Materi Seminar Etik Penelitian Kesehatan Prof Istiadjid
Materi Seminar Etik Penelitian Kesehatan Prof Istiadjid
KESEHATAN
K O M I S I E T I K P E N E L I T I A N K E S E H ATA N
FA K U LTA S K E D O K T E R A N
U N I V E R I TA S B R AW I J AYA
MALANG
DASAR UNIVERSAL ETIK
PENELITIAN KESEHATAN
“ Etik” mempunyai beberapa pengertian.
Salah satunya: etik adalah norma moralitas yang
berlaku untuk suatu kelompok masyarakat
(komunitas) tertentu. Kata etik selalu dipadankan
dengan predikat yg mencerminkan komunitasnya.
Misalnya etik kedokteran, merujuk pada moralitas dokter.
Jadi, etik penelitian kesehatan adalah norma
moralitas komunitas peneliti di bidang kesehatan
Peneliti adalah seorang ilmuwan dan akademisi,
yang berkiprah mengembangkan ilmu:
Mendeskripsikan, menelusuri hubungan sebab akibat,
serta meramalkan alam semesta, dan mengembangkan
langkah intervensi agar alam semesta lebih bermanfaat
dan bersahabat untuk kemaslahatan umat manusia.
Fungsi khusus seorang ilmuwan adalah meng-
hasilkan pengetahuan baru.
Dapat dimengerti, seorang peneliti harus menghayati
dan mengamalkan etik ilmuwan yang disebut etik
akademik.
Dalam konteks ilmu, secara filsafati, kesehatan
mencakup segala sesuatu tentang:
ontologik (apa yang dikaji), epistemologik (cara
mengkaji), serta aksiologik (pemanfaatan hasil
kajian) tentang kesehatan manusia.
zaman dahulu kala. Demikian pula norma etik kedokteran sudah ada sejak dahulu.
Norma etik tertua yang diketahui adalah sumpah dokter hindu yang ditulis pada
tahun 1500 SM, yang hampir bersamaan munculnya dengan sumpah dokter China.
Te m a t e r p e n t i n g d a r i s u m p a h t e r s e b u t a d a l a h p e n d e r i t a y a n g d i o b a t i j a n g a n
dirugikan.
Seribu tahun kemudian Hippocrates (460-337 SM), dalam bukunya berjudul The
etik. Saat itu penelitian dilakukan para dokter Nazi terhadap para tawanan perang
dunia II. Contohnya mereka meneliti ketahanan manusia dalam air yang bersuhu di
bawah 0oc. Itu jelas merupakan penelitian yang sangat tidak manusiawi (merugikan
dan menyakiti subyek). Penelitian tersebut pada dasarnya dilandasi tujuan politik
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti halnya pengalaman pd ii,
pada tahun 1946 di kota nuremberg disusun aturan-aturan tentang penelitian pada
manusia. Peraturan ini dikenal sebagai Nuremberg Code. Salah satu yang
terpenting dari kode ini adalah keharusan adanya informed consent dari subyek
penelitian.
Pada tahun 1948 dicetuskan Declaration of Geneva yang antara lain menyatakan
m e n g u t a m a k a n K E S E H ATA N P E N D E R I TA .
Pada tahun 1964, world medical association (WMA) dalam sidangnya
yang telah digariskan itu, karena pada deklarasi tersebut telah ada
relawan penelitian.
Pada tahun 1975, oleh World Health Assembly ke-20 di
Tokyo telah dibuat revisi, dan revisi ini disebut
Deklarasi Helsinki II.
Perubahan penting dalam deklarasi ini adalah peraturan
yang menyatakan protokol penelitian pada manusia
harus ditinjau dan diteliti dulu oleh suatu panitia untuk
pertimbangan, tuntunan dan komentar.
Pada protokol harus dicantumkan suatu ethical
clearance/approval, dan hasil penelitian tidak boleh
dipublikasikan tanpa adanya ethical clearance.
Di berbagai institusi penelitian mulai dibentuk komisi
etik penelitian. Deklarasi Helsinki masih mengalami
beberapa revisi, yaitu di Venesia tahun 1983, di
Hongkong tahun 1989.
Revisi terakhir terhadap Deklarasi Helsinki dilaku-kan
di Seoul Korea Selatan pada tahun 2008.
Publikasi tahun 1982 mengenai Proposed International
Guidelines for Biomedical Research Involving Human
Subject merupakan publikasi yang dikeluarkan untuk
menjelaskan Deklarasi Helsinki.
Publikasi ini kemudian disempurnakan pada tahun 1993,
hasil kerja sama Council for International Organizations
of Medical Sciences (CIOMS) dengan World Health
Organization (WHO).
Etik dan moral senantiasa berkaitan dengan kebebasan dan tanggung jawab. Etik
membebani manusia dengan kewajiban moral, yang berbeda dengan kewajiban dalam
norma hukum, kewajiban moral ini tidak mempunyai kekuatan mengikat untuk dipaksakan
penerapannya. Norma moral bersifat otonom, sehingga penegakannya tidak dapat
dipaksakan melalui upaya pemaksa eksternal (misalnya oleh penguasa).
Kebebasan dapat dibagi menjadi dua macam. Pertama, kebebasan yang diterima dari
orang lain, disebut kebebasan sosial. Kedua, kebebasan dalam arti kemampuan manusia
untuk menentukan tindakannya sendiri, yang disebut kebebasan eksistensial.
Kebebasan sosial selalu dibatasi oleh orang lain, yang bisa berupa: (1) jasmani, yakni
adanya paksaan secara fisik; (2) rohani/psikis, yaitu tekanan batin yang diberikan oleh
orang lain, serta (3) perintah dan larangan, antara lain berwujud undang-undang, perintah
orang tua, atasan, dan guru. Kebebasan eksistensial berakar dari kebebasan rohani
manusia itu sendiri, yaitu dalam penguasaan dalam batinnya, pikirannya, dan
kehendaknya
Untuk itu tiap peneliti kesehatan harus mampu melakukan pertimbangan
etik secara mandiri. Melakukan identifikasi isu etik yang mungkin muncul,
melakukan pertimbangan berdasarkan acuan yang tersedia serta mengambil
keputusan etik.
Keputusan etik ini dihormati sendiri oleh peneliti sehingga jika dianggap tidak
layak etik, membatalkan penelitiannya atau memodifikasinya agar menjadi
layak etik. Perilaku ini harus dilandasi oleh integritas, termasuk kompetensi
akademik yang adekuat dari seorang peneliti.
Pertimbangan etik tidak selalu mulus. Kadang kala peneliti berhadapan dengan
dilema etik, dalam arti kata tindakan yang akan dilakukan sejalan dengan
rujukan etik yang satu, tetapi bertentangan dengan rujukan etik yang lain.
Dalam mengambil keputusan, peneliti terpaksa melakukan pilihan. Pilihan
selalu bersifat subyektif. Disadari kemampuan manusia, (termasuk peneliti
kesehatan) terbatas. Lebih dari itu dalam bersikap dan bertindak, dapat
dipengaruhi oleh pertimbangan teknis dan operasional, kemudian terbawa
arus untuk bersikap pragmatis sehingga mengabaikan prinsip. Untuk itu prinsip
agar tiap penelitian kesehatan harus layak etik untuk dilaksanakan harus
diberdayakan dan dipastikan pemberlakuannya.
Penelitian kesehatan pada manusia hanya boleh dilakukan bila memenuhi dua
kriteria yaitu kriteria kepatutan dan kriteria persetujuan. Kedua kriteria
tersebut umumnya mengacu pada Deklarasi Helsinki.
Penelitian (uji klinis) terhadap pasien hanya diperbolehkan bila ada indikasi
medis:
• Penelitian pada pasien atas dasar indikasi medis dan dengan persetujuan
pasien hanya dapat dilaksanakan sebaiknya jika peneliti adalah bukan
dokter yang merawatnya,
• Dalam pelaksanaan penelitan, peneliti dan pasien harus yakin betul
bahwa yang digunakan adalah metode diagnostik atau terapeutik yang
sebaik mungkin,
• Jika ada pasien yang tidak memberi persetujuan untuk ikut dalam
penelitian, maka hal itu dijamin tidak ada dampak negatif terhadap
hubungan dokter-pasien,
• Pasien yang sedang dalam keadaan koma, atau pasien yang mempunyai
penyakit yang tidak mungkin dapat disembuhkan, atau pasien yang dalam
stadium akhir hidupnya, tidak diperkenankan dijadikan subyek penelitian.
Kriteria Persetujuan
Suatu penelitian dengan subyek manusia tidak boleh dilakukan jika belum/tidak
memperoleh persetujuan dari subyek yang akan diteliti. Persetujuan tersebut diperoleh
setelah kepada subyek diberikan informasi dan penjelasan yang adekuat. Oleh karena itu
persetujuan ini disebut “persetujuan setelah penjelasan” (PSP), yang dalam terminologi
internasional disebut “informed consent”.
Informasi pada subyek penelitian (pasien maupun non-pasien) merupakan syarat
mutlak untuk memperoleh informed consent di dalam kriteria persetujuan. Informasi
harus diberikan selengkap mungkin dan tidak boleh ada informasi tertentu yang
dirahasiakan oleh peneliti. Di dalam deklarasi helsinki, isi informasi untuk memperoleh
informed consent harus mencakup: “the aims, method, anticipated benefits and
potential hazaards of the study and the discomfort it may entail”.
Di samping itu perlu pula diketahui bahwa persetujuan subyek setiap waktu dapat
ditarik, meskipun penelitian belum berakhir. Penarikan atau pembatalan persetujuan
tersebut tidak mengandung implikasi risiko apa pun terhadap subyek penelitian tersebut.
- DASAR
RUJUKAN -
PRINCIPLES OF BELMONT REPORT
BIOMEDICAL (1976)
ETHICS “The National Commission
(1979) for The Protection of Human
Subject of Biomedical and
“Beauchamp & Behavioral Research”
Childress”
KEPPKN
NATIONAL
GUIDELINE
LOCAL
RELIGION
NATIONAL LAW &
CULTURE
REGULATION
NUREMBERG CODE
• Peneliti harus berhati-hati dan mengambil langkah khusus jika penelitiannya dapat merusak
lingkungan (paragraf 13).
• Penelitian harus dirancang melalui protokol tertulis yang rinci, sehingga informasi yang
dibutuhkan untuk dipenuhinya panduan etik yang berlaku tercakup dalam protokol tersebut.
Lebih lanjut dalam protokol harus disertakan pertimbangan peneliti bahwa penelitiannya
telah memenuhi prinsip etik yang tercakup dalam paragraf deklarasi helsinki, sehingga layak
etik untuk dilaksanakan (paragraf 14).
Sebelum penelitian dilaksanakan, protokol harus disampaikan
untuk dikaji komisi etik untuk mendapatkan pertimbangan,
bimbingan dan persetujuan bahwa penelitian tersebut layak etik
untuk dilaksanakan (paragraf 15).
Uji klinik harus diregistrasikan pada pihak yang berwenang, dan
data base-nya dapat diakses oleh publik (paragraf 19).
Panduan untuk mendayagunakan spesimen yang berasal dari
manusia dan data tentang manusia (paragraf 25).
Tanggungjawab untuk patuh etik berada pada pundak penulis,
editor serta penerbit yang mempublikasikan hasil penelitian
(paragraf 30).
Panduan CIOMS – WHO
Council for international organizations of medical sciences (CIOMS) dengan dukungan
WHO pertama kali menyusun panduan etik untuk pelaksanaan penelitian biomedik
dengan subyek manusia pada tahun 1982, diperbarui tahun 1993 dan diterbitkan dalam
beberapa edisi, yaitu tahun 2002, 2008, 2011, 2016. Edisi 2016 diterbitkan sendiri oleh
CIOMS dalam bentuk buku dengan judul International Ethical Guidelines for Biomedical
Research Involving Human Subjects, dengan ISBN nomor 9290360755, meskipun juga
dapat diunduh melalui situs resmi CIOMS.
Isi buku ini mencakup: international instruments and guidelines, general ethical
Sebagai panduan etik, boleh dikatakan cioms guidelines mengadopsi seluruh substansi
yang terkandung dalam deklarasi helsinki. Sesuai dengan pola perumusannya kedua
panduan etik ini saling melengkapi. CIOMS guidelines ini juga dipakai secara luas sebagai
acuan dalam menyusun panduan etik penelitian oleh berbagai kalangan, termasuk di
indonesia.
Deklarasi Universal Tentang Hak-Hak Asasi Manusia
Sidang umum PBB pada tahun 1948 mengadopsi the universal declaration of human rights.
Guna memberi kekuatan hukum dan moral pada deklarasi tersebut, pada tahun 1966 sidang
umum menetapkan the international convenant on civil and political rights, yang dalam
artikel ke-7 disebut “no one shall be subjected to torture or to cruel, inhuman or degrading
treatment or punishment. In particular, no one shall be subjected without his free consent to
medical or scientific experimentation.
Artikel 7 ini menegaskan perlindungan hak asasi manusia dan kesejahteraan setiap
relawan manusia yang ikut serta sebagai subyek dalam penelitian kesehatan.
Pada tahun 2005 unesco mencanangkan deklarasi yang dinamakan: Universal
Declaration on Bioethics and Human Rights. Dari perspektif etik penelitian kesehatan,
deklarasi UNESCO untuk menjembatani human right declaration yang lebih bersifat umum
dan konseptual, dengan pedoman yang tertuang dalam Deklarasi Helsinki serta guidelines
CIOMS yang lebih bersifat operasional dan teknis. Hal itu juga memperkuat kesepakatan dan
komitmen yang tertuang dalam semua deklarasi dan pedoman tersebut.
PRINSIP UMUM ETIK PENELITIAN
KESEHATAN
Pada tahun 1979, Beauchamp dan Childress dalam bukunya Principles of
Biomedical Ethics merumuskan 4 prinsip etik biomedik (Belmont’s
Principles):
2) Beneficence
3) Justice.
Prinsip etik berbuat baik juga menyangkut kewajiban membantu orang lain,
dilakukan dengan mengupayakan manfaat maksimal dengan kerugian minimal.
Prinsip etik berbuat baik mempersyaratkan bahwa:
(scientific sound);
Yang dimaksud dengan standar profesi penelitian kesehatan adalah pedoman yang berisi ketentuan-
ketentuan yang harus dipergunakan dalam menjalankan profesi secara benar. Dalam melakukan tugas
profesinya, peneliti harus selalu menggunakan standar profesi penelitian kesehatan.
Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan
penerapannya dilakukan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam masyarakat sertas upaya
pelestarian lingkungan.
Yang dimaksud dengan norma yang berlaku dalam masyarakat adalah norma hukum, norma agama,
norma kesusilaan, dan norma kesopanan.
Peraturan Pemerintah No. 39 Th. 1995 – Pasal 8 : 1, 2
Penelitiandan pengembangan kesehatan terhadap manusia hanya dapat dilakukan
atas dasar persetujuan tertulis dari orang yang bersangkutan.
Persetujuan tertulis dapat pula dilakukan oleh orang tua atau ahli warisnya apabila
manusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) :
◦ tidak mampu melakukan tindakan hukum;
◦ karena keadaan kesehatan atau jasmaninya sama sekali tidak memungkinkan
dapat menyatakan persetuijuan secara tertulis;
◦ telah meninggal dunia, dalam hal jasadnya akan digunakan sebagai objek
penelitian dan pengembangan kesehatan.
Persetujuan tertulis bagi penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap
keluarga diberikan oleh kepala keluarga yang bersangkutan dan terhadap
masyarakat dalam wilayah tertentu oleh Bupati/Wliokota Kepala Daerah yang
bersangkutan.
Pasal 12 Peraturan Pemerintah
No. 39 Th. 1995 :
Orang, keluarga, atau masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
berhak sewaktu-waktu mengakhiri atau menghentikan keterlibatannya
dalam penelitian dan pengembangan kesehatan.
Penjelasan Pasal 12 tersebut di atas, menyatakan :
Pada dasarnya keterlibatan manusia dalam penelitian dan pengembangan
kesehatan didasarkan atas prinsip sukarela dan sifatnya tidak mengikat. Oleh
karena itu manusia yang bersangkutan dapat mengakhiri atau
menghentikan keterlibatannya dalam penelitian dan pengembangan
kesehatan sewaktu-waktu dengan cara memberitahukan kepada
penyelenggara penelitian dan pengembangan kesehatan.
Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 39 Th. 1995 :
Penelitian dan pengembangan kesehatan terhadap :
2. Wanita hamil atau menyusui hanya dapat dilakukan dalam rangka pembenaran
masalah kehamilan, persalinan, atau peningkatan derajat kesehatannya;
3. Penderita penyakit jiwa atau lemah ingatan hanya dapat dilakukan dalam rangka
mengetahui sebab terjadinya penyakit jiwa atau lemah ingatan, pengobatan, atau
rehabilitasi sosialnya.
Pembatasan ini dilakukan dalam rangka melindungi kesehatan dan keselamatan jiwa
dari anak-anak, wanita hamil atau menyusui dan penderita penyakit jiwa atau lemah
ingatan.
Pasal 19 Peraturan Pemerintah No. 39 Th. 1995 :
“Barangsiapa dengan sengaja melakukan penelitian dan pengembangan kesehatan dan
penerapannya terhadap manusia, keluarga, atau masyarakat tanpa memperhatikan
norma yang berlaku dalam masyarakat serta kesehatan dan keselamatan yang
bersangkutan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 9 dipidana
berdasarkan ketentuan Pasal 58 ayat (1) Undang-undang No. 36 Th. 2009 Tentang
Kesehatan.”
Pasal 21 UU No. 39 Th. 1999 Tentang Hak Asasi Manusia :
Setiap orang berhak atas keutuhan pribadi, baik rohani maupun
jasmanai, dan karena itu tidak boleh menjadi objek penelitian tanpa
persetujuan darinya.
Pasal 44 UU No. 36 Th. 2009 Tentang Kesehatan :
Dalam mengembangkan teknologi dapat dilakukan uji coba teknologi
terhadap manusia dan hewan.
Uji coba tersebut dilakukan dengan jaminan tidak merugikan manusia
yang dijadikan uji coba.
Uji coba dilakukan oleh orang yang berwenang dan dengan
persetujuan orang yang dijadikan uji coba.
Penelitian terhadap hewan harus dijamin untuk melindungi kelestarian
hewan tersebut serta mencegah dampak buruk yang tidak langsung
bagi kesehatan manusia.
D A L A M P E N J E L A S A N P S . 4 4 : 2 , 3 U U N O . 3 6 T H . 2 0 0 9 T E N TA N G
K E S E H ATA N
Semua uji coba yang menggunakan manusia sebagai subjek uji coba wajib didasarkan
pada tiga prinsip etik umum, yaitu menghormati harkat dan martabat manusia (respect for
persons) yang bertujuan menghormati otonomi dan melindungi manusia yang otonominya
terganggu/kurang, berbuat baik (beneficence) dan tidak merugikan (non-maleficence), dan
keadilan (justice).
Uji coba pada manusia harus dilakukan dengan memperhatikan kesehatan dan
keselamatan yang bersangkutan. Penelitian dan pengembangan yang menggunakan
manusia sebagai subjek harus mendapat informed consent. Sebelum meminta persetujuan
subjek penelitian, peneliti harus memberikan informasi mengenai :
Tujuan penelitian dan pengembangan kesehatan serta penggunaan hasilnya;
Jaminan kerahasiaan tentang identitas dan data pribadi;
Metode yang digunakan;
Risiko yang mungkin timbul, dan hal lain yang perlu diketahui oleh yang bersangkutan
dalam rangka penelitian dan pengembangan kesehatan.
INTEGRITAS PENELITI
Kata integritas berasal dari kata bahasa Latin integritās yang berarti “utuh” yang kemudian berkembang dalam bidang moral/etika menjadi “soundness of moral character”. Francis L. Macrina mendefinisikan manusia yang berintegritas sebagai “morally
upright, honest, fair and sincere”.
Integritas adalah karakter manusia yang menyangkut inti terdalam kepribadian manusia. Seringkali sulit untuk diterangkan tetapi mudah untuk dirasakan. Integritas pribadi ini langsung berhubungan dengan nilai-nilai yang dihayati seseorang dalam hidupnya.
Integritas Etik
Ketiga prinsip etik penelitian yang telah dikemukakan di atas (respect for person,
beneficence, justice) menggaris-bawahi apa saja yang menjadi tanggung jawab
peneliti selama dan sesudah penelitian berlangsung. Dalam hal ini, walaupun
tanggung jawab secara detail masing-masing peneliti bisa berbeda sesuai dengan
kedudukan yang ada dalam sebuah team penelitian, namun menyangkut etika pada
umumnya, semua peneliti, baik peneliti utama, maupun anggota peneliti lainnya
mempunyai kriteria yang sama.
Hal ini perlu ditegaskan karena lebih-lebih dalam penelitian medis, tujuan riset
sendiri tidak selalu akan memberikan keuntungan langsung kepada partisipan riset
itu sebab riset itu sendiri bisa bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan sebab-
sebab suatu penyakit dan bagaimana kinerja tubuh sehubungan dengan penyakit
tertentu atau memperkembangkan suatu terapi yang baru atau memperbandingkan
dua atau lebih cara-cara terapi yang ada, dan sebagainya.
INTEGRITAS AKADEMIS
Integritas akademis berarti mengetahui dan menghormati
kebenaran dasar yang sangat penti ng bagi tegaknya insti tusi
pendidikan ataupun peneliti an. Keti adaan integritas akademis
akan merusak saling percaya yang seharusnya terjadi antara
dosen dengan mahasiswanya ataupun peneliti dengan subyek
peneliti annya.
Kedua belah pihak (peneliti dan subyek peneliti an) dituntut
untuk mempunyai integritas akademis yang ti ng gi agar
pencapaian ilmu pengetahuan yang didapat dari riset itu akan
menguntungkan semua pihak dan iklim akademis dan
peneliti an akan bisa berkembang dengan baik pula. Dengan
kata lain, kalau ti dak ada integritas akademis ini maka semua
insti tusi pendidikan dan riset menjadi hancur karenanya.
Honesty (kejujuran – kelurusan hati)
Hampir semua manusia itu merindukan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
baik berupa hal-hal praktis maupun yang lebih spekulatif, yang dilakukan baik
melalui belajar teoritis maupun penelitian praktis ataupun cara yang lain.
Semuanya itu hanya akan bisa dicapai dengan memuaskan kalau dalam proses
belajar-mengajar, penelitian dan pelayanannya, para pelakunya memegang
teguh kejujuran. Kejujuran menjadi nilai inti terdalam dari ilmu pengetahuan.
Kejujuran itu merupakan kesetiaan kepada kenyataan dan kesungguhan
sehingga dapat mengatakan kebenaran walaupun pahit, dapat dipercaya, tidak
menipu dan jujur terhadap diri sendiri.
Dalam bidang penelitian berarti bahwa dia melaporkan apa yang benar
ditemukan, apa yang tadinya tidak direncanakan tetapi diketemukan dalam
penelitian, apa yang belum ditemukan, apa yang gagal ditemukan dan apa yang
seharusnya dia temukan.
Kejujuran adalah pangkal utama keutamaan akademis. Kalau
seorang peneliti tidak jujur dalam pelaporannya, maka dia akan
merugikan pelbagai pihak.
-Ilmu pengetahuan akan dirugikan karena akan menghambat
tumbuh kembangnya ilmu pengetahuan.
- Kalau hasil risetnya itu akan dipakai sebagai pihak lain sebagai
pondasi bagi riset berikutnya maka riset berikutnya tidak
pernah akan bisa dijalankan sebab asumsi dasarnya sudah
salah.
-Masyarakat pada umumnya juga akan dirugikan, misalnya
dikatakan bahwa obat A ini manjur untuk menyembuhkan
penyakit X, padahal itu tidak terbukti, maka masyarakat akan
tertipu dan dirugikan.
Trust (percaya)
Dalam sebuah institusi pendidikan ataupun penelitian harus
dikembangkan saling percaya di antara semua pihak agar bisa
terjadi komunikasi gagasan dengan baik. Dalam hal ini,
kepercayaan merupakan hasil logis dari kejujuran. Dengan kata
lain, hanya orang yang jujur yang bisa dipercaya. Ketika peneliti
jujur terhadap pihak-pihak lain, maka pihak lainpun akan juga
percaya kepadanya. Bisa dikatakan bahwa kepercayaan menjadi
modal utama penelitian. Yang ingin dicapai oleh penelitian adalah
kebenaran, baik kebenaran spekulatif maupun kebenaran
eksperimential. Oleh karena itu, setiap peneliti harus commit
untuk melakukan yang terbaik dalam penelitiannya agar
penelitiannya itu bisa dipercaya; oleh karena itu diperlukan
keutamaan, ketulusan dan kesungguhan hati.
Fairness (perlakuan yang adil)
Hubungan antar peneliti, subyek penelitian dan bagian
administrasi harus di dasarkan pada aturan main dan prosedur yang
jelas serta praktik-praktik yang bisa dipertanggungjawabkan. Setiap
subyek harus diperlakukan secara adil, baik sebagai pribadi maupun
ide dan gagasannya. . Di sinilah yang menjadi dasar fairness ini. Tanpa
fairness ini maka kehidupan akademis tidak akan tumbuh subur. Ketika
orang diperlakukan tidak sama, misalnya dihambat atau dipersalahkan
yang bukan kesalahannya, maka perlakuan ini akan menghambat
dialog akademis dan menghambat perkembangan ilmu pengetahuan.
Misalnya saja: peneliti ataupun dosen yang memberikan evaluasi tidak
adil maka akan menimbulkan kebingungan dari para peserta untuk
mengetahui mana yang benar dan yang tidak benar, mana yang tepat
dan mana yang kurang tepat dsb.
Respect (hormat)
Dalam penelitian, kita sering dihadapkan pada berbagai macam pendapat
dan gagasan yang bisa sangat berbeda satu sama lainnya. Sebagai seorang
ilmuwan, perbedaan pendapat harus diselesaikan dengan pendapat
(diskusi) dan bukan dengan kekerasan. Dalam hal ini penghormatan
terhadap pendapat atau gagasan orang lain menjadi penting.
Ada banyak cara untuk mewujudkan penghormatan itu tetapi salah satu
yang paling penting adalah mempertimbangkan ide atau gagasan orang lain
secara serius. Seringkali kebenaran yang sejati itu muncul dengan terjadinya
perbedaan sebab perbedaan yang didiskusikan itu akan memurnikan suatu
gagasan. Perbedaan itu mengundang si empunya ide untuk melihat dan
mempertimbangkan kembali idenya.
Kalau semua pihak membuat yang sama, maka akan muncullah kebenaran
yang baru. Dialektika Hegel dalam hal ini menjadi benar, ketika ada tesis
yang berhadapan dengan anti-tesis maka akan muncul sintesis yang baru.
RESPONSIBILITY (TANGGUNG
JAWAB )
Setiap manusia harus bertanggungjawab atas apa yang
telah diperbuatnya, baik dalam hal perbuatan baik maupun
dalam perbuatan tidak baik. Pertanggungjawaban inilah
persis yang menjadi keutamaan akademis yang terakhir
sebab segala sesuatu yang telah diperbuat sebelum, selama
dan sesudah penelitian pada akhirnya harus
dipertanggungjawabkan.
Integritas seseorang dapat diukur dengan kemampuan
seseorang mempertanggungjawabkan apa yang telah dia
perbuat. Peneliti pada akhirnya harus
mempertanggungjawabkan semua apa yang telah
diperbuatnya, baik secara akademis, finansial, psikologis
dan sosial.
INTEGRITAS SELAMA
PENELITIAN
Deklarasi helsinki paragraf 10 menyatakan, “it is the duty of the
p h y s i c i a n i n m e d i c al r e s e a r c h t o p r o t e c t t h e l i f e , h e a l t h , p ri v a c y,
a n d d i g n it y o f t h e h u m a n s u b j e c t . ”
D a r i ti t i k p a n g k a l i n i k i r a n y a m e n j a d i j e l a s b a h w a se l a m a
p e n e l i t i a n b e r l a n g su n g y a n g m e n y a n gk u t s u b y e k m a n u si a , s e o r a n g
p e n e l i t i h a r u s m e m e g a n g t e g u h tu g a s n y a u n t u k m e n j a g a h i d u p d a n
k e s e h a t a n p e s e rt a n y a s e d e m i k i a n ru p a s e h i n g g a h i d u p m a n u s i a ti d a k
dibahayakan.
Kalau hidup dan kesehatannya dirugikan, hal ini bertentangan
l a n g su n g d e n g a n t u j u a n d a r i d i a d a k a n n y a p e n e l i t i a n i t u s e n d i r i y a n g
d i n y a t a k a n o l e h d e k l a ra s i h e l s i n k i n o . 6 b a h w a “ tu ju a n u t a m a
p e n e l i t i a n m e d i s y a n g m e n y a n g - k u t s u b y e k m a nu si a a d a l a h u n t u k
m e n i n g k a t k a n p r o s e d u r p e n c e g a h a n, d i a g n o s i s d a n t e r a p i s e r t a
u n t u k m e n i n g k a t k a n p e n g e t a h u a n a k a n p e n y e b a b pe n y a k i t d a n
p a t o g e n e si s n y a ” .
INTEGRITAS SESUDAH PENELITIAN
1. AKSES KEPADA HASIL RISET
Mengenai akses terhadap hasil riset ini ada dua hal yang perlu kita
perhatikan dari deklarasi helsinki:
Sebuah penelitian medis hanya dibenarkan kalau memang ada alasan yang
masuk akal bahwa hasilnya akan bermanfaat juga bagi populasi yang ikut serta
di dalam penelitian itu. Kalau memang tidak ada manfaat langsung bagi mereka,
misalnya penelitian itu dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan sebab-
sebab suatu penyakit dan bagaimana kinerja tubuh sehubungan dengan penyakit
tertentu atau mengembangkan suatu treatment baru atau membandingkan dua
atau lebih cara-cara treatment yang ada dsb, harus diterangkan dalam protokol
penelitian sehingga komisi etik dengan jelas akan mempertimbangkannya dan
juga dijelaskan dalam memperoleh informed consent.
P a r a g r a f 3 0 m e n y a t a k a n b a h w a “ a t t h e c o n c l u s i o n o f t h e s t u d y, e v e r y
patient entered into the study should be assured of access to the best proven
p r o p h y l a c t i c , d i a g n o s t i c a n d t h e r a p e u t i c m e t h o d s i d e n t i f i e d b y t h e s t u d y. ”
2. PENGARSIPAN
P a d a a k h i r d a r i p e n e l i t i a n i t u m a ka h a r u s d i l a k u k a n p e n c a t a t a n d a n
p e n g a r si p a n d a r i se m u a a kt i v i t a s y a n g su d a h d i l a k u k a n . I n i se b a g a i
b e n t u k p e r t a n g g un gj a wa ba n i l m i a h a k a n a pa y a n g su d a h d i b u a t .
S e m u a d a t a - d a t a a sl i h a r u s di s i m p a n b a i k - b a i k a g a r k a l a u s e w a k t u-
w a k t u d i p e r l u ka n u nt uk k l a r i f i k a si a t a u k a l a u a da m a sa l a h - m a sa l a h
l a i n n y a k i t a b i sa d e ng a n m u d a h m e m b u a t v e r i f i k a s i y a n g sa h . B a g i
k e b a n y a k a n o r a n g i n d o n e si a , p e n g a r si p a n i n i s e r i n gk a l i l e m a h d a n
se r i n g k a l i d i p a n d a n g t i d a k p e r l u, p a d a h a l i n i sa n g a t p e r l u se k a l i
b a i k se b a g a i b uk t i se j a r a h m a u p u n s e b a g a i p e r t a n g g u n gj a w a ba n
ilmiah.
3. PUBLIKASI
Fa br i k as i ad al ah me ng ub ah d at a at a u ha s i l da n me re ka m at au
mel a p or k an ny a.
P em a l s ua n ad al ah me ma ni pu l as i mat er i r i s e t , pe r a l at an a t au
pros e s , at au men gu b ah at au me ng hi l an gk a n d at a at a u ha s i l
s ed e mi ki an r up a s e hi n gg a r i s e t i t u t i d a k di t un j u kk a n s ec ar a a k ur at
di da l a m c at a t a n ri s e t …
P l a gi a r i s m e a da l a h me n g- a ku - k an i d e , p ro s e s , h as i l a t a u k a t a- ka t a
t a np a me mbe r i k an k red i t ya n g y a ng t e p at .
Ke j ah at a n r i s e t t i d ak me nc ak u p ke s al ah an y an g j u j u r at au
pe r be d aa n p e nd ap at .
Scientific misconduct ini biasanya berlatar belakang macam-macam
hal, tetapi yang cukup umum ialah berhubungan dengan keinginan
u n t u k s e b u a h p r e s t a s i , k e m a j u a n k a r i e r, k e k u a s a a n d a n p e n d a p a t a n ,
tidak mau bersusah-payah dan sebagainya. Ada banyak yang bisa
dimasukkan dalam kategori ini, tetapi yang cukup sering terjadi ialah:
Plagiat yaitu orang mengambil ide, gagasan, proses atau hasil orang
lain dan menyatakannya sebagai milik sendiri entah secara langsung
maupun tidak langsung (misalnya dengan tidak menyebut sumbernya
dengan benar); bisa juga dilakukan dengan cara mencuri data atau ide
orang lain.
Pemalsuan data yakni memanipulasi riset, peralatan atau proses, atau
mengubah atau menghilangkan data atau hasil, merekayasanya
s e d e m i k i a n r u p a s e h i n g g a m e n j a d i l a p o r a n i l m i a h y a n g t i d a k b e n a r.
Data-data itu bisa “disesuaikan” sedemikian rupa sehingga
menghasilkan sesuatu yang kelihatannya ilmiah. Dalam hal ini, bisa
terjadi bahwa proposal riset diubah sedemikan rupa sesudah selesai
penelitian supaya akhirnya terdapat kecocokan antara proposal dan
hasil risetnya.
Sebelum penelitian dilaksanakan, protokol harus disampaikan
untuk dikaji Komisi Etik untuk mendapatkan pertimbangan,
bimbingan dan persetujuan bahwa penelitian tersebut layak
etik untuk dilaksanakan (paragraf 15).