, di
luar pikiran dan organ-organ indera. Itu di luar batasan ruang,
waktu, dan sebab akibat. Itu tidak berubah, tidak dapat
dibedakan, tidak terlihat, tidak bisa binasa, dan berbeda dari
indera. Ia tidak terlibat dalam aktivitas apa pun dan segala
sesuatu memperoleh keberadaannya karenanya. Ini adalah
keberadaan absolut, kesadaran absolut, dan kebahagiaan
absolut. Dengan mengetahui sifat alami seseorang, Atman,
seseorang mengatasi penderitaan. Karena, Atman tidak dapat
diketahui melalui indera dan pikiran, melalui persepsi perantara,
seseorang harus memusnahkan semua keinginan dan
membunuh pikiran, sehingga Atman yang mengungkapkan diri
mengungkapkan dirinya. Ini adalah satu-satunya realitas, tidak
ada realitas lain, ini adalah realitas non-ganda. Dengan
melakukan praktik spiritual seperti kejujuran, penegasan,
kelesuan, mengendalikan indera dan pikiran, seseorang harus
memahami sifat sejati seseorang, Atman, yang berada di luar
tubuh, pikiran, dan indera

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
Atman adalah esensi spiritual dalam semua makhluk, makhluk esensial
mereka yang terdalam. Itu abadi, itu adalah esensi, tidak abadi. Atman
adalah seseorang yang berada pada level terdalam keberadaannya. Atman
dalam Upanishad adalah 'Akshara-Brahman' yang Abadi, Abadi, yang meliputi
segalanya. Ia juga disebut "Purusha". Dia menerangi alam semesta yang
terlihat luas (Kshara- Virat, Apara Prakriti) dan menjaganya. Pada dasarnya
Atman bersifat sempurna. Hal ini dikarenakan Atman sebagai percikan kecil
dari Brahman yang bersifat sempurna dan tidak terbatas. Brahman adalah
asas alam semesta sedangkan Atman adalah asas pribdi atau individu. Atman
menjadi tidak sempurna karena Atman tinggal dalam tubuh manusia yang
terbatas. Tubuh manusia seringkali melakukan tindakan-tindakan destruktif
yang bisa merusak
Atman tidak bisa bergerak bebas karena
dikekang dan dibatasi oleh tubuh
manusia. Untuk itu, Atman harus
mengalami pembebasan atau moksha.
Untuk mencapai pembebasan (moksha),
seorang manusia harus memperoleh
pengetahuan diri (atma jnana), yang
berarti menyadari bahwa diri sejati
seseorang (Atman) identik dengan diri
Brahman yang transenden. Apabila
Atman sudah bebas, maka Atman akan
terhubung dan bersatu dengan Brahman.
Ada 12 sifat Atman jika Atman terbebas
dari belenggu badaniah seorang
manusia. Sifat-sifat itu yakni Achedya (tak
terlukai oleh senjata), Adahya (tak
terbakar oleh api), Akledya (tak
terkeringkan oleh angin), Acesyah (tak
terbataskan oleh air), Nitya (abadi),
Sarwagatah (di mana-mana ada), Sthanu
(tak berpindah-pindah), Acala (tak
bergerak), Awyakta (tak dilahirkan),
Acintya (tak terpikirkan), Awikara (tak
berubah dan sempurna), Sanatana
(selalu sama).
K arma
Manusia menciptakan nasibnya sendiri, bukan ditentukan
apalagi ditakdirkan semenjak dari janin. Seluruh gerak
pikiran, perkataan dan perbuatan atau karma memiliki buah
atau pahala yang akan dipetik, entah semasa ia hidup atau
setelah mati. Pahala dari setiap perbuatan itu ada yang
& Reinkarnasi
baik dan ada yang buruk, semuanya pasti akan dinikmati
manusia, hingga tidak ada yang tersisa lagi. Pahala dari
setiap perbuatan manusia tidak diciptakan secara sepihak
oleh Tuhan, misalnya hanya yang baik baik saja
Seluruh hasil perbuatan (karmaphala) semuanya tanpa
kecuali akan dipertanggung-jawabkan. Jadi, hasil
perbuatan buruk bukan akan lenyap hanya karena manusia
diminta secara dogmatis meyakini satu agama yang paling
benar, tetapi sekali lagi, ditentukan kualitas hasil perbuatan.
Karma akan menentukan keselamatan atau
ketidakselamatan manusia, baik ketika masih di dunia
maupun setelah kematiannya, sehingga manusia
mengambil tanggung jawabnya sendiri atas hidupnya. Tidak
ada campur tangan pihak lain, seperti dikutip Putra
(2010:xx) dari Brihad Aranyaka Upanisad IV. 4.5 yang
menyatakan :
“Sesuai dengan perbuatannyan demikianlah manusia

K arma
jadinya. Dia yang berbuat baik menjadi baik; yang
berbuat jahat menjadi jahat. Dengan perbuatan suci ia
menjadi suci; dengan perbuatan buruk, ia menjadi
buruk”. Melalui karma, manusia dimungkinkan untuk
menyempurnakan kualitas hidupnya secara terus menerus
& Reinkarnasi
dengan terlahir kembali. Hindu memberikan peluang dan
kesempatan bagi siapa saja yang tidak sempurna agar
menjadi sempurna, bukan yang baik masuk sorga dan yang
tidak baik ditunggu pintu neraka. Karma dan reinkarnasi
adalah penjelasan rasional karena keduanya
menggambarkan evolusi jiwa dan rohani, sehingga
penderitaan yang dialami manusia semasa hidup, dan lalu
biasanya dianggap sebagai ketidakadilan, bukanlah bentuk
retributif, tetapi sebaliknya, rekonstruktif untuk membentuk
karakter manusia yang ingin terus berevolusi dari negatif
menjadi positif. Upanisad menganalogikan seperti tanah liat
yang terus menerus digiling, dibentuk, dibakar, bahkan
dijemur untuk akhirnya menjadi cangkir, piring, kendi dan
bentuk keramik atau porselin indah lainnya. Pembentukan,
pembakaran, penjemuran adalah penderitaan manusia,
tetapi demi dan hanya untuk kesempurnaan dan
keindahan. Begitulah cara bekerjanya karma dan
reinkarnasi dalam Hindu
Moksa artinya yaitu kelepasan, kebebasan.
Melepaskan diri dari kekuasaan Karma, yaitu
dengan menghapus segala keinginan. Untuk
menghapus keinginan dapat dilakukan dengan
mengenal diri sendiri. Jadi, kegelapan dicapai
dengan melepaskan diri dari segala kekuasaan
Karma. Dalam batinnya, manusia harus lepas dari
keinginannya. Moksa adalah tujuan terakhir dari
seluruh Umat Agama Hindu. Tujuan hidup Umat
Hindu ialah mendapatkan kebahagiaan lahir dan
batin. Kebahagiaan batin yang terdalam ialah
bersatunya Atman dengan brahman, yang disebut
moksa. Moksa atau mukti atau nirwana, berarti
kebebasan,Kemerdekaan, Merdeka atau terlepas
dari ikatan Karma, kelahiran, kematian dan
belenggu maya/penderitaan keduniawian.

MOKSA
(Kelepasan)
Moksa berarti tiada keterikatan atma dan
bersatu dengan brahman (Tuhan Yang
Maha Esa). Didalam kitab-kitab upanisad
disebutkan bahwa moksa berarti
pencapaian kebebasan dari ikatan
duniawi, bebas dari hasil perbuatan dan
kelahiran kembali. Dalam brahmanda
purana disebutkan tiga tingkatan moksa
oleh orang yang melihat kebenaran,
pertama, adalah kelepasan dari
keterikatan ajnana (kebodohan). Kedua,
adalah keselamatan lepas dari
hancurnya keterikatan yang sangat
mendalam. Ketiga, adalah
menghancurkan kehausan, seperti
sangat terikat dengan keduniawian.
Disamping itu, dilihat dari kondisi atma saat bersatu dengan brahman dapat dibedakan menjadi
empat jenis moksa sebagai berikut :

2. Sarupya atau
1. Samipya, sadharmya,
kemiripan kesamaan sifat
Tuhan dan
dengan Sifat mencerminkan
Tuhan keagungan-Nya 04
03
02
01
4. Sayujya atau
3. Salokya atau bersama
keberadaan dengan Tuhan
berdampingan mendekati
yang sadar kemanunggalan
dengan Tuhan
dalam dunia
yang sama,
Moksa juga berarti pembebasan dari aliran kehidupan, bebas dari
rantai Karma. Moksa bukanlah keadaan yang negatif tetapi suatu
kelengkapan, bebas dari ikatan Karma dan kelahiran, kematian
dan kelahiran kembali. Menurut Nirvana kebebasan yang terakhir
yang diungkapkan dalam penyatuan dengan Tuhan. Moksa bisa
dicapai dengan tiga cara atau jalan yaitu, Pengetahuan,
Pengabdian dan Ritual (Karya). Beberapa orang mungkin
mencapai Moksa setelah meninggal tetapi tujuannya adalah untuk
mencapainya sebelum meniggal seperti Guru atau Yogi. Guru
yang mengalami Moksa sebelum meninggal sebagai
“Jivanmuktha” misalnya seseorang yang telah mencapai
pembebasan sebelum kematian. Sehingga Moksa adalah tujuan
tertinggi dalam keberadaan manusia.
Daftar Pustaka

 Ali, Mukti. 1988. Agama-agama Di Dunia. cet.1. Yogyakarta:IAIN sunan kalijaga press.
 Mudjadid, Abdul Manaf. 1996. Sejarah Agama-Agama. Jakarta.
 Hadiwijono, Harun. Sari Falsafat India. Jakarta: Badan Penerbit Kristen.
 Rudia Adiputra, I Gede. 1990. Tattwa Darsana. Jakarta:Yayasan Dharma Sarathi.
 Suparta, Ardhana. 2002 Sejarah perkembangan AGAMA HINDU di Indonesia. Surabaya: Paramita.
 Yoga Segara, I Nyoma. 2016. Duduk Dekat di Bawah Guru dan Transformasinya: Kajian atas Kitab Upanisad dalam
Ajaran Hindu. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 14, No. 1.
 Yusuf, Ali Anwar & TP, Tono. 2005. Rangkuman Ilmu Perbandingan Agama dan Filsafat. Bandung: CV Pustaka Setia.
 Punyatmadja, I. B. Oka. 1987. Pancha Gradha. Jakarta: Yayasan Wisma Karma.
 Merlina, Mei dkk. 2015. Periodesasi Sejarah Hinduisme (zaman Upanishad), Studi Agama-Agama:UIN Jakarta
Thank You
Terimakasih
Hatur Nuhun

Anda mungkin juga menyukai