Anda di halaman 1dari 24

KAPITA SELEKTA

TOPIC:
PALEOMAGNETIC PROCEDURES
Kelompok 4
● Desak Putu Mega Erlina Pratiwi Satriana (028)
● Julian Lo (022)
● Dafina Ajeng Kinanti (003)
● Kevin Rizqia Pratama (48)
● Muhammad Amroedhia Dzulfiqar Erran (041)
● Andrea Franciliano (043)
Paleomagnetic Sampling
Beberapa aplikasi dalam paleomagnetisme mengharuskan variasi sekuler dari
medan geomagnetik ("noise" paleomagnetik) dirata-ratakan untuk menentukan
arah medan rata-rata waktu. Medan geomagnetik bervariasi dengan konstanta
waktu mulai dari milidetik hingga jutaan tahun. Ini adalah pendekatan orde
pertama yang masuk akal untuk mengasumsikan bahwa, ketika dirata-ratakan
selama, katakanlah, 10.000 tahun, medan geomagnetik adalah dipol aksial
geosentris (setara dengan medan yang akan dihasilkan oleh magnet batang di pusat
Bumi, sejajar dengan sumbu putar). Jadi, ketika arah lapangan rata-rata waktu
diperlukan, lokasi yang cukup harus diambil sampelnya untuk menjangkau waktu
yang cukup untuk mencapai tujuan ini. Aturan praktis yang baik adalah sekitar
sepuluh situs (masing-masing dengan sembilan hingga sepuluh sampel), yang
mencakup 10.000 tahun.

2
Paleomagnetic Sampling
Sampel dapat diambil di
lapangan menggunakan bor
bertenaga bensin atau listrik
atau sebagai “sampel tangan”.
Sampel harus diorientasikan
sebelum dikeluarkan dari unit
batuan. Ada banyak cara untuk
mengarahkan sampel dan
kemungkinan konvensi
ditunjukkan pada Gambar
disamping.

3
Paleomagnetic Sampling
Mengacu pada Gambar disamping, kita
melihat bahwa azimuth dari arah yang
diinginkan adalah arah bayangan ditambah
sudut bayangan. Deklinasi bayangan itu
sendiri adalah 180° dari arah menuju
matahari. Pada Gambar bawah, masalah
menghitung deklinasi dari informasi
kompas matahari diatur sebagai masalah
trigonometri bola, mirip dengan 180 - Kita
juga tahu garis lintang lokasi pengambilan
sampel Kita perlu menghitung garis lintang
S.

4
Transformation of coordinate systems
Sampel dibawa ke laboratorium dan dipotong menjadi ukuran dan bentuk standar. Sub-
sampel ini disebut spesimen paleomagnetik. Sistem koordinat sampel ditentukan oleh
aturan tangan kanan di mana ibu jari (X1) diarahkan sejajar dengan panah yang ditandai
pada sampel, jari telunjuk (X2) berada pada bidang yang sama tetapi pada sudut kanan dan
searah jarum jam dan jari tengah (X3) tegak lurus terhadap yang lain. Data seringkali harus
diubah dari sistem koordinat sampel menjadi, misalnya, koordinat geografis. Ini dapat
dilakukan secara grafis dengan stereonet atau dengan manipulasi matriks. Kami
menguraikan metode terakhir di sini.

5
Field Strategies
In addition to establishing that a given rock unit retains a
consistent magnetization, it is also of interest to establish when
this magnetization was acquired. There are two key field tests that
require special sampling strategies the fold test and the
conglomerate test.

The fold test relies on the tilting or folding of the target geological material. If, for example, one wanted
to establish the antiquity of a particular set of directions, one could deliberately sample units of like
lithology, with different present attitudes

In the conglomerate test, lithologies that are desirable for paleomagnetic purposes must be found in a
conglomerate bed. In this rare and happy circumstance, we can sample them and show that. the rock
magnetic behavior is the same for the conglomerate samples as for those being used in the
paleomagnetic study the directions of the studied lithology are well grouped,the directions from the
conglomerate clasts are randomly oriented
Measurement
- Spinner magnetometers are the cheapest and most readily available. They spin the
sample to create a fluctuating electromotive force (emf)
- Another way to measure the magnetization of a sample is to use a cryogenic
magnetometer
- In a SQUID (Superconducting Quantum Interface Devices), the flux of an inserted
sample is opposed by a current in a loop of superconducting wire
- The superconducting loop is constructed with a weak link which stops
superconducting at some very low current density. The flux within the loop can
change by discrete quanta
- Magnetometers are used to measure the three components of the magnetization
necessary to define a vector and the data can be converted to the more common form
of D, I, and M
Demagnetization techniques
Batuan yang telah mengalami deformasi dan weathering dapat mengalami perubahan komponen magnetiknya. Ada
beberapa butiran yang membawa vector remanent-nya, atau bahkan magnetisasi yang baru. Batuan dapat
memperoleh magnetisasi ke arah medan sekitar. Karena butiran yang membawa magnetisasi tentu memiliki energi
anisotropi magnetik yang lebih rendah, kontribusinya mudah diacak dari pada yang membawa magnetisasi remanen
kuno. Terdapat beberapa metode pemisahan komponen magnetisasi. Prinsip fundamentalnya adalah semakin kecil
waktu relaksasi, semakin mungkin butiran akan memperoleh secondary magnetization.

Dasar dari AF atau alternating field demagnetization adalah komponen dengan waktu relaksasi pendek juga memiliki
koersivitas rendah. Sedangkan dasar dari thermal demagnetization adalah butiran memiliki suhu pemblokiran yang
rendah. Dalam demagnetisasi AF, medan yang berosilasi diaplikasikan ke sampel paleomagnetic pada lingkungan
medan magnet kosong. Semua momen butiran dengan nilai koersivitas dibawah peak AF akan merekam medan,
Momen ini akan meluruh dibawah koersivitas butir individu. Dengan asumsi adanya range koersivitas, low stability
grains akan stuck di tengah arah AF dan setengah di arah lain. Sehingga kontribusi ke remanen akan nol.

8
Demagnetization techniques

9
Demagnetization data display

10
Vector Difference Sum
• Untuk merepresentasikan sifat vektor dari data paleomagnetik, perlu memplot
informasi intensitas.
• Namun, jika ada beberapa komponen dengan arah yang berbeda, kurva
penurunan intensitas tidak dapat digunakan untuk menentukan, karena itu
merupakan jumlah vektor dari dua komponen.
• Oleh karena itu, menguntungkan untuk mempertimbangkan kurva peluruhan
dari vektor difference sum (VDS.)
• VDS "meluruskan" berbagai komponen dengan menjumlahkan perbedaan
vektor pada setiap langkah demagnetisasi, sehingga magnetisasi total diplot,
sebagai lawan dari resultan.

11
Principal Component Analysis
• Arah remanensi dihitung dengan analisis komponen utama (Principal
Component Analysis).
• Urutan titik-titik data membentuk satu komponen memiliki bobot yang sama.
• Kemudian kami menghitung koordinat "pusat massa" dari titik data

• di mana N adalah jumlah titik data yang terlibat.


• Kami kemudian mengubah asal klaster data menjadi pusat massa

• di mana x’i adalah koordinat yang diubah (transformed coordinates)

12
THE ORIENTATION TENSOR AND EIGENVECTOR
ANALYSIS
● Orientasi tensor T sangat berguna dalam paleomagnetisme

● T adalah matriks 3 x 3, di mana hanya enam dari sembilan elemen yang independen. Biasanya, tidak
satu pun dari enam elemen independen yang nol.
● Terdapat sistem koordinat di mana suku-suku "sumbu luar" adalah nol, sumbu ini disebut vektor eigen
dari matriks. Tiga elemen T dalam sistem koordinat vektor eigen disebut nilai eigen.
● Dalam hal aljabar linier, ide ini dapat dinyatakan sebagai:

● di mana V adalah matriks yang mengandung tiga vektor eigen dan 𝝉 merupakan matriks diagonal yang
mengandung tiga nilai eigen. Persamaan diatas hanya benar jika:

● Jika persamaan diatas diperluas, kita memiliki polinomial derajat ketiga yang akar-akarnya adalah nilai
eigen

● Tiga kemungkinan nilai 𝝉 dapat ditemukan dengan iterasi dan determinasi.


13
PRINCIPAL COMPONENTS OF THE
ORIENTATION MATRIX
• Memasukkan nilai untuk komponen yang ditransformasi ke dalam T memberikan matriks kovarians
untuk data demagnetisasi.
• Arah sumbu yang terkait dengan sebaran terbesar dalam data (vektor eigen utama ) sesuai dengan garis
yang paling sesuai melalui data.
• Arah ini juga sesuai dengan sumbu di mana "momen inersia" paling kecil.
• Nilai eigen dari T adalah varians yang terkait dengan setiap vektor eigen.
• Jadi simpangan bakunya adalah 𝝈i=√𝝉i yang disebut deviasi sudut maksimum (maximum angular
deviation) atau MAD didefinisikan sebagai

• Jika tidak ada arah utama yang unik yang dapat diisolasi, vektor eigen yang terkait dengan nilai eigen
terkecil dapat diambil sebagai kutub ke bidang yang paling cocok di mana komponen yang diinginkan
harus berada.
• Sudut MAD untuk bidang sebagai a) Spesimen dengan komponen remanen yang sangat
tumpang tindih dalam proyeksi ortogonal
b) Data yang sama seperti yang diplot pada proyeksi
area yang sama
c) Peluruhan intensitas NRM selama prosedur
demagnetisasi (garis padat). Garis putus-putus
adalah peluruhan jumlah selisih vektor. Kotak
mewakili intensitas yang dihilangkan setelah setiap
langkah

14
Blocking Temperature and Coercivity
Spectra
Suatu material geologi memiliki campural mineral magnetik, dimana untuk
mengkarakterisasi mineral magnetik tersebut dapat diketahui melalui nilai
coercivity dan blocking temperature menggunakan teknik kurva VDS

Komposisi magnetisasi dari mineral magnet suatu material dapat dikarakterisasi


dengan menentukan blocking temperature spectra tiap komponen. Dapat dilakukan
dengan thermally demagnitizing sampel dan memplotkan besar komponen x1, x2,
x3 nya terhadap temperatur demagtisasi.
Three Axis IRM Test :
1. First Field (X1) : Cukup mensaturasi semua mineral
2. Second Field (X2) : Cukup mensaturasi magnetit
3. Third Field (X3) : Cukup mensaturasi mineral dengan coercivity rendah
15
Blocking Temperature and Coercivity
Spectra
Blocking Temperature ( 550° - 600° C) Blocking Temperature ( > 600° C)
Coecivity (0.12 - 0.4 T) Coecivity (> 0.4 T)

Known as Magnetite Known as Hematite

16
Paleointensity Determination
Pada dasarnya menentukan intensitas medan magnetik purba sangat mungkin
dilakukan dikarenakan mekanisme primer ketika batuan termagnetisasi
(magnetisasi remanent thermal, chemical, detrital) berhubungan linear dengan
ambient field.

Menggunakan TRM yang proporsional dengan magnitude B, dapat dihitung NRM


dengan nilai TRM lapangan yang diketahui, dapat menggunakan persamaan :

Hal ini juga dapat berlaku menggunakan DRM unuk mengetahui medan purba
tersebut menggunakan NRM

17
Paleointensity Determination
Mengetahui Paleointensity TRM
Pada prosesnya TRM memanfaatkan batuan yang berubah ketika dipanaskan
dibawah temperatur Curienya. Namun untuk beberapa mineral seperti Maghemite
dapat menjadi kurang stabil ketika dipanaskan seperti itu dan berubah menjadi fase
magnetik lain sehingga memberikan efek magnetisasi tambahan yang cukup
drastis.

Cara lain untuk mengatasi hal tersebut dengan “Law of Addivity of Partial Thermal
Remanence”. Cara ini melakukan pemanasan dan pendinginan secara berulang
ketika dipanaskan dibawah temperatur Curienya sehingga grain yang blocking
temperaturenya di bawah temperatur tersebut yang hanya terpengaruh.
Kemududian NRM dihitung dan diketahui hubungan intensitas dan TRMnya
18
Paleointensity Determination
Mengetahui Paleointensity DRM
Pada teorinya, penggunaan DRM kurang dilakukan akibat kurang
dikembangkannya metode ini dibandingkan dengan penggunaan TRM. Sehingga
metode DRM ini lebih kompleks dalam menentukan magnetic activitynya.

Beberapa metode seperti normalisasi properti bulk magnetic seperti ARM, IRM,
atau x atau juga normalisasi Thellier-Thellier. Contoh untuk Thellier-Thellier,
komponen DRM pada suatu sedimen akan berkelakuan yang sama ketika
demagnitasi thermal terjadi dan menghasilkan respon yang sama dengan TRM.
Sehingga data hasil percobaan Thellier-Thellierakan menghasilkan sampel yang
linear dengan plot Arai. Eksperimen Thellier-Thellier ini dapat dimodifikasi
sehingga menghasilkan normalisasi paleointensity dan pemisahan VRM dan DRM
yang lebih baik
19
Paleointensity Determination

20
Summary
Dalam bab ini, didapatkan cara
penguraian untuk mendapatkan sampel
dan meninjau analisis laboratrium.
Produk akhir dari upaya ini adalah
seperangkat vektor paleomagnetik yang
diharapakan dapat mewakili medan
geomagnetik. Perhitungan arah rata-rata
dan kuantifikasi hamburan data vector
paleomagnetik adalah sebagai berikut:

21
Exercise - Example 3.4
Data yang tercantum pada Tabel 3.2 adalah data
demagnetisasi termal untuk spesimen yang memiliki
medan 2 T yang terpapar sepanjang medan 0,4 T yang
terpapar di sepanjang X2 dan medan 0,12 T yang terpapar
di sepanjang Konversi data menjadi komponen x1 x2 x3
menggunakan awk dan dir_cart. Masukkan suhu, dan data
ke dalam file bernama cart menggunakan tempel utilitas
UNIX. Lalu, plot data demagnetisasi IRM 3 komponen
menggunakan plotxy

22
Solution- Example 3.4
Setelah memasukkan data yang tercantum pada Tabel 3.2 ke dalam file bernama
ex3.4 menggunakan cat atau beberapa editor teks, tugas pertama adalah
mengupas deklinasi, kemiringan dan data intensitas, dan menyalurkannya ke
program dir_cart. Masukkan ke dalam file bernama cart. Ini dilakukan dengan
perintah:

% awk ’{print $2,$3,$4}’ ex3.4 | dir_cart -m > cart

Selanjutnya melakukan pengolahan data komponen kartesius ke dalam file ex3.4a

% awk ’{print $1}’ ex3.4 > tmp; paste tmp cart > ex3.4

Kemudian dilakukan plotting data menggunakan plotxy dengan memasukkan


perintah menjadi ex3.4.com.

Terakhir, menggunakan syntax:

% plotxy<ex3.4.com Hasil pengolahan dari exercise 3.4 menggunakan software cat dan
dirt_cat. Hasil berupa output demagnetisasi termal untuk komposit,
IRM 3-komponen dari contoh 3.4
File keluaran mypost ditunjukkan pada gambar di samping

23
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai