Anda di halaman 1dari 60

PEMERIKSAAN GINJAL

PARAMETER NON
PROTEIN NITROGEN (NPN)

MATA KULIAH KIMIA KLINIK


PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN /TEKNOLOGI
LABORATORIUM MEDIK (TLM)

ELA MELANI MS, S.Si.,M.Si.


Pengertian
• NPN (Non Protein Nitrogen) adalah istilah untuk senyawa
yang memiliki unsur nitrogen di dalamnya, namun bukan
protein.

• NPN merupakan hasil katabolisme/perombakan senyawa


protein dan asam nukleat.

• NPN diekskresikan di ginjal, dan digunakan untuk


mengevaluasi Fungsi Ginjal
Nitrogen dalam Tubuh
1. Protein
• Protein sederhana : albumin, globulin, dll
• Protein konjugasi : hemoglobin, lipoprotein
2. Asam Nukleat
Pirimidin
• DNA
Hidrolisis Nukleosida
• RNA Purin Asam Urat

3. Non Protein Nitrogen (NPN)


Non Protein Nitrogen
Ada banyak jenis NPN, yang utama terdiri dari :
1. Ureum/Urea
2. Asam Urat
3. Kreatinin
4. Amonia
UREUM / UREA
1. UREA / UREUM
• NPN yang paling banyak dalam serum
• Disintesis di hati
• Merupakan hasil akhir katabolisme protein/asam amino →
menghasilkan amonia
• Amonia bersifat racun → dikonversi menjadi Urea di hati
melalui siklus Urea
• Sebagian besar Urea di filtrasi di glomerulus ginjal, kemudian
diekskresikan di Urin
• Sebagian kecil di reabsorbsi di tubulus ginjal
Siklus urea
• Reabsorbsi akan semakin berkurang jika urin encer dan
sebaliknya

• Konsentrasi urea/ureum dalam plasma tergantung pada :


 Makanan tinggi protein
 Kecepatan katabolisme protein (Menurun pada penyakit
liver)
 Fungsi ginjal (ekskresi urea)
Tujuan Pemeriksaan Urea/Ureum
• Untuk mengevaluasi fungsi ginjal (memastikan ginjal masih
bekerja normal)
• Untuk memastikan apakah penyakit ginjal yang diderita semakin
parah
• Mengevaluasi pengobatan terhadap fungsi ginjal
• Status hidrasi (dehidrasi) berat
• Mengevaluasi dialisis / cuci darah
Metode Pemeriksaan Urea/Ureum
I. Enzymatic Methods
• Metode enzimatik coupled (Urease dan GLDH)
• Metode Berthelot (Urease)
• Metode Nessler (Urease)

II. Chemical Methods


• Diacetyl monoxime method
• O-Phthaldehyde method
Metode Enzimatik Couple
Prinsip :
• Urea oleh urease diubah menjadi ion ammonium dan CO2.
• Ion ammonium dan ketoglutarat diubah oleh GLDH (glutamat
dehidrogenase) menjadi glutamat
• Berkurangnya absorbansi akibat NADH → NAD+; diukur
pada panjang gelombang 340 nm
Metode Berthelot
Prinsip :

• Ureum oleh urease diubah menjadi amoniak dan CO2.

• Amoniak (NH3) yang terbentuk direaksikan dengan hipoklorit


membentuk kloramin
• Kloramin bereaksi dengan fenol menghasilkan zat yang berwarna biru

Modifikasi :
• Fenol diganti dengan Na-salisilat, selanjutnya membentuk indofenol
(berwarna hijau) dengan katalis Na-nitroprusside
• Warna yang terbentuk diukur dengan fotometer
Metode Berthelot

Reagen A1:
• Sodium salisilat → membentuk indofeol yang berwarna
• Sodium nitroprusid → sebagai katalis
• Buffer fosfat pH 6,9
Reagen A2 (Enzim) :
• Urease → merubah urea menjadi ammonia dan CO2
Reagen B:
• Sodium hipoklorida → bereaksi dengan amonia membentuk kloramin
• Sodium hidroksida
Standar :
• Urea
Metode Nessler
Prinsip :

Ureum oleh urease diubah menjadi amoniak dan CO2.


Amoniak yang terbentuk direaksikan dengan pereaksi
Nessler membentuk larutan berwarna coklat. Warna yang
terbentuk diukur dengan spektrofotometer
Blood Urea Nitrogen (BUN)
• Ureum biasa dilaporkan sebagai BUN
• Urea CO(NH2)2 mempunyai BM = 60; sedangkan BM N2 = 28
• Nitrogen menyusun 28/60 berat urea

Maka :
• BUN = 0.467 x Ureum; atau
• Ureum = 2.14 x BUN
NILAI RUJUKAN
Urea/Ureum :
• Serum : 5 – 39 mg/dL (2.5 – 6.4 mmol/L)

Urea Nitrogen (BUN) di Serum:


• Serum : 6 – 20 mg/dL

Urea Nitrogen di Urin :


• Urin : 12 – 20 g / 24 jam (428 – 714 mmol urea / 24 jam)
Tahap Pra Analitik
• Persiapan Pasien :
 Tidak memerlukan persiapan khusus

• Persiapan Sampel :
 Hindari pemakaian sampel keruh, ikterik dan hemolisis

 Sampel hendaknya dianalisis dalam beberapa jam setelah


dikumpulkan karena urea akan hilang pada aktivitas bakteri
atau hendaknya disimpan dalam lemari pendingin
Spesimen Pemeriksaan Urea/Ureum
• Ureum dapat diukur dari bahan pemeriksaan : serum, plasma heparin,
ataupun urin.
• Jika plasma harus menghindari penggunaan antikoagulan natrium
citrate dan natrium fluoride, karena dapat menghambat urease.
• Urea dalam serum stabil 1 hari pada suhu kamar, 6 hari di lemari es, 6
bulan jika dibekukan
• Urin dapat dengan mudah terkontaminasi bakteri. Hal ini dapat diatasi
dengan menyimpan sampel di dalam refrigerator sebelum diperiksa
Istilah Peningkatan Kadar Urea di Serum

• Kadar urea/ureum dalam serum/plasma mencerminkan


keseimbangan antara produksi dan ekskresi urea.

• Azotemia : Peningkatan kadar urea dalam plasma

• Uremia : keadaan toksik akibat gagal ginjal sehingga urea


tidak dapat diekskresikan dan menumpuk di dalam darah
Penyebab Peningkatan Ureum
Peningkatan ureum dapat dikelompokan ke dalam 3 kelompok

• Pra-renal : gagalnya mekanisme yang bekerja sebelum filtrasi di


glomerulus. Karena penurunan aliran darah ke ginjal membuat
ureum makin sedikit difiltrasi; dan peningkatan katabolisme protein;
serta diet tinggi protein.

• Renal : Gangguan fungsi ginjal (gagal ginjal, glomerular nefritis,


nekrosis tubular dan penyakit ginjal lainnya.

• Post-renal : obstruksi aliran urin akibat batu ginjal, tumor vesika


urinaria, hiperplasia prostat, dan juga pada infeksi traktus urinarius
berat
Penyebab Peningkatan Ureum
• Peningkatan Katabolisme Protein : fever, burns, corticosteroid
administration, starvation, exercise, tirotoksikosis, DM,
neoplasma, polisistemia vera.

• Peningkatan Pencernaan protein : Hemorrhage into the


gastrointestinal system, high protein diets

• Penurunan Laju Filtrasi Glomerulus : Due to pre-renal, renal or


post-renal causes
Penyebab Penurunan Ureum
• Penurunan Intake Protein : dietary restriction of protein.

• Peningkatan Anabolisme/Pembentukan protein : anak dalam


masa pertumbuhan

• Peningkatan Ekskresi

• Penurunan Produksi : penyakit liver


2. KREATININ
Pendahuluan
• Kreatinin merupakan produk buangan dari metabolisme kreatin
dan kreatin fosfat (merupakan sumber energi bagi otot)
• Kreatin terutama disintesis di hati dari asam amino arginin, glisin
dan metionin
• Kreatin fosfat disistesis di otot dan merupakan sumber energi bagi
otot
KREATININ
• Pembentukan dan ekskresi kreatinin dengan kecepatan yang
konstan, dan berhubungan dengan massa otot
• Diekskresikan melalui urin dengan jumlah yang relatif stabil

• Filtrasi di glomerulus, dan tidak di reabsorbsi

• Peningkatan kadar kreatinin plasma terkait dengan penurunan


filtrasi glomerulus (fungsi ginjal)
• Plasma kreatinin adalah tes yang paling umum digunakan untuk
mengevaluasi fungsi ginjal
Yang mempengaruhi kadar Kreatinin :

• Keadaan yang berhubungan dengan peningkatan kadar


kreatinin serum adalah : gagal ginjal akut dan kronis, syok
berkepanjangan, kanker (usus, kandung kemih, testis, uterus,
prostat), leukemia, diet tinggi daging merah, aktivitas yang
tinggi,
• Keadaan yang berhubungan dengan Penurunan kadar kreatinin
serum dapat dijumpai pada : Kurangnya asupan nutrisi,
kehamilan
Tahap Pra Analitik
• Persiapan Pasien :
 Tidak memerlukan persiapan khusus
• Persiapan Sampel :
 Sampel serum, plasma heparin dan urin
 Hindari pemakaian sampel keruh, ikterik dan hemolisis
 Kreatinin stabil di serum/plasma hingga 1 minggu jika disimpan
dalam lemari es
 Sampel urin harus disimpan di refrigerator setelah dikumpulkan
jika ada penundaan pemeriksaan
Metode Pemeriksaan Kreatinin :
• Jaffee Method (Metode klasik)

Prinsip :
Kreatinin bereaksi dengan asam pikrat dalam suasana basa
membentuk larutan kompleks warna kuning-kemerahan (orange)
Creatinine + Picrate Acid Colored chromogen

Spesimen : Plasma heparin, serum, urin

Kadar bilirubin yang tinggi and hemolisis menyebabkan hasil


rendah palsu
Yang mempengaruhi kadar Kreatinin
Serum pada metode Jaffe:
• Asam askorbat, glukosa, α-ketoacid, dan asam urat meningkatkan
kadar kreatinin jika menggunakan metode Jaffe karena perubahan
warna yang dihasilkan semakin tua.
• Bilirubin menurunkan kadar kreatinin pada pemeriksaan metode
jaffe ataupun enzimatik. Asam askorbat juga dapat mengganggu
metode enzimatik yang menggunakan enzim peroksidase.
• Pada pasien yang meminum antibiotik sefalosporin dapat
menyebabkan peningkatan kadar kreatinin palsu pada metode Jaffe.
• Dopamine juga memberikan peningkatan palsu kadar kreatinin baik
pada metode Jaffe ataupun enzimatik.
Metode Pemeriksaan Kreatinin :
• Metode Enzimatik

Creatinine aminohydrolase
Creatinine + H2O Creatine
Creatine Kinase
Creatine + ATP Creatine-P + ADP

Pyruvate Kinase
ADP + Phosphoenolpyruvate ATP + Pyruvate

Pyruvate + NADH Lactate dehydrogenase Lactate + NAD+

 Perbedaan absorbansi pada waktu yang tetap selama konversi


sebanding dengan konsentrasi kreatinin dalam sampel.
NILAI NORMAL KREATININ
• Serum / Plasma :

Laki – laki : 0.7 – 1.3 mg/dL (62 – 115 µmmol/L)


Perempuan : 0.6 – 1.1 mg/dL (53 – 97 µmmol/L)
Anak-anak : 0.3 – 0.7 mg/dL (27 – 62 µmmol/L)
• Urin :
Laki – laki : 14 – 26 mg/kg/24jam (124 – 230 µmmol/kg/24jam)
Perempuan : 11 – 20 mg/kg/24jam (97 – 177 µmmol/kg/24jam)
(sumber : Bishop, 2010)
KLIRENS KREATININ
• Bersihan kreatinin (Creatinine Clearence)
• Klirens (suatu zat) adalah volume plasma yang melalui ginjal,
yang dibersihkan dari (zat tersebut) dalam waktu tertentu.
• Klirens kreatinin dilaporkan dalam mL/menit dan dapat
dikoreksi dengan luas permukaan tubuh.
• Pengukuran klirens kreatinin memberikan informasi mengenai
perkiraan nilai GFR (kecepatan filtrasi glomerulus)
• Spesimen : berupa Urin 24 jam dan kreatinin plasma/serum
Menghitung Klirens Kreatinin

(mL/menit)

Nilai Normal (sumber : Bishop, 2010) :


Laki-laki : 97 mL/menit – 137 mL/menit per 1,73 m2
Perempuan : 88 mL/menit – 128 mL/menit per 1,73 m2
Estimasi GFR (Glomerular Filtration Rate)

The National Kidney Foundation merekomendasi bahwa estimated


GFR (eGFR) dapat diperhitungkan tanpa mengukur kreatinin urin,
yaitu dengan menggunakan

Persamaan Cockcroft - Gault


GFR (Glomerular Filtration Rate)

• Atau LFG (Laju Filtrasi Glomerulus) : jumlah cairan yang


difiltrasi oleh glomerulus per satuan waktu

• Rata-rata LFG : 125 mL/menit → 180 L/hari

• Merupakan indikator fungsi ginjal yang penting untuk


mendiagnosa gangguan fungsi ginjal

• Jika LFG ↓ menunjukkan adanya gangguan pada ginjal


GFR (Glomerular Filtration Rate)
GFR (Glomerular Filtration Rate)
INTERPRETASI :
• LFG : 60 – 89 mL/menit → penurunan ringan bisa tanpa
penyakit ginjal jika pada tes urin tidak ditemukan protein
urin
• LFG Normal, Protein + : cek kembali LFG selama 3 bulan
untuk mendiagnosa CKD
• LFG < 60 mL/menit selama lebih dari 3 bulan,
menunjukkan adanya CKD
• LFG , 15 mL/menit : menunjukkan Gagal Ginjal, biasanya
dilakukan dialisis atau trasplantasi
Faktor risiko Penyakit Ginjal :

• Diabetes mellitus

• Hipertensi

• Riwayat keluarga penyakit ginjal

• Usia > 60 tahun


3. ASAM URAT
Pendahuluan
• Asam urat adalah produk utama dari perombakan/katabolisme dari
asam nukleat (purin).
• Asam Nukleat : DNA dan RNA

• Purin : Adenin dan Guanin


Pembentukan Asam Urat

• Di bentuk di hati, dengan adanya enzim Xantin oksidase


Sumber Purin
Endogen

• Perombakan asam nukleat jaringan tubuh

• Sintesis Purin di hati, usus halus, timus, dan jaringan

Eksogen

• Makanan yang mengandung Purin


Asam Urat
Asam Urat
• Di bentuk di hati dan dibawa oleh plasma menuju ginjal

• Eliminasi asam urat sekitar 70% dilakukan oleh ginjal, selebihnya


akan didegradasi oleh bakteri di dalam traktus gastrointestinal.
Asam Urat
• Difiltrasi oleh glomerulus, disekresikan oleh tubulus distal ke
dalam urin, sebagian besar direabsorpsi di tubulus proksimal.

• Pada kadar yang tinggi, asam urat akan disimpan pada persendian
dan jaringan, sehingga menyebabkan inflamasi
Asam Urat
• Di ginjal, asam urat akan difiltrasi oleh glomerulus.
• Sekitar 98-100% asam urat direabsorpsi di tubulus proksimal
setelah melewati filtrasi glomerulus.
• Sebagian kecil asam urat akan disekresikan oleh tubulus distalis
ke dalam urin.
Metode Analisis Kadar Asam Urat
Metode : Enzimatik (Uricase)
Asam urat secara enzimatis teroksidasi oleh oksigen
membentuk hidrogen peroksida, allantoin, dan karbon
dioksida.
NILAI NORMAL ASAM URAT
• Serum / Plasma :

Laki – laki : 3.5 – 7.2 mg/dL (0.21 – 0.43 µmmol/L)


Perempuan : 2.6 – 6.0 mg/dL (0.16 – 0.36 µmmol/L)
Anak-anak : 2.0 – 5.5 mg/dL (0.12 – 0.33 µmmol/L)
• Urin 24 Jam :
Dewasa : 250 – 750 mg/hari (1.5 – 4.4 mmol/hari)
(sumber : Bishop, 2010)
Hiperurisemia
• Konsentrasi asam urat dalam plasma di atas normal

Penyebab :
1. Over Produksi : Peningkatan metabolisme purin, diet tinggi purin,
peningkatan perombakan DNA/RNA (seperti pada keganasan),
konsumsi alkohol, hipoksia jaringan dan preeklamsia
2. Under Ekskresi : Penurunan jumlah ekskresi/pengeluaran asam
urat melalui urin (gangguan fungsi ginjal)
GOUT
• Kondisi yang diakibatkan pengendapan kristal asam urat
(monosodium urat) pada sendi akibat konsentrasi yang jenuh dalam
cairan tubuh

• Ditandai peningkatan asam urat dalam darah & peradangan sendi


berulang (artritis)

• Terbanyak menyerang usia dekadi 4-6 (Pria : 9x dibanding wanita)


gouty arthritis
Hipourisemia
• Kondisi dimana konsentrasi asam urat dalam plasma di bawah
normal (< 2mg/dL)
• Kasus jarang

Penyebab :
1. Penyakit Hepatoseluler (sel hati) : sintesis purin berkurang dan
penurunan aktivitas enzim xantin oksidase
2. Gangguan/terhambatnya proses reabsorbsi asam urat di tubulus
ginjal
3. Obat penurun kadar asam urat (allopurinol)
Diagnosis
Laboratorium
• Kadar asam urat  bisa normal / tinggi

• Pemeriksaan cairan sendi  Gold Standard

Ditemukan kristal yang mengendap pada sendi

Cairan sendi lutut, laki-laki 74


tahun, kristal asam urat
FAKTOR RISIKO
• Usia (meningkat seiring bertambahnya usia)
• Jenis kelamin
• Obesitas
• Alkohol
• Hipertensi
• Gangguan Fungsi Ginjal
• Penyakit-penyakit metabolik
• Penyakit kronis
• Pola diet
• Obat: Aspirin dosis rendah, Diuretik, obat-obat TBC
Tahap Pra Analitik
• Persiapan Pasien :
 Disarankan puasa 10 – 12 jam
• Persiapan Sampel :
 Spesimen serum, plasma heparin dan urin
 Hindari pemakaian sampel keruh, ikterik dan hemolisis
 Asam urat stabil dalam sampel serum selama 5 hari pada suhu
4ºC dan hingga 6 bulan pada suhu 20ºC
 Sampel urin harus disimpan di refrigerator setelah dikumpulkan
jika ada penundaan pemeriksaan
Spesimen
Pada pemeriksaan kadar asam urat yang menggunakan enzim
• Diet akan mempengaruhi kadar asam urat.
• Bahan pemeriksaan yang lipemik, ikterik, hemolisis dapat
menghambat kerja enzim, sehingga menurunkan kadar asam urat
• Obat-obatan seperti salisilat dan thiazide akan meningkatkan
kadar asam urat karena menghambat ekskresi dan meningkatkan
reabsorpsi asam urat di tubulus proksimal ginjal.
• Stabil jika sudah dipisahkan dari sel darah (serum/plasma)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai