Anda di halaman 1dari 245

BAHAN KULIAH

GOOD LABORATORY PRACTICE


(CARA KERJA DI LABORATORIUM YANG BAIK)

Disusun oleh:
Dr. Karsono, Apt

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
Kuliah I.
100 menit ( 2 sks )

Peranan & Fungsi Laboratorium


Standar Kompetensi
• Mampu memahami peran dan fungsi Lab IPA
• Memahami standarisasi Pengelolahan Lab IPA
• Mampu mengenal dan memahami cara
penggunaan , penyimpanan alat dan bahan Lab IPA
• Memahami pembuatan pembuangan limbah
• Memahami cara menjaga keselamatan kerja LAB
Pengertian
• Laboratorium ialah suatu tempat
dilakukannya percobaan dan penelitian.
Tempat ini dapat merupakan suatu ruangan
tertutup, kamar atau ruangan terbuka,
kebun misalnya.
• Dalam pengertian terbatas laboratorium
ialah suatu ruangan yang tertutup dimana
percobaan dan penelitian dilakukan.
Lanjutan…….
• suatu tempat berupa bangunan yang dilengkapi
sejumlah peralatan untuk tempat kegiatan belajar
siswa.
• (a) tempat yang dilengkapi peralatan untuk
melangsungkan eksperimen di dalam sains atau
melakukan pengujian dan analisis,
• (b) bangunan atau ruang yang dilengkapi peralatan
untuk melangsungkan penelitian ilmiah ataupun
praktek pembelajaran bidang sains,
• (c) tempat memproduksi bahan kimia atau obat,
• (d) tempat kerja untuk melangsungkan penelitian
ilmiah, dst
Fungsi Laboratorium
Tempat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran IPA secara praktek
yang memerlukan peralatan
khusus yang tidak mudah
dihadirkan di ruang kelas.
Jenis-jenis Praktikum
Pengelolahan Lab IPA
• Struktur organisasi
• Tata tertib
• Pengadaan alat/bahan
• Administrasi alat/bahan
* Inventarisasi alat/bahan
* Kartu Stok
* Daftar alat/bahan sesuai LKS
* Label
* Format permintaan dan peminjaman
* Program kegiatan Lab
* jadwal kegiatan Lab
* Buku harian
Pengelolaan dan Personalia Laboratorium

• Dalam konteks laboratorium ,


pengelolaannya menyangkut beberapa
aspek yaitu:
• perencanaan,
• penataan,
• pengadministrasian,
• pengamanan, perawatan, dan pengawasan
Bentuk struktur organisasi laboratorium yang disarankan
seperti yang diperlihatkan diagram ini
Dekan

Wakakur Pembantu Dekan

Koordinator
Laboratorium

Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung Jawab Penanggung Jawab


Lab …. Lab Biologi Lab Kimia Lab Fisika

dosen dosen dosen dosen

Laboran Laboran Laboran Laboran


Perlengkapan Laboratorium
• Perabot
• Alat peraga pendidikan
• Perkakas
• Kotak PPPK beserta isinya
• Alat pemadam kebakaran
• Alat pembersih
• Kumpulan buku
Prasarana dan Sarana Laboratorium
• Fungsi : Sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran IPA secara praktek yang
memerlukan peralatan khusus yang tidak mudah
dihadirkan di ruang kelas.
• Kapasitas : Dapat menampung minimal 1 (satu)
rombongan belajar
• Ratio : (satu) ruang laboratorium/sekolah Luas 2,4
m2 /peserta didik
• Dimensi : Luas ruang minimal 48 m2, termasuk
ruang penyimpanan dan persiapan 18 m2.
Ruangan Laboratorium
• Ruang persiapan
• Ruang penyimpanan

• Ruang timbang
• Ruang praktikum
• Kebun sekolah (rumah kaca)
Bangunan Laboratorium, Gambar Desain laboratorium IPA
tipe klasikal
Desain laboratorium IPA tipe kelompok
Instalasi
• Instalasi laboratorium IPA meliputi instalasi
listrik dan instalasi air. Instalasi listrik
diperlukan untuk mengoperasikan
peralatan dan penerangan pada saat
kegiatan praktikum.
Pembuangan limbah
• Limbah dari laboratorium fisika umumnya
hanya merupakan bahan-bahan yang habis
pakai. Oleh karena itu diperlukan kotak
sampah untuk pembuangan sementara
limbah-limbah tersebut.
Sarana

• Sarana yang diperlukan laboratorium fisika


meliputi peralatan, bahan, perkakas,
perabot, dan media. Sarana minimum yang
diperlukan ditunjukkan dalam tabel berikut.
Pemeliharaan alat/bahan
• Penyimpanan alat/bahan
dikelompokkan :
- Fisika
- Kimia
- Biologi
• Mencegah kerusakan
Keselamatan kerja di dalam Lab
• Laboratorium dengan perabotnya
• Listrik
• Kecelakaan akibat kebakaran
• Kecelakaan akibat bahan kimia
• Label bahan kimia berbahaya
• Pencegahan terhadap bahan kimia
berbahaya
PPPK
• Luka bakar
• Mata kemasukan benda asing
• Luka tergores/teriris
• Bahan kimia masuk dalam mulut
• Keracunan
• Kejutan listrik
• Membalut luka
• Pingsan
• Radiasi dan zat radioaktif
Kuliah ke 2.
100 menit ( 2 sks )
PENGELOLAAN
(MANAJEMEN)
LABORATORIUM IPA
PENGELOLAAN
(MANAGEMENT)
SDM, KEUANGAN,
PERALATAN,
FASILITAS, MUTU,
OBJEK-OBJEK FISIK
LAINNYA

MENCAPAI TUJUAN
SECARA
EFEKTIF DAN EFISIEN
PENGELOLAAN
KEGIATAN MENGGERAKKAN SEKELOMPOK
ORANG (SDM), KEUANGAN, PERALATAN,
FASILITAS DAN ATAU SEGALA OBYEK FISIK
LAINNYA SECARA EFEKTIF DAN EFISIEN UNTUK
MENCAPAI TUJUAN ATAU SASARAN TERTENTU
YANG DI HARAPKAN SECARA OPTIMAL
DALAM KONTEKS LABORATORIUM,
PENGELOLAANNYA MENYANGKUT BEBERAPA
ASPEK YAITU:

• PERENCANAAN
• PENATAAN
• PENGADMINISTRASIAN
• PENGAMANAN,PERAWATAN DAN
PENGAWASAN
PERENCANAAN
• PROSES PEMIKIRAN YANG SISTEMATIS,
ANALITIS, LOGIS TENTANG KEGIATAN YANG
HARUS DILAKUKAN, LANGKAH-LANGKAH,
METODE, SDM, TENAGA, DAN DANA YANG
DIBUTUHKAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN YANG
TELAH DITENTUKAN SECARA EFEKTIF DAN
EFISIEN
PENATAAN ALAT / BAHAN
• PENATAAN (ORDERING) ALAT / BAHAN ADALAH
PROSES PENGATURAN ALAT / BAHAN DI
LABORATORIUM AGAR TERTATA DENGAN BAIK.
• DALAM MENATA ALAT / BAHAN TERSEBUT
BERKAITAN ERAT DENGAN KETERATURAN
DALAM PENYIMPANAN MAUPUN KEMUDAHAN
DALAM PEMELIHARAAN
YANG HARUS DIKETAHUI SEBELUM MELAKUKAN PENATAAN:

• MENGENALI ALAT DAN FUNGSINYA


• MENGENALI SIFAT BAHAN
• KUALITAS ALAT TERMASUK KECANGGIHAN DAN
KETELITIAN
• KEPERANGKATAN
• NILAI/HARGA ALAT
• KUALITAS ALAT TERSEBUT DAN KELANGKAANNYA
• BAHAN DASAR PENYUSUN ALAT
• BENTUK DAN UKURAN ALAT
• BOBOT/BERAT ALAT
PENYIMPANAN ALAT DAN BAHAN
• ALAT-ALAT YANG SERING DIGUNAKAN,
ALAT YANG BOLEH DIAMBIL SENDIRI
OLEH SISWA DAN ALAT- ALAT YANG
MAHAL HARGANYA PENYIMPANANNYA
DIPISAH
• ALAT-ALAT UNTUK PERCOBAAN FISIKA
BIASANYA DIKUMPULKAN MENURUT
GOLONGAN PERCOBAANNYA
• ALAT-ALAT YANG DIGUNAKAN UNTUK
BEBERAPA JENIS PERCOBAAN DISIMPAN
TERSENDIRI DITEMPAT KHUSUS.
• ALAT-ALAT UNTUK PERCOBAAN BIOLOGI
UMUMNYA DISIMPAN MENURUT JUDUL
PERCOBAAN ATAU DAPAT DILAKUKAN
BERDASARKAN ATAS BAHAN ALAT
PENYIMPANAN BAHAN KIMIA
• BAHAN-BAHAN YANG SERING DIPAKAI
• BAHAN-BAHAN YANG BOLEH DIAMBIL SENDIRI
SEPERTI LARUTAN ENCER DARI BEBERAPA
GARAM, ASAM DAN BASA
• BAHAN YANG JARANG DIPAKAI
• BAHAN-BAHAN YANG BERBAHAYA (BERACUN,
RADIOAKTIF, MUDAH TERBAKAR ATAU MUDAH
MELEDAK).
ADMINISTRASI
• PENGADMINISTRASIAN LABORATORIUM
DIMAKSUDKAN ADALAH SUATU PROSES
PENCATATAN ATAU INVENTARISASI FASILITAS
DAN AKTIFITAS LABORATORIUM.
• DENGAN PENGADMINISTRASIAN YANG TEPAT
SEMUA FASILITAS DAN AKTIFITAS
LABORATORIUM DAPAT TERORGANISIR
DENGAN SISTEMATIS.
ADMINISTRASI LABORATORIUM
• BUKU INVENTARISASI ALAT
• KARTU STOK
• DAFTAR ALAT BAHAN SESUAI LKS
• LABEL
• FORMAT PERMINTAAN /PEMINJAMAN ALAT
• PROGRAM SEMESTER KEGIATAN
LABORATORIUM
• BUKU HARIAN KEGIATAN LABORATORIUM
• JADWAL KEGIATAN LABORATORIUM
• KARTU REPARASI
RUANG PRAKTEK
• UKURAN PANJANG ± 11 m, LEBAR ± 9 m, &
TINGGI PLAFON ≥ 3 m
• RUANG GERAK 2,5 m2 PER SISWA
• KEDUA UJUNG BERUPA DINDING PENUH UNTUK
PAPAN TULIS ATAU LEMARI RAK
• KEDUA DINDING SAMPING BERUPA JENDELA
PENERANGAN, VENTILASI ALAMI, MEJA
PERMANEN, DAN RAK BAWAH MEJA
• DUA PINTU UTAMA YANG CUKUP LEBAR
• SARANA LAIN: LISTRIK, AIR, GAS, LAMPU
PENERANGAN, DLL
PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA
• MEMELIHARA KELANCARAN PENGGUNAAN
LABORATORIUM:
 Jadwal penggunaan laboratorium yang jelas
 Tata tertib laboratorium yang dilaksanakan dgn
tegas
 Alat penanggulangan kecelakaan: pemadam
kebakaran, kotak P3K, dll dalam keadaan baik
dan dipahami
• MENYEDIAKAN ALAT-ALAT DAN BAHAN YANG
DIPERLUKAN UNTUK PRAKTIKUM
TATA TERTIB LABORATORIUM
• UNTUK MENJAGA KESELAMATAN PEMAKAI,
ALAT-ALAT, FASILITAS, DAN GEDUNGNYA
SENDIRI
• MENCEGAH TERJADINYA KECELAKAAN LEBIH
BAIK DARIPADA MERAWAT KORBAN DAN
MEMPERBAIKI KERUSAKAN
• UNSUR TATA TERTIB MELIPUTI: LARANGAN,
PERINTAH, DAN PETUNJUK
• TATA TERTIB HARUS DIPAHAMI DENGAN BAIK
SEBELUM MELAKUKAN KEGIATAN PRAKTIKUM
SARANA PENGAMANAN YANG DIPERLUKAN
• SALURAN AIR DENGAN KRAN DAN SHOWER
• SALURAN GAS DENGAN KRAN SENTRAL
• JARINGAN LISTRIK YANG DILENGKAPI DENGAN
SEKERING ATAU PEMUTUS ARUS
• KOTAK P3K YANG BERISI LENGKAP OBAT
• NOMOR TELEPON KANTOR PEMADAM KEBAKARAN,
RUMAH SAKIT, DAN DOKTER
• ALAT PEMADAM KEBAKARAN YANG SIAP PAKAI DAN
MUDAH DIJANGKAU
• BAK BERISI PASIR KERING DENGAN SEKOP
• SELIMUT ANTI API
• ATURAN DAN TATA TERTIB PENANGGULANGAN
KECELAKAAN
ORGANISASI LABORATORIUM IPA
• DEKAN
• PEMBANTU DEKAN I
• PEMBANTU DEKAN II
• KEPALA LABORATORIUM
• DOSEN
• LABORAN
TUGAS DEKAN
• MEMBERI TUGAS KEPADA PERSONIL-PERSONIL
YANG MENJADI TANGGUNG JAWABNYA
• MEMBERI BIMBINGAN, MOTIVASI,
PEMANTAUAN, DAN EVALUASI KINERJA
PETUGAS
• MEMOTIVASI DOSEN UNTUK KEGIATAN
LABORATORIUM
• MENYEDIAKAN DANA OPERASIONAL KEGIATAN
LABORATORIUM
PEMBANTU DEKAN I

• MEMBANTU TUGAS DEKAN DALAM


BIDANG KEGIATAN PEMBELAJARAN DI
LABORATORIUM
PEMBANTU DEKAN II
• MEMBANTU TUGAS DEKAN DALAM
BIDANG SARANA DAN PRASARANA
LABORATORIUM
KEPALA LABORATORIUM

• BERTANGGUNG JAWAB ATAS ADMINISTRASI


LABORATORIUM
• BERTANGGUNG JAWAB ATAS KELANCARAN KEGIATAN
LABORATORIUM
• MENGUSULKAN KEPADA DEKAN TENTANG
PENGADAAN ALAT DAN BAHAN
• BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEBERSIHAN,
PENYIMPANAN, PERAWATAN, DAN PERBAIKAN ALAT-
ALAT LABORATORIUM
TUGAS KOORDINATOR LABORATORIUM

• MENGKOORDINASI DOSEN IPA DALAM


PENGGUNAAN LABORATORIUM
• MENGUSULKAN KEPADA DEKAN UNTUK
PENGADAAN ALAT DAN BAHAN PRAKTEK
TUGAS LABORAN

• MENGERJAKAN TUGAS-TUGAS ADMINISTRASI


LABORATORIUM
• MENYIMPAN SEMUA ALAT DAN BAHAN SECARA
RAPI SESUAI DENGAN JENISNYA
• MEMPERSIAPKAN DAN MENYIMPAN KEMBALI
ALAT DAN BAHAN YANG TELAH DIGUNAKAN
• MERAWAT SEMUA ALAT/BAHAN/FASILITAS
LABORATORIUM
• BERTANGGUNG JAWAB ATAS KEBERSIHAN ALAT
DAN RUANG LABORATORIUM BESERTA
PERLENGKAPAN LAINNYA
ADMINISTRASI LABORATORIUM
• BUKU INVENTARIS ALAT DAN BAHAN
• KARTU STOK ALAT DAN BAHAN
• KARTU LABEL JENIS ALAT DAN BAHAN
• FORMULIR PERMINTAAN/PEMINJAMAN ALAT
DAN BAHAN
• BUKU HARIAN
• KARTU REPARASI ALAT
• DAFTAR ALAT DAN BAHAN
• JADWAL KEGIATAN/PENGGUNAAN
LABORATORIUM
TATA LETAK DAN PENGATURAN PERABOT
LABORATORIUM

• PRINSIP KEAMANAN
• PRINSIP KEMUDAHAN
• PRINSIP KELELUASAAN
• PRINSIP KEINDAHAN
PRINSIP PENGELOLAAN
LABORATORIUM IPA

LABORATORIUM HARUS:
• TEPAT GUNA
• MENDUKUNG PEMBELAJARAN IPA
• TERAWAT
• SIAP PAKAI
• TERTIB
• SEHAT
• AMAN
TUGAS KELOMPOK
• BERDISKUSI TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENTING
UNTUK MENGUPAYAKAN AGAR SETIAP KEGIATAN
LABORATORIUM BERMAKNA DAN PROSES
PEMBELAJARAN LEBIH EFISIEN DAN EFEKTIF

• BERDISKUSI TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENTING


UNTUK MENGUPAYAKAN AGAR PERALATAN,
BAHAN/ZAT TERPELIHARA DENGAN BAIK, DAN
SENANTIASA CUKUP TERSEDIA SERTA SIAP
DIGUNAKAN

• BERDISKUSI TENTANG LANGKAH-LANGKAH PENTING


UNTUK MENGUPAYAKAN AGAR PENGGUNAAN
LABORATORIUM BERLANGSUNG DENGAN TERTIB,
SEHAT, AMAN, DAN TERHINDAR DARI KECELAKAAN.
TUGAS ORGANISASI LABORATORIUM IPA

• MENGELOLA LABORATORIUM
• MENJAGA DISIPLIN LABORATORIUM
• MENGADAKAN DAN MEMELIHARA ALAT &
BAHAN LABORATORIUM
• MENJAGA KESELAMATAN DAN KEAMANAN
LABORATORIUM
MENGELOLA LABORATORIUM

• KOORDINATOR LABORATORIUM
• KOORDINATOR MATA PELAJARAN
• PENGELOLA LABORATORIUM
• LABORAN
PENGELOLAAN LABORATORIUM IPA

• DISIPLIN LABORATORIUM SELALU


TERJAGA DENGAN BAIK
• KEBERSIHAN, KEAMANAN DAN
KESELAMATAN LABORATORIUM SELALU
TERJAGA DENGAN BAIK
• KELANCARAN PENGGUNAAN
LABORATORIUM SELALU TERJAGA
DENGAN BAIK
TATA TERTIB LABORATORIUM
• MENJAGA KELANCARAN, KESELAMATAN, DAN
KEAMANAN
• LARANGAN, PERINTAH DAN PETUNJUK
• DOSEN, PEMBIMBING, LABORAN DAN SISWA
• MEMBERIKAN PERASAAN AMAN DAN TIDAK
MENIMBULKAN PERASAAN MENCEKAM BAGI
PRAKTIKAN
• MEMBANGKITKAN RASA TANGGUNGJAWAB
• SANKSI BAGI YANG MELANGGAR
PENGELOLAAN LABORATORIUM
• DISAIN, PERLENGKAPAN, TATA RUANG DAN
PENGELOLAAN LABORATORIUM
• PENGENALAN ALAT DAN BAHAN PRAKTEK
• PEMILIHAN ALAT DAN BAHAN PRAKTEK
• PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN ALAT SERTA BAHAN
PRAKTEK
• PENYIMPANAN DAN PENGADMINISTRASIAN ALAT
SERTA BAHAN PRAKTEK
• PENYEDIAAN DAN PENYIAPAN ALAT SERTA BAHAN
PRAKTEK
• KETERAMPILAN KERJA DI LABORATORIUM
• KESELAMATAN DAN KEAMANAN LABORATORIUM
Kuliah ke 3.
100 menit (2 sks )

Penanganan Bahan Kimia


Beracun di Laboratorium
Pendahuluan
Dalam laboratorium , setiap praktikan dan
petugas laboratorium harus memiliki pengetahuan
mengenai cara penanganan bahan kimia beracun
di dalam laboratorium.

Hal ini diperlukan agar keselamatan kerja


praktikan dan alat- alat laboratorium dapat
terjamin.
Klasifikasi bahan kimia berbahaya
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan bahaya


terhadap kesehatan manusia atau menyebabkan kematian
apabila terserap ke dalam tubuh karena tertelan, lewat
pernafasan atau kontak lewat kulit.

Pada umumnya zat toksik masuk lewat pernafasan atau


kulit dan kemudian beredar keseluruh tubuh atau menuju
organ-organ tubuh tertentu.  Zat-zat tersebut dapat
langsung mengganggu organ-organ tubuh tertentu seperti
hati, paru-paru, dan lain-lain.  Tetapi dapat juga zat-zat
tersebut berakumulasi dalam tulang, darah, hati, atau
cairan limpa dan  menghasilkan efek kesehatan pada
jangka panjang.  Pengeluaran zat-zat beracun dari dalam
tubuh dapat melewati urine, saluran pencernaan, sel efitel
dan keringat
• 2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Adalah bahan kimia yang karena reaksi kimia


dapat mengakibatkan kerusakan apabila kontak
dengan jaringan tubuh atau bahan lain.

Zat korosif dapat bereaksi dengan jaringan seperti


kulit, mata, dan saluran pernafasan.  Kerusakan
dapat berupa luka, peradangan, iritasi (gatal-gatal)
dan sinsitisasi (jaringan menjadi amat peka
terhadap bahan kimia).
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
• Adalah bahan kimia yang mudah bereaksi dengan oksigen
dan dapat menimbulkan kebakaran.  Reaksi kebakaran yang
amat cepat dapat juga menimbulkan ledakan.

• 4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)

Adalah suatu zat padat atau cair atau campuran keduanya


yang karena suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas
dalam jumlah dan tekanan yang besar serta suhu yang
tinggi, sehingga menimbulkan kerusakan disekelilingnya.

Zat eksplosif amat peka terhadap panas dan pengaruh


mekanis (gesekan atau tumbukan), ada yang dibuat sengaja
untuk tujuan peledakan atau bahan peledak seperti
trinitrotoluene (TNT), nitrogliserin dan ammonium nitrat
(NH4NO3
• 5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Adalah suatu bahan kimia yang mungkin tidak mudah


terbakar, tetapi dapat menghasilkan oksigen yang dapat
menyebabkan kebakaran bahan-bahan lainnya.

• 6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive


Substances)

Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan air


dengan mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.

• 7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive


Substances)
Adalah bahan kimia yang amat mudah bereaksi dengan
asam menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar
atau gas-gas yang beracun dan korosif
• 8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)

Adalah gas yang disimpan dibawah tekanan, baik gas


yang ditekan maupun gas cair atau gas yang dilarutkan
dalam pelarut dibawah tekanan.

• 9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)

Adalah bahan kimia yang mempunyai kemampuan


memancarkan sinar radioaktif dengan aktivitas jenis
lebih besar dari 0,002 microcurie/gram.
Suatu bahan kimia dapat termasuk diantara satu atau
lebih golongan di atas karena memang mempunyai sifat
kimia yang lebih dari satu sifat
PENYIMPANAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
• 1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)

Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi


kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-duanya dapat
berbahaya terhadap kehidupan sekelilingnya.  Bahan
beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk, tempat
yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan
bahan yang inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus
dipisahkan satu sama lainnya.

Jika panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan


tersebut maka tempat penyimpanan harus sejuk dengan
sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar matahari langsung
dan jauh dari sumber panas
• 2.      Bahan Kimia Korosif (Corrosive)

Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya


dapat bereaksi dahsyat dengan uap air.  Uap dari asam dapat
menyerang/merusak bahan struktur dan peralatan selain itu
beracun untuk tenaga manusia.  Bahan ini harus disimpan dalam
ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa yang cukup untuk
mencegah terjadinya pengumpulan uap.  Wadah/kemasan dari
bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan
tertutup dan dipasang label.  Semua logam disekeliling tempat
penyimpanan harus dicat dan diperiksa akan adanya kerusakan
yang disebabkan oleh korosi.

• Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan


dinding dan lantai yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki
perlengkapan saluran pembuangan untuk tumpahan, dan
memiliki ventilasi yang baik.  Pada tempat penyimpanan harus
tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi pekerja
yang terkena bahan tersebut
• 3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)

• Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan


bahan bakar dalam bentuk uapnya atau beberapa lainnya
dalam keadaan bubuk halus.  Api dari bahan padat
berkembang secara pelan, sedangkan api dari cairan
menyebar secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. 
Dalam penyimpanannya harus diperhatikan sebagai
berikut :

• a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk


mencegah penyalaan tidak sengaja pada waktu ada uap dari
bahan bakar dan udara
• b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang
cukup, sehingga bocoran uap akan diencerkan
konsentrasinya oleh udara untuk mencegah percikan api
• c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada
bahaya kebakarannya
• ik
• d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari
bahan oksidator kuat, bahan yang mudah
menjadi panas dengan sendirinya atau bahan
yang bereaksi dengan udara atau uap air yang
lambat laun menjadi panas
• e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat
pemadam api dan mudah dicapai
• f. Singkirkan semua sumber api dari tempat
penyimpanan
• g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda
dilarang merokok
• h. Pada daerah penyimpanan dipasang
sambungan tanah/arde serta dilengkapi alat
deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa
secara period
• 4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak
tempat penyimpanan harus berjarak minimum 60[meter] dari sumber
tenaga, terowongan, lubang tambang, bendungan, jalan raya dan
bangunan, agar pengaruh ledakan sekecil mungkin. 

Ruang penyimpanan harus merupakan bangunan yang kokoh dan tahan


api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak menimbulkan loncatan api,
memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari kelembaban, dan
tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. 

Untuk penerangan harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik


yang dapat dibawa atau penerangan yang bersumber dari luar tempat
penyimpanan. 

Penyimpanan tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang


didalamnya terdapat oli, gemuk, bensin, bahan sisa yang dapat terbakar,
api terbuka atau nyala api. 

Daerah tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah,


atau material yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan
perlindungan alam seperti bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.
• 5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen


pada suatu reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. 
Beberapa bahan oksidator memerlukan panas sebelum
menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya dapat
menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu
kamar. 

Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya


tetap dingin, ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. 

Bahan ini harus dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah
terbakar dan bahan yang memiliki titik api rendah.

Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam


memadamkan kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun
pengasapan, hal ini dikarenakan bahan oksidator menyediakan
oksigen sendiri.
• 6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)

• Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat
laun mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menyala. 
• Karena banyak dari bahan ini yang mudah terbakar maka tempat
penyimpanan bahan ini harus tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi,
terpisah dari penyimpanan bahan lainnya, dan janganlah menggunakan
sprinkler otomatis di dalam ruang simpan.

• 7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances)

• Bahan ini bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas,
hydrogen dan gas-gas yang mudah menyala. 
• Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus diusahakan agar sejuk,
berventilasi, sumber penyalaan api harus disngkirkan dan diperiksa
secara berkala. 
• Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan struktur campuran dan
menghasilkan hydrogen, maka bahan asam dapat juga disimpan dalam
gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. 
• Jika konstruksi gudang terbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat
kebal dan pasif terhadap bahan asam.
• 8. Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan
Berbahaya
• Pemasangan label dan tanda dengan memakai lambang
atau tulisan peringatan pada wadah atau tempat
penyimpanan untuk bahan berbahaya adalah tindakan
pencegahan yang esensial. 
• Tenaga kerja yang bekerja pada proses produksi atau
pengangkutan biasanya belum mengetahui sifat bahaya
dari bahan kimia dalam wadah/packingnya, demikian pula
para konsumen dari barang tersebut, dalam hal inilah
pemberian label dan tanda menjadi sangat penting.
• Peringatan tentang bahaya dengan label dan tanda
merupakan syarat penting dalam perlindungan
keselamatan kerja, namun hal tersebut tidak dapat
dianggap sebagai perlindungan yang sudah lengkap, usaha
perlindungan keselamatan lainnya masih tetap diperlukan. 
• Lambang yang umum dipakai untuk bahan kimia yang
memiliki sifat berbahaya adalah sebagai berikut
Pemasangan Label dan Tanda Pada Bahan Berbahaya

• Keterangan :
E   =  Dapat Meledak                  
T   =  Beracun
F+=  SangatMudah   Terbakar
               
C  =  Korosif
F   =  Mudah Terbakar                           
Xi   =  Iritasi
O    =  Pengoksidasi                               
Xn  =  Berbahaya Jika Tertelan
GAMBAR.2.14
T+  =  Sangat Beracun                             
N  =  Berbahaya Untuk Lingkung
Kuliah ke 4

PENANGANAN GAS-GAS KIMIA


BERACUN
GAS-GAS KIMIA BERACUN
•DEFINISI
Gas kimia beracun adalah gas kimia yang dalam jumlah
kecil dapat menimbulkan keracunan pada manusia atau
makhluk hidup lainnya. Umumnya zat-zat toksik masuk
lewat pernafasan atau kulit, kemudian beredar ke seluruh
tubuh atau ke organ-organ tertentu. Tapi dapat pula zat-zat
tersebut berakumulasi tergantung pada sifatnya, ke dalam
tulang, hati, darah, atau cairan limfa dan organ lainnya
sehingga dapat menimbulkan efek dalam jangka panjang.
•MACAM-MACAM GAS KIMIA BERACUN
Gas-gas kimia yang sering menimbulkan keracunan adalah
sebagai berikut:
nitrogen (N2),
metana (CH4),
karbon monoksida (CO),
hydrogen sianida (HCN),
hydrogen sulfide ( H2S),
nikel karbonil (Ni(CO)4),
sulfur dioksida (SO2),
klor (Cl2),
nitrogen oksida (NO2),
fosgen (COCl2),
arsin (AsH3),
•TINGKAT EFEK RACUN TERHADAP TUBUH

Pengaruh efek racun dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:


•Sifat fisik bahan kimia
•Dosis beracun; jumlah/konsentrasi racun yang masuk dalam tubuh.
•Lamanya pemaparan.
•Sifat kimia zat beracun; jenis persenyawaan, kelarutan dalam jaringan
tubuh, jenis pelarut.
•Rute (jalan masuk ke badan); bisa melalui pernafasan, kulit, serta
selaput lendir.
•Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat kesehatan
tubuh, daya tahan/toleransi , kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh,
dan faktor genetik.
•PROSES FISIOLOGIS

Gas kimia yang masuk ke dalam tubuh dapat


mempengaruhi fungsi tubuh manusia sehingga
dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
kesehatan atau keracunan, bahkan dapat
menimbulkan kematian.
•Penyebaran racun ke dalam tubuh:
•Fungsi detoksikasi hati (hepar):
a. Penyebaran racun ke dalam tubuh:

Racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir, pada
saluran pernafasan. Kemudian melalui peredaran darah akhirnya
dapat masuk ke organ-organ tubuh secara sistematik. Organ-organ
tubuh yang biasanya terkena racun adalah paru-paru, hati(hepar),
susunan saraf pusat (otak dan sum-sum tulang belakang), sum-sum
tulang, ginjal, kulit, susunan saraf tepi, dan darah. Efek racun pada
tubuh juga akan memberikan efek local seperti iritasi, reaksi alergi,
dermatitis, ulkus, jerawat dan gejala lain. Gejal-gejala keracunan
sistematik juga terganntung pada organ tubuh yang terkena.
b. Fungsi detoksikasi hati (hepar):

Racun yang masuk ke tubuh akan mengalami pross


detoksikasi (dinetralisasi) di dalam hati oleh fungsi hati
(hepar). Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa
lain yang sifatnya tidak lagi beracun terhadap tubuh. Jika
jumlah racun yang masuk ke dalam tubuh relative
kecil/sedikit dan fungsi detoksikasi hati (hepar) baik.
Dalam tubuh kita tidak akan terjadi gejala keracunan.
Namun apabila racun yang masuk dalam jumlah besar,
fungsi detoksikasi hati (hepar) akan mengalami
kerusakan.
•GEJALA-GEJALA KERACUNAN
a. Gejala nonspesifik : pusing, mual, gemetar, lemah
badan, pandangan berkunang-kunang, susah tidur,
nafsu makan berkurang, sukar konsentrasi dan
sebagainya.

b. Gejala spesifik : sesak nafas, muntah, sakit perut, diare,


kejang-kejang, kram perut, gangguan mental,
kelumpuhan, gangguan penglihatan, air liur berlebih,
nyeri otot, koma, pingsan dan sebagainya.
•PENCEGAHAN

Usaha-usaha pencegahan secara preventif perlu


dilakukan dalam setiap laboratorium yang menggunakan
baik bahan baku maupun bahan penolong yang bersifat
racun agar tidak kerugian ataupun keracunan yang setiap
waktu dapat terjadi dilingkungan pekerja yang menangani
bahan kimia beracun.
Pencegahan secara preventif tersebut adalah sbb.:
1.Management program pengendalian sumber bahaya,
yang berupa perencanaan, organisasi, kontrol,
peralatan, dan sebagainya.
2. Penggunaan alat pelindung diri (masker, kaca mata,
pakaiannya khusus, krim kulit, sepatu, dsb)
3. Ventilasi yang baik.
4. Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam
proses produksi, kontrol, dan sebagainya.
5. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber
bahaya.
6. Penyempurnaan produksi: Mengeliminasi sumber
bahaya dalam proses produksi, dan mendesain
produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan
kerja.
7. Pengendalian/peniadaan debu, dengan memasang dust
collector di setiap tahap produksi yang menghasilkan
debu.
8. Isolasi, yaitu proses kerja yang berbahaya disendirikan.
9. Operasional praktis:
Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, serta
analisis keselamatan dan kesehatan kerja.
10. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang
sehat, pengurangan jam pemaparan.
11. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan, job training
masalah penanganan bahan kimia beracun.
12. Monitoring lingkungan kerja, yaitu melakukan surplus
dan analisis.
13. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus, dan
screening, serta monitoring biologis (darah, tinja,
urine, dan sebagainya).
14. House keeping, yaitu kerumahtanggaan yang baik,
kebersihan, kerapian, pengontrolan.
15. Sanitasi, yakni dalam hal hygiene perorangan, kamar
mandi, pakaian, fasilitas kesehatan, desinfektan, dan
sebagainya.
16. Eliminasi, pemindahan sumber bahaya.
17. Enclosing, menangani sumber bahaya.
•PENYIMPANAN GAS KIMIA BERACUN

Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam


kondisi kecelakaan ataupun dalam kondisi kedua-
duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan
sekelilingnya. 

Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan


yang sejuk, tempat yang ada peredaran hawa,
jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang
inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus
dipisahkan satu sama lainnya.
Kuliah ke 5

Pertolongan pada Korban Keracunan


• Keracunan Bahan Kimia

Keracunan zat-zat kimia pada tubuh manusia dapat


membahayakan kelangsungan hidup.

Bahan kimia beracun tersebut akan merusak jaringan


tubuh terpenting sehingga menggangu atau bahkan
menghentikan fungsinya.

Beberapa jaringan tubuh yang rentan terhadap


keracunan diantaranya kulit, susunan syaraf, sumsum
tulang, ginjal, hati, dan alat-alat pencernaan.

Jika organ tersebut terganggu, terjadilah penurunan


tingkat kesehatan yang akan membahayakan jiwa
manusia, terutama bila pertolongan terlambat
diberikan.
Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan

karena berbahaya adalah :


AgNO3 : Senyawa ini beracun dan korosif.
Simpanlah dalam botol berwarna dan ruang yang gelap serta
jauhkan dari bahan-bahan yang mudah terbakar.
Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh.
Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama.
HCl : Senyawa ini beracun dan bersifat korosif terutama dengan
kepekatan tinggi.
Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit melepuh.
Gas/uapnya juga menebabkan hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan beracunMenghirup bahan ini dapat
menyebabkan pingsan, gangguan pernafasan, bahkan kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, higroskopis, bersifat membakar bahan
organik dan dapat merusak jaringan tubuh.
Gunakan ruang asam untuk proses pengenceran dan hidupkan kipas
penghisapnya.
Jangan menghirup uap asam sulfat pekat karena dapat menyebabkan
kerusakan paru-paru, kontak dengan kulit menyebabkan dermatitis,
sedangkan kontak dengan mata menyebabkan kebutaan.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis dan menyerap gas CO2
Dapat merusak jaringan tubuh.

NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang khas.


Menghirup senyawa ini pada konsentrasi tinggi dapat
menyebabkan pembengkakan saluran pernafasan dan sesak nafas.
Terkena amonia pada konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit dapat
menyebabkan kebutaan.

HCN Senyawa ini sangat beracun.


Hindarkan kontak dengan kulit.
Jangan menghirup gas ini karena dapat menyebabkan pingsan dan
kematian.

HF Gas/uap maupun larutannya sangat beracun.Dapat menyebabkan


iritasi kulit, mata, dan saluran pernafasan.

HNO3 Senyawa ini bersifat korosif.Dapat menyebabkan luka bakar,


menghirup uapnya dapat menyebabkan kematian.
Pertolongan pada Korban Keracunan

1. Keracunan melalui Mulut/Pencernaan

Perlakuan yang dapat diberikan kepada korban adalah dengan


memberikan air minum/susu sebanyak 2-4 gelas.
Apabila korban pingsan jangan berikan sesuatu melalui mulut.
Usahakan supaya muntah segera dengan memasukkan jari tangan ke
pangkal lidah atau dengan memberikan air garam hangat (satu sendok
makan garam dalam satu gelas air hangat).
Ulangi sampai pemuntahan cairan jernih.
Pemuntahan jangan dilakukan apabila tertelan minyak tanah, bensin,
asam atau alkali kuat, atau apabila korban tidak sadar.
Berilah antidote yang cocok, bila tidak diketahui bahan beracunnya,
berilah satu sendok antidote umum dalam segelas air hangat umum.
Bubuk antidote umum terbuat dari:
dua bagian arang aktif (roti yang gosong),
satu bagian magnesium oksida (milk of magnesia), dan
satu bagian asam tannat (teh kering).
Jangan berikan minyak atau alkohol kecuali untuk racun tertentu.
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat
anda gunakan untuk pertolongan pertama terhadap
korban keracunan bahan kimia :
Asam-asam korosif seperti :
– asam sulfat (H2SO4),
– fluoroboric acid,
– hydrobromic acid 62%,
– hydrochloric acid 32%,
– hydrochloric acid fuming 37%,
– sulfur dioksida, dan lain-lain.

Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of


magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok
dengan air.
Bila tertelan berilah bubur aluminium hidroksida atau milk of
magnesia diikuti dengan susu atau putih telur yang dikocok
dengan air.
Jangan diberi dengan karbonat atau soda kue.
Alkali (basa) seperti:
• amonia (NH3),
• amonium hidroksida (NH4OH),
• Kalium hidroksida (KOH),
• Kalsium oksida (CaO),
• soda abu, dan lain-lain.
Bila tertelan berilah :
- asam asetat encer (1%),
- cuka (1:4), asam sitrat (1%),
- atau air jeruk.
Lanjutkan dengan memberi susu atau putih telur.
Kation Logam seperti :
• Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain
Berikan antidote umum, susu, minum air kelapa, norit, suntikan
BAL, atau putih telur.
Pestisida :
Minum air kelapa, susu, vegeta, norit.

Garam Arsen :
Bila tertelan usahakan pemuntahan dan berikan milk of magnesia.
2. Keracunan melalui Pernafasan

• Jika racun yang masuk dalam tubuh terhirup oleh saluran


pernafasan, gunakan masker khusus atau kalau terpaksa sama
sekali tidak ada, tahanlah nafas saat memberikan pertolongan
di tempat beracun.

• Bawalah korban ke tempat yang berudara sesegera mungkin


dan berikan pernafasan buatan secepatnya, apabila korban
mengalami kesulitan bernafas.

• Lakukan hal tersebut berulang-ulang sampai petugas


kesehatan datang.
3. Keracunan melalui Kulit

Jika racun masuk ke dalam tubuh melalui kulit, jika


memungkinkan tentukan lebih dulu jenis bahan kimia
beracun yang masuk dan usahakan agar tidak
tersentuh, siramlah bagian tubuh korban yang terkena
bahan racun dengan air bersih paling sedikit 15 menit.

Langkah selanjutnya, lepaskan pakaian yang


dikenakan, berikut sepatu, perhiasan dan benda-benda
lain yang terkena racun.

Jangan mengoleskan minyak, mentega atau pasta


natrium bikarbonat pada kulit yang terkena racun,
kecuali diperintahkan oleh petugas kesehatan yang
hadir di situ.
4. Keracunan melalui Mata

• Jika racun yang masuk ke dalam tubuh melalui selaput


lendir di mata, segeralah melakukan pencucian pada kedua
mata korban dengan air bersih dalam jumlah banyak
(disini anda dapat mengunakan air hangat-hangat kuku).

• Buka kelopak mata atas dan bawah, tarik bulu matanya


supaya kelopak mata tidak menyentuh bola mata.

• Posisi ini memungkinkan masuknya air bersih dan dapat


mencuci seluruh permukaan bola mata dan kelopaknya.

• Teruskan pekerjaan ini sampai paling sedikit 15 menit.


TINGKAT EFEK RACUN TERHADAP TUBUH
Pengaruh efek racun terhadap badan dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
– Sifat fisik bahan kimia, yang dapat berwujud gas, uap (gas
dari bentuk padat/cair), debu (partikel padat), kabut
(cairan halus di udara), fume (kondensasi partikel padat),
awan (partikel cair kondensasi dari fase gas), asap
(partikel zat karbon).
– Dosis beracun: jumlah/konsentrasi racun yang masuk
dalam badan.
– Lamanya pemaparan.
– Sifat kimia zat racun: jenis persenyawaan; kelarutan dalam
jaringan tubuh, jenis pelarut.
– Rute (jalan masuk ke badan), yang bisa melalui
pernapasan, pencernaan, kulit serta selaput lendir.
– Faktor-faktor pekerja, seperti umur, jenis kelamin, derajat
kesehatan tubuh, daya tahan/toleransi,
habituasi/kebiasaan, nutrisi, tingkat kelemahan tubuh,
faktor generik.
Kuliah ke 6
Penanganan dan Perawatan
Limbah Laboratorium
Apakah yang dimaksud dengan
limbah?
• Limbah didefinisikan sebagai benda
bergerak yang diinginkan oleh pemiliknya
untuk dibuang atau pembuangannya dengan
cara yang sesuai, yang aman untuk
kesejahteraan umum dan untuk melindungi
lingkungan.
Konsep manajemen limbah:
Menghindari, mengurangi dan membuang limbah
laboratorium

• Hindari pembentukan limbah pada langkah yang sangat


awal.
• Jika tidak mungkin untuk dihindari maka jumlah limbah
harus dikurangi dengan pengumpulan terpisah dan
pengukuran daur ulang.
• Akhirnya, setelah semua usaha ini dilakukan, jumlah
limbah yang masih tersisa harus dibuang dan ”tanpa
resiko” terhadap kesehatan dan lingkungan.
• Penggunaan kembali limbah laboratorium dapat dilakukan, misalnya: untuk
bahan kimia yang telah digunakan setelah melalui prosedur daur ulang yang
sesuai.
• Sebagai contoh, hal ini paling sesuai untuk pelarut yang telah digunakan.
• Pelarut organik seperti etanol,aseton, kloroform dan dietil eter dikumpulkan
di dalam laboratorium secara terpisah dan diperlakukan dengan distilasi.
• Selama semua pengerjaan (dalam hal ini: percobaan kimia) dimana
terbentuk sejumlah besar limbah harus diperiksa dengan hati-hati, apakah
mungkin untuk mengurangi jumlah limbah dengan penggunaan pengukuran
yang sesuai (misal: kondisi reaksilainnya, penurunan skala volume reaksi).
• Hanya dalam kasus dimana pengurangan jumlah limbah lebih lanjut tidak
mungkin secara prophylaxis dan pengukuran daur ulang, maka cara lama
untuk pembuangan limbah harus dilakukan.
Limbah Berbahaya di Laboratorium
• Kelompok penting dari limbah adalah bahan kimia sisa/residu yang
biasanya dikelompokkan sebagai limbah berbahaya.
• Senyawa ini dilarang untuk dibuang melalui pengumpulan limbah
publik atau melalui saluran air limbah yang umum.
• Tipe limbah yang digolongkan sebagai limbah berbahaya harus
dikumpulkan secara terpisah dan dikirimkan oleh penghasilnya
kepada perusahaan pembuangan yang telah disetujui.
• Penghasil limbah juga harus mengirimkan data yang sesuai tentang
tipe limbah berbahaya tersebut.
• Berdasarkan tipe limbahnya, nilai ambang batas tertentu untuk
kandungan dan sifat bahan kimia harus dipatuhi.
• Senyawa yang hanya bisa dibuang dengan biaya tinggi harus
dihindari, jika dimungkinkan diganti dengan bahan pengganti yang
sesuai, yang dapat dibuang dengan biaya yang lebih efektif dan
dengan cara yang ramah terhadap lingkungan.
Pengumpulan Limbah Berbahaya
• Limbah berbahaya dikumpulkan dalam wadah khusus, mematuhi aturan yang
berlaku (
• Tipe limbah yang berbeda sebaiknya tidak dicampur menjadi satu.
• Untuk setiap tipe limbah digunakan wadah khusus, yang telah diberikan oleh
universitas untuk pengumpulan.
• Wadah ini akan dikembalikan ke gudang penyimpanan limbah. Wadah tersebut
tidak boleh diisi lebih dari 90% (untuk menghindari tumpahan selama
pengangkutan) dan harus ditutup rapat serta diberi label dengan benar. Jika tidak,
perusahaan penanganan limbah tidak diijinkan untuk menerimanya.
• Wadah yang rusak, bocor atau terkontaminasi dengan senyawa berbahaya juga
tidak dapat diterima.
• Aturan umum untuk penanganan limbah berbahaya adalah menghindari resiko
yang membahayakan terhadap manusia dan lingkungan baik selama
penyimpanan, pengangkutan dan pembuangan bahan-bahan tersebut.
Air Limbah yang Terbentuk Di
Laboratorium
• Air limbah laboratorium adalah cairan apa saja yang berasal dari
tempat pencucian.
• Pada kasus yang ideal biasanya mengandung sedikit air.
• Pada praktek sehari-hari, limbah ini biasanya mengandung larutan
berair yang telah terlebih dahulu dinetralkan menjadi pH 6 sampai
8 dan tidak mengandung logam-logam berat.
• Selama pembuangan air limbah, ambang batasnya harus sesuai
dan biasanya nilai ini diberikan oleh pejabat pengurus air limbah
yang berwenang.
• Harus dipatuhi bahwa dilarang mengencerkan air limbah dalam
usaha untuk mencapai nilai ambang batas ini.
• Sebagai contoh Tabel 1-3 menyajikan nilai ambang
batas untuk polutan yang berbeda di Technical
University of Braunschweig.
• Bila hasilnya melebihi nilai tersebut maka biaya
perlakuan air limbah akan membengkak.
• Jika nilai ambang batas melebihi dua kalinya, maka
permasalahan ini akan dibawa ke pengadilan.
• Senyawa yang diijinkan untuk dibuang ke dalam air
limbah adalah senyawa yang tidak terdapat dalam
tabel berikut, tidak digolongkan sebagai senyawa
berbahaya.
Parameter Dasar yang Penting Untuk Kualitas Air Limbah

• Nilai pH dari air limbah harus berkisar antara 6,0 sampai 10,5
• Temperatur tidak melebihi 35oC
• Toksisitas air limbah harus lebih kecil dari nilai yang dapat
mempengaruhi proses biologi pada Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), pembuangan lumpur atau penggunaan lumpur.
• Konsentrasi zat warna dalam air limbah harus kurang dari nilai
yang dapat menyebabkan perubahan warna pada IPAL umum.
• Nilai ambang batas untuk fenol dibuat rendah (0,025 mg/L air
limbah) karena senyawa ini dapat menyebabkan rasa-sakit yang
sangat susah dihilangkan selama pemurnian air.
• Nilai ambang batas untuk senyawa yang menggunakan oksigen
seperti natrium sulfit, garam besi (II) dan tiosulfat ditetapkan 50
mg/L air limbah.
• Tabel 1: Senyawa anorganik – Nilai ambang batas (TLV)
untuk kation
Kation Tlv(mg/L)
Antimoni 0,25
Arsen 0,05
Barium 1,00
Timbal 0,5
Cadmium 0,05
Kromium, total 0,5
Kromium VI 0,1
Kobalt 1,0
Tembaga 0,5
Nikel 0,5
Merkuri 0,025
Perak 0,25
Zinc 2,5
Tin 0,5
Tabel 2. Senyawa anorganik – Nilai ambang batas (TLV)
untuk anion
Anion TLV (mg/L)
Sianida 10
Sianida, yang mudah dilepaskan 0,5
Flourida 25
Sulfat 300
Sulfida 1,0

Tabel 3:
Nilai ambang batas untuk parameter gugus dan
senyawa organik
Parameter Golongan TLV (mg/L)
Senyawa Halogen organik yang dapat diserap (AOX) 0,5
Hidrokarbon terhalogenasi yang Volatil (VOX) 0,25
Hidrokarbon terhalogenasi yang volatil, senyawa 0,25
tunggal
Senyawa Organik
Hidrokarbon Alifatis 10
Minyak dan pelumas, dapat disabunkan 125
Hidrokarbon aromatis polisiklis (PAH) 0,025
Aromatis, total 0,05
Benzena 0,0025
Etil benzena 0,025
Toluena 0,025
Ksilena 0,03
Stirena 0,03

Catatan : larutan berair yang tersisa setelah ekstraksi


dengan diklorometana atau kloroform harus dibuang
sebagai limbah berbahaya (mengandung hidrokarbon
terklorinasi, VOX) atau harus dibuat tidak volatil dengan
menggunakan metoda yang sesuai (misalnya: purging).
Catatan Khusus Pada Pembuangan Limbah
Kimia Dari Laboratorium
• Dianjurkan untuk mendetoksifikasi sejumlah kecil
limbah bahan kimia berbahaya di laboratorium oleh
staff yang berkompeten. Keterangan lebih rinci
tentang prosedur yang dapat digunakan terdapat
pada cara pengerjaannya. Tipe limbah berbahaya
berikut selalu terjadi pada pekerjaan di
laboratorium. Oleh karena itu, berikut ini diberikan
beberapa informasi untuk mengolah dan
membuangnya.
Bahan kimia sisa:

Sebagai bahan kimia sisa, hanya bahan berikut yang dapat


dibuang yaitu jika
• penyusunnya telah diketahui
• tidak digolongkan sebagai bahan yang mudah meledak, dan
• tidak bersifat radioaktif

Semuanya harus tidak mengandung penyusun yang sangat


beracun seperti dibenzodioksin dan furan terpoliklorinasi
(PCDD/F), bifenil terpoliklorinasi (PCB) atau bahan untuk
perang
• Wadah limbah harus diberi label dengan benar meskipun pada
wadah yang kecil.
• Bejana kecil dan vial yang digunakan untuk produk reaksi dari
pekerjaan lab dapat dikumpulkan dalam wadah untuk bahan
padataan dan diberi keterangan, contohnya: sebagai “produk
sintesis dari pekerjaan lab kimia anorganik dalam vial).
• Jika bahan kimia tidak diketahui (misal : dalam bejana tanpa
label), dianjurkan untuk mengelusidasi tipe dari senyawa yang
tersebut.
• Bahan kimia yang telah digolongkan pada golongan limbah
tertentu harus dibuang sesuai dengan golongan tersebut.
• Sebagai contoh adalah asam klorida. Bahan ini dimasukkan ke
dalam kelompok limbah “asam anorganik, Artinya, HCl harus
tidak dibuang sebagai bahan kimia sisa/residu.
• Bahan kimia lama yang disimpan di dalam bejana tertutup sebaiknya
ditawarkan kepada kelompok atau institusi lain untuk kepentingan
yang lain.
• Bahan ini dapat dibuang hanya jika tidak ada seorangpun yang tertarik
untuk memilikinya dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
• Terdapat pula pengambilan kembali bahan kimia dan pelarut dalam
jumlah besar oleh pembuat bahan kimia tersebut.
• Sebagai contoh, Perusahaan Merck menawarkan suatu layanan dengan
nama Retrologistics.
• Bahan kimia yang dikirimkan akan diuji kondisinya dan tipe serta
jumlahnya didokumentasikan.
• Kandungan dari bejana kecil dengan bahan kimia yang diketahui akan
digabungkan menjadi jumlah yang lebih besar.
• Setelah analisis dan kontrol kualitas, senyawa tersebut akan digunakan
dalam produksi dan sintesis.
• Jika penggunaan kembali tidak dimungkinkan, bahan kimia tersebut
akan dibuang menurut aturan yang telah ditetapkan.
Asam Anorganik, Campuran Asam dan
Mordant
• Nilai pH dari larutan ini harus di bawah 6.
• Larutan asam berair ini harus bebas dari sianida (jika tidak, maka
akan terbentuk hidrogen sianida !), ion amonium (maks. 0,1 mol/L
diijinkan), dan tipe senyawa organik lainnya (misal : pelarut, lemak
dan minyak)

• Asam yang telah digunakan yang mengandung asam nitrat (misalnya


campuran asam nitrat) harus dinetralkan dan kemudian dibuang ,
dibersihkan dan dicuci dengan air.

• Larutan asam yang tidak mengandung logam berat atau bahan


berbahaya lainnya dapat dinetralkan dengan natirum hidroksida atau
natrium hidrogen karbonat dalam jumlah molar yang sama dan
kemudian dibuang ke dalam air limbah laboratorium.
Basa, Campuran Basa dan Mordant
• Limbah golongan ini merupakan limbah cair dengan
pH di atas 8.
• Larutan basa hidroksida berair ini harus bebas dari
sianida, ion amonium (maks. 0,1 mol/L, jika tidak akan
terjadi pelepasan amonia !), dan tipe senyawa organik
lainnya (misal : pelarut, lemak dan minyak)
• Larutan basa yang tidak mengandung logam berat atau
bahan berbahaya lainnya dapat dinetralkan dengan
asam klorida dengan jumlah molar yang sama dan
kemudian dibuang ke dalam air limbah laboratorium.
Air Dari Pembersihan dan Pencucian yang
mengandung garam logam
• Limbah golongan ini mengandung larutan
berair dari garam logam yang harus bebas dari
sianida, ion amonium (maks. 0,1 mol/L
diijinkan), dan tipe senyawa organik lainnya
(misal : pelarut, lemak dan minyak)
• Untuk larutan berair ini dimungkinkan
terjadinya pengurangan volume yang nyata
dengan menggunakan pengukuran konsentrasi.
Kuliah ke 7

ALAT PELINDUNG DI DALAM LABORATORIUM


ALAT PELINDUNG DI DALAM LABORATORIUM

• Laboratorium merupakan lingkungan yang komplek.


• Orang-orang yang bekerja didalamnya dikelilingi oleh
bahan kimia yang beracun, spesimen infeksius, dll.
• Sebagian orang yang terlibat adalah para ahli teknis, tapi
yang lainnya adalah pasien, pengunjung dan tenaga non
teknik.
• Sebagian besar dari proses dan prosedur laboratorium
berisiko pada operatornya.
• Setiap laboratorium mempunyai risiko bahaya.
• Manajer laboratorium bertanggung jawab terhadap
pengendalian dan kontrolnya .
• Laboratorium yang baik dapat memberikan dorongan
dalam upaya menyelenggarakan praktek keselamatan
kerja secara komprehensif.
• Sebagian laboratorium mempunyai kebijakan keselamatan
secara tertulis
 Keamanan kerja di Laboratorium bertujuan agar petugas,
masyarakat dan lingkungan laboratorium saat bekerja selalu

dalam keadaan sehat, nyaman, aman, selamat, dan


produktif.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,


kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak.

Penanggung-jawab laboratorium, stake holder laboratorium


yang lain seperti pemilik, karyawan yang bekerja didalamnya
dan bahkan pelanggan harus mempunyai sikap yang sama
dalam pelaksanaan keamanan kerja di laboratorium
kesehatan.
Keterlibatan dan komitmen yang tinggi dari pihak
manajemen atau pengelola laboratorium kesehatan
mempunyai peran sentral dalam pelaksanaan
program ini. Demikian pula dengan pihak petugas
kesehatan dan non kesehatan yang menjadi sasaran
program keamanan kerja ini harus berpartisipasi
secara aktif, bukan hanya sebagai obyek tetapi juga
berperan sebagai subyek dari upaya esensial
tersebut.
-> Memakai Jas Lab Kemana-mana

Jas lab adalah pakaian pelindung tubuh dan


pakaian biasa kita dari kotoran-kotoran dan
bahan-bahan kimia berbahaya, artinya jas lab itu
sendirilah yang kotor terkena bahan kimia.
Sebersih apapun lab kita, yang namanya bahan
kimia bisa berseliweran dimana-mana. Saat
menimbang, menuang cairan atau memanaskan
sesuatu, tentu saja ada sebagian yang
menguap/beterbangan, dan akhirnya menempel
di jas lab kita.
Jadi biasakanlah hanya menggunakan jas lab di dalam lab saja,
ketika ada pengarahan dari boss di ruang meeting, makan di
kantin, atau fotokopi dokumen di ruang administrasi, jangan
memakai jas lab, biasakan untuk melepasnya dulu sebelum
keluar dari lab. Sebab jika kemana-mana kita berjaslab ria sama
artinya dengan menyebarkan bahan berbahaya ke seluruh
ruangan.
Yang lebih berbahaya jika kita bekerja di lab tanpa mengenakan
jas lab, karena selain membahayakan diri sendiri dan
menyebarkan bahan berbahaya ke seluruh ruangan kantor, kita
pun akan membawanya pulang ke rumah.
-> Memakai Sarung Tangan juga Bisa Bahaya

Fungsi sarung tangan adalah melindungi tangan kita


saat bekerja dengan bahan berbahaya, jadi seperti jas
lab, otomatis bagian luar sarung tangan akan dipenuhi
oleh ceceran benda berbahaya tadi. Nah, tak jarang kita
masih menggunakan sarung tangan kotor saat
berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain, dan kita
tidak sadar kalau kotoran tadi bisa menempel ke
gagang pintu, keyboard komputer atau benda-benda
lain yang tersentuk sarung tangan kita. Yang jadi korban
tentu saja semua orang di lab
-> memakai Kacamata Pelindung (Googles)

Kaca mata pelindung berfungsi melindungi mata


dari percikan serbuk,cairan atau asam yang
dapat merusak fungsi mata.Jika kita sayang pada
mata kita yang hanya dua, jangan malas
menggunakan googles. Selama kita bekerja di
lab ada kemungkinan mata kita terpercik serbuk,
cairan atau asam, syukur-syukur jika tidak
sampai membuat mata rusak, tapi kalau sampai
merusak tentu kita akan menyesal seumur hidup
MASALAH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Kinerja (performen) setiap petugas kesehatan dan non kesehatan merupakan
resultante dari tiga komponen kesehatan kerja yaitu kapasitas kerja, beban
kerja dan lingkungan kerja yang dapat merupakan beban tambahan pada
pekerja. Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu derajat
kesehatan kerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya bila
terdapat ketidak serasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja ber1.
Kapasitas Kerja
Status kesehatan masyarakat pekerja di Indonesia pada umumnya belum
memuaskan. Dari beberapa hasil penelitian didapat gambaran bahwa 30?40%
masyarakat pekerja kurang kalori protein, 30% menderita anemia gizi dan
35% kekurangan zat besi tanpa anemia. Kondisi kesehatan seperti ini tidak
memungkinkan bagi para pekerja untuk bekerja dengan produktivitas yang
optimal. Hal ini diperberat lagi dengan kenyataan bahwa angkatan kerja yang
ada sebagian besar masih di isi oleh petugas kesehatan dan non kesehatan
yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga untuk dalam melakukan
tugasnya mungkin sering mendapat kendala terutama menyangkut masalah
PAHK dan kecelakaan kerja.
FASILITAS LABORATORIUM
Laboratorium Kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan
pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari
manusia atau bahan yang bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis
penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan dan faktor yang dapat
berpengaruh terhadap kesehatan perorangan dan masyarakat. 
Disain laboratorium harus mempunyai sistem ventilasi yang memadai dengan
sirkulasi udara yang adekuat.
Disain laboratorium harus mempunyai pemadam api yang tepat terhadap
bahan kimia yang berbahaya yang dipakai.
Kesiapan menghindari panas sejauh mungkin dengan memakai alat pembakar
gas yang terbuka untuk menghindari bahaya kebakaran.
Untuk menahan tumpahan larutan yang mudah terbakar dan melindungi
tempat yang aman dari bahaya kebakaran dapat disediakan bendung-
bendung talam.
Dua buah jalan keluar harus disediakan untuk keluar dari kebakaran dan
terpisah sejauh mungkin.
Tempat penyimpanan di disain untuk mengurangi sekecil mungkin risiko oleh
bahan-bahan berbahaya dalam jumlah besar.
Harus tersedia alat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaam (P3K).
Kuliah ke 7
ALAT-ALAT GELAS
LABORATORIUM
ALAT-ALAT GELAS LABORATPRIUM
A. LATAR BELAKANG
• Latar belakang pengetahuan ini adalah mahasiswa dapat
menggunakan alat-alat laboratorium khususnya alat-alat gelas
yang sangat rentan pecah / rusak. Dengan baik. Karena
walaupun terlihat remeh, kecelakaan pada alat-alat gelas dapat
juga dapat berakibat fatal

B. TUJUAN

• Untuk mengetahui bermacam-macam peralatan gelas di


laboratorium, dan cara penggunaan, perawatan yang baik. Serta
menambah wawasan mahasiswa tentang alat-alat gelas
laboratorium
Pengenalan alat-alat gelas
Keterangan
1.Labu Ukur 2. Gelas Ukur 3. Beaker Glass 4. Batang Pengaduk 5.
Botol Pencuci 6. Corong 7dan 8 Erlemeyer 9. dan 10 tabung
reaksi 11. Kuvet 12. dan 13. Rak Untuk tempat Tabung Reaksi
14. Kaca Preparat 15. Kawat Kasa 16. dan 22. Penjepit 17.
Spatula 18. Kertas Lakmus 19. Gelas Arloji 20. Cawan Porselein
21. Pipet Pasteur (Pipet Tetes) .23 dan 24. Sikat 25. Pipet Ukur
26. Pipet Gondok 27. Buret
Kunci sukses kerja di laboratorium:
1. Menggunakan alat gelas dengan :
a. tepat (accurate),
b. cermat (precision),
c. andal (reliable),
d. mantap (stable),
e. cepat (Quikly), dan
f. selamat (safety)

2. Teknik pengoperasian dan perawatan alat gelas,


merupakan kemampuan dasar, untuk dapat
mengoperasikan alat-alat yang canggih.
Alat dasar laboratorium
1. Alat dasar laboratorium dikelompokan menjadi 3 yaitu:
– alat gelas (glass ware equipment),
– alat bukan gelas (non gelas equipment) pendukung
– alat pemanas (heating equipment).
– Neraca (balance)

2.Peralatan gelas yang dimaksud teridiri dari


– peralatan gelas dasar : gelas beaker, gelas ukur dll.
– peralatan ukur : pipet ukur, pipet volume, labu ukur
– peralatan analisis : thermometer, piknometer dll.
Peralatan gelas laboratorium
1. Peralatan laboratorium terbuat dari kaca, yang digunakan dalam
percobaan ilmiah, terutama dalam laboratorium kimia dan biologi.
2. Beberapa peralatan tersebut sekarang ada yang telah dibuat dari
plastik, namun peralatan kaca masih sering digunakan oleh karena
sifat kaca yang inert, transparan, dan tahan panas.
3. Kaca borosilikat, dahulu dinamakan Pyrex, sering digunakan karena
sifatnya yang tahan dengan tegangan termal. Untuk beberapa aplikasi,
4. kuarsa digunakan oleh karena ia tahan panas dalam temperatur yang
tinggi dan memiliki sifat terawang di beberapa spektrum
elektromagnetis.
5. Di beberapa aplikasi, terutama pada botol penyimpanan, gelas
berwarna coklat tua biasanya digunakan untuk menghindarkan zat
yang disimpan dari cahaya luar.
6. Peralatan yang terbuat dari material lainnya juga digunakan untuk
tujuan tertentu, misalnya asam hidroflorida yang disimpan dalam
polietilena karena asam ini dapat melarutkan kaca.
Sebelum bekerja di laboratorium
• Praktikan harus mengenal dan memahami
cara penggunaan semua peralatan dasar
yang biasa digunakan dalam laboratorium
kimia serta menerapkan K3 di laboratorium.
• Berikut ini diuraikan beberapa peralatan
yang akan digunakan pada Praktikum Kimia
Dasar
Alat-alat gelas di laboratorium
• Gelas Kimia
• Kegunaannya:
Untuk melarutkan,
mereaksikan,
menyimpan
sementara bahan-
bahan kimia. Bukan
alat untuk mengukur
volume larutan.
Beker gelas
• Bahan: gelas borosilikat.
• Volume : Tersedia dalam
beberapa ukuran Volume.
• Berskala teratur dan
permanen warna putih,
tingkatan untuk percobaan
• Kegunaan
Untuk melarutkan,
mereaksikan, menyimpan
sementara bahan-bahan kimia.
Bukan alat untuk mengukur
volume larutan
Erlenmeyer.

• Tersedia dalam ukuran :


50, 100, 250, 500 ml, dll.
• Kegunaanya:
Untuk titrasi, untuk
mereaksikan atau
menyimpan sementara
bahan kimia terutama
zat-zat yang lebih
mudah menguap
(mulutnya yang kecil
memudahkan untuk
diitutup
Labu Ukur
• Tersedia dalam ukuran :
50, 100, 250, 500 ml, dll.
• Kegunaanya:
Untuk membuat larutan
dengan konsentrasi
analitis. Bukan untuk
melarutkan. Biasanya
untuk melarutkan
dillakukan pada gelas
kimia, setelah larut
sempurna, pindahkan
pada labu takar dan
tambahkan pelarut
sampai tanda batas
volume.
Gelas ukur
• Tersedia Ukuran: 10,
25, 50, 100, 250, 500,
1000 ml, dll.

• Kegunaan
Untuk mengukur
volume larutan
Soxlet

Kegunaanya:
Alat untuk melakuan
ekstraksi.
• Zat yang akan
diekstrak disimpan
dalam tabung A,
• Pelarut yang
digunakan untuk
mengekstrak
disimpan dalam labu
B.
1. Pipet volume atau pipet gondok (kiri)
2. Pipet ukur (kanan)

Kegunaanya:
• Keduanya digunakan untuk
mencuplik/mengambil
larutan/cairan.
• Perbedaannya pipet volume
memiliki satu jenis ukuran
volume, misalnya pipet volume 5
mL, 20 mL atau 50 mL,
sedangkan
• pipet ukur memiliki penunjuk
skala volume, seperti gelas ukur.
Pipet Filler (pengisap pipet)

• Tipe: bola karet kenyal


dengan 3 knop. Bola
karet tidak mudah
lembek.
• Kegunaan
• Untuk menghisap
larutan yang akan
diukur
Corong
Kegunaanya:
1. Sebagai alat bantu
memasukan cairan
kedalam botol mulut
kecil.
2. Untuk memisahkan zat
padat dari pelarutnya
dengan proses
filtrasi/penyaringan
Kertas saring

• Ukuran: 58 x 58 cm,
• Kegunaan
• Untuk menyaring
larutan.
Corong Pisah
.
Kegunaanya:
Untuk memisahkan dua zat
cair yang tidak saling
campur
Krush

Kegunaanya:
Untuk mengabukan
zat, misalnya dalam
analisa gravimetri.
Neraca Analitis

Kegunaanya:
Untuk mengukur
berat bahan kimia.
Batang pengaduk

• Batang gelas, dengan


ujung bulat dan ujung
yang lain pipih.
• Panjang 15 cm.
• Kegunaan
Pengaduk larutan
Plat alas pembakaran
• Bahan: logam anti
karat. Tanpa asbes.
• Ukuran: 100 x 100
mm.
• Kegunaan
• Alas tempat
pemanasan
Kaki tiga

• Satu ring diamater 80


mm dengan tiga kaki
panjang 8 cm.
• Diameter luar : 8 mm.
• Kegunaan
Untuk penyangga
pembakar spirtus
Pembakar spirtus

• Kapasitas 100 ml,


bertutup untuk
mencegah penguapan,
bahan kaca.
• Kegunaan
• Untuk membakar zat
atau memanasi
larutan.
Statif dasar persegi

• Dimensii: landasan:
210 x 145 mm.
• panjang batang: 60cm
dengan diamater
batang: 10 mm.
Material : cast iron di
cat.
• Kegunaan
• Merangkai peralatan
praktikum
Boshead

• Dua pasang tempat


jepitan, 2 pasang
jepitan yang saling
menyilang siku-siku.
• Kegunaan
Penjepit klem
universal
Klem universal

• Satu baud pengencang


jepitan, ukuran panjang
sekitar 15 cm, bukaan
rahang dapat
menggenggam beker 50
ml.
• Kegunaan
Untuk menjepit
erlenmeyer dan lain-lain.
Kondenser
• Gelas borosilikat.
Panjang jaket kaca
300 mm.
• Diameter pipa
masukan-keluaran
OD:8, tanpa ada
sambungan gelas.
• Kegunaan
Untukl destilasi
larutan
Labu destilasi

• Bahan borosilikat.
Berlengan, kapasitas
125, dilengkapi karet
penutup berlubang
kira-kira 6 mm.
• Kegunaan
Untuk destilasi larutan
Kawat Nikrom

• Diameter 0.5 mm,


panjang: 150 mm,
Tangkai pemegang:
gelas.
• Kegunaan
• Untuk
megnidentifikasi zat
dengan cara uji nyala
Spatula Logam (A)
Spatulan Plastik (B)
A A. Spatula logam
• Terbuat dari bahan stainles stail:
bibir lonjong, panjang : 150 mm.
• Kegunaan
• Pengambil zat yang tidak
B
bereaksi dengan logam.

B. Spatula plastik
• Bahan: plastik, kedua ujung
bundar. Panjang: 150 mm.
• Kegunaan
• Pengambil zat kristal
Tabung reaksi

• Bahan: gelas
borosilikat, Ukuran: 15
x 150mm. Per pak 50
buah.
• Kegunaan
• Untuk mereaksikan
zat.
Rak tabung reaksi

• Bahan: Plastik /kayu


• jumlah lubang: 16 ,
diameter: 16 mm
• Kegunaan
• Tempat tabung reaksi
Penjepit tabung reaksi

• Bentuk rahang:
persegi.
• Pegas : dipoles nikel
dengan
• diameter: 10 -25 mm.
• Kegunaan
• Untuk menjepit tabung
reaksi.
Pipet tetes

• Bahan:Gelas.
• Panjang: 150 mm
dengan karet kualitas
baik.
• Kegunaan
• Untuk meneteskan
larutan dengan jumlah
kecil.
Pipa kapiler

• Diameter: 8 mm.
Diameter dalam: 0.8
mm.
• Panjang 15 cm.
• Kegunaan
• Untuk mengalirkan gas
ke spesimen tertentu.
Indikator universal

• strips, satu boks isi:


100; pH: 0-14
• Kegunaan
Untuk identifikasi
keasamaan larutan/zat
dan lainnya.
Mortal dan alu

• Poslen di glasir.
Diameter dalam: 8 cm.
Alu panjang: 9 cm.
• Kegunaan
• Menghaluskan zat
yang masing bersifat
padat/kristal.
Cara Membersihkan Peralatan Laboratorium Secara Umum

• Proses membersihkan harus dilakukan segera setelah


peralatan digunakan.
• Membuang bahan berbahaya dan pembersihan bahan
korosif sebelum peralatan tersebut dibersihkan.
• Peralatan cuci manual atau otomatis harus
menggunakan deterjen yang sesuai dengan
kegunaannya.
• Residu organik memerlukan perlakuan dengan
larutan pembersih asam kromat.
• Peralatan harus dikeringkan dan disimpan dalam
kondisi yang tidak memungkinkan terjadinya
kontaminasi oleh debu atau bahan lain.
Cara Menyimpan Alat dan Bahan Laboratorium
• Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan di
laboratorium memerlukan perlakuan khusus sesuai sifat
dan karakteristik masing-masing
• Perlakuan yang salah dalam membawa, menggunakan dan
menyimpan alat dan bahan di laboratorium dapat
menyebabkan kerusakan alat dan bahan, terjadinya
kecelakaan kerja serta dapat menimbulkan penyakit.
• Cara memperlakukan alat dan bahan di laboratorium
secara tepat dapat menentukan keberhasilan dan
kelancaran kegiatan.
• Adapun perlakuan terhadap alat-alat di laboratorium
seperti:
a. Membawa alat sesuai petunjuk penggunaan
b. Menggunakan alat sesuai petunjuk penggunaan.
c. Menjaga kebersihan alat
d. Menyimpan alat
Prinsip yang perlu diperhatikan dalam penyimpanan
alat dan bahan di laboratorium:
• a. Aman
Alat disimpan supaya aman dari pencuri dan kerusakan,
atas dasar alat yang mudah dibawa dan mahal harganya
seperti stop watch perlu disimpan pada lemari terkunci.
Aman juga berarti tidak menimbulkan akibat rusaknya alat
dan bahan sehingga fungsinya berkurang.

• b. Mudah dicari
Untuk memudahkan mencari letak masing–masing alat
dan bahan, perlu diberi tanda yaitu dengan menggunakan
label pada setiap tempat penyimpanan alat (lemari, rak
atau laci).

• c. Mudah diambil
Penyimpanan alat diperlukan ruang penyimpanan dan
perlengkapan seperti lemari, rak dan laci yang ukurannya
disesuaikan dengan luas ruangan yang tersedia.
Kuliah ke 8
ALAT-ALAT UJI LABORATORIUM
pH meter
Sejarah
• Sejarah mengukur keasaman cairan elektrik dimulai pada
tahun 1906 ketika Max Cremer dalam studi tentang
antarmuka cair (interaksi antara cairan dan padatan)
menemukan bahwa interface antara cairan dapat dipelajari
dengan meniup gelembung kaca tipis dan menempatkan
satu cairan di dalamnya dan yang lain di luar.
• Ini menciptakan potensi listrik yang dapat diukur.
• Ide ini dibawa lebih lanjut oleh Fritz Haber (yang
menemukan sintesis amonia dan pupuk buatan) dan
Zygmunt Klemsiewicz yang menemukan bahwa bola lampu
kaca (yang ia beri nama gelas elektroda) dapat digunakan
untuk mengukur aktivitas ion hidrogen dan diikuti fungsi
logaritmik.
Ahli biokimia Denmark Soren Sorensen kemudian
menemukan skala pH pada 1909.
Bagaimana pH meter bekerja?
• PH meter bekerja dengan mengukur
perubahan tegangan elektronik
potensial bila terendam dalam larutan
yang diuji.
• Unit pH adalah ukuran keasaman suatu
larutan, dilakukan dengan mengukur
konsentrasi bebas, ion hidrogen
bermuatan positif dalam larutan
Kalibrasi dan menggunakan pH meter
• Setiap metode analitis, termasuk pengukuran pH,
sebaiknya dikalibrasi dengan standar yang telah
diketahui sebelumnya.
• Kebanyakan ahli mengkalibrasi pH meter
menggunakan dua solusi yang telah diketahui pH
nya.
• Pastikan kalibrasi standar baik baru atau
setidaknya memadai untuk tujuan tersebut.
• Bilas elektrode pH dengan air tawar murni sebelum
memasukkannya ke dalam suatu standar kalibrasi,
dan antara setiap standar.
Butuh beberapa waktu bagi pH meter untuk mendapatkan
hasil yang benar.
Jadi biarkan meteran untuk membaca setiap standar cukup
lama bahwa nilai stabil (katakanlah, dalam + / - 0.01 pH unit
selama 30 detik atau lebih).
Mengaduk solusi dapat membantu menyeimbangkan pH,
tetapi juga mendorong CO2 untuk memasukkan fluida. CO2
ini dapat menurunkan pH tinggi standar, seperti pH 8 dan
lebih besar
Setelah mengkalibrasi meter.
Kembali pastikan bahwa kalibrasi solusi dibaca dengan
benar. untuk memastikan bahwa kalibrasi dilakukan dengan
benar.
Kadang-kadang solusi kalibrasi sendiri bisa tidak tepat.
Dalam hal ini, dapat memverifikasi yang semestinya dengan
menguji meter solusi standar lainnya.
Salah satu solusinya adalah borat, pada sekitar pH 9.2.
• Jika Anda melakukan beberapa jenis
pengukuran pH, langsung dibandingkan dengan
standar yang dikenal mungkin lebih berguna
daripada menggunakan angka absolut pH
meter. Sebagai contoh, jika Anda menilai
kekuatan melalui pH air kapur.
• Dalam hal ini, membuat sebuah standar yang
dikenal dengan air kapur jenuh (dari, misalnya,
satu sendok teh kalsium hidroksida dalam
secangkir air tawar murni). Solusi akan
mempunyai pH kira-kira 12,45 pada suhu 25 º C
• Perbedaan dari hanya 3 º C berarti perbedaan
pH 0,1 unit untuk air kapur jenuh.
Merawat pH meter
• Merawat pH meter tergantung pada jenis elektroda yang
digunakan.
• Pelajari rekomendasi pabrik.
• Pada ekspedisi mengukur air laut, pH meter dapat dibiarkan
basah dengan air laut.
• Namun untuk periode panjang, dianjurkan untuk basah
dengan larutan kalium klorida pada pH = 4 atau di pH = 4,01
kalibrasi asam buffer.
• pH meter tidak baik dibiarkan dalam air suling.
• Jika elektroda terus lembab dalam larutan asam, dapat
mempengaruhi hasil bila tidak dibilas sebelum dimasukkan ke
dalam botol uji.
• Ingat bahwa cairan pH = 4 memiliki lebih 10,0000 ion
hidrogen dari cairan pH = 8.
• Jadi setetes pH = 4 dalam botol 400 tetes mengukur pH = 8!
Kuliah ke 9
ALAT-ALAT UJI LABORATORIUM

Tensiometer Du Nouy
Tensiometer Du Nouy
Tensiometer Du Nouy
• CSC DuNouy Tensiometer
Terbukti untuk Laboratorium Pengukuran
Tegangan Permukaan Cepat - cincin
• Metode tersebut memungkinkan pembacaan
dalam waktu 15-30 detik
• Langsung Membaca - skala lingkaran lulus
dalam dyne / cm
• Direproduksi
Hasil - pembacaan dapat direproduksi ke dalam + / -
0,05 dyne / cm
• Portable - cariying kasar disertakan dengan
kasus / atau aman, mudah transportasi
• Stabil - cast dukungan tripod dan dekat dengan
kaki leveling
• Instrumen presisi ini memberikan bacaan
yang tepat ke atas antarmuka dan tegangan
permukaan dengan metode cincin nilai-nilai
direproduksi ke dalam + / - 0,05 dyne / cm.
• Hal ini ditetapkan untuk menentukan
tegangan antarmuka minyak terhadap air
dengan metode) cincin; untuk menguji solusi
dari bahan aktif permukaan , pengujian karet
sintetis kisi ; dan untuk menentukan
tegangan permukaan air industri dan air
limbah industri.
• Hal ini juga banyak digunakan untuk menguji
tinta, pelapis, dan perekat.
Tensiometer yang memiliki fitur DuNouy skala
Vernier yang setara dengan dyne / cm.
 Jumlah gaya yang diberikan pada waktu istirahat
film cairan bebas dari cincin seperti yang ditarik
dari permukaan.
Membaca yang ditampilkan perlu dikoreksi untuk
nilai yang sebenarnya dari jari-jari cincin, jari-jari
kawat, dan kepadatan dari bawah dan atas fase
yang membentuk antarmuka (cair dan gas untuk
tensiometry permukaan, dimana kepadatan fase
gas pada dasarnya dapat diabaikan; cair dan cair
untuk antarmuka tensiometry)
• Du Nouy tensiometer terdiri dari cincin platinum-
iridium didukung oleh sanggurdi yang terikat pada
sebuah torsi balok keseimbangan
• Cincin ditempatkan pada antarmuka dari dua
cairan atau pada permukaan cairan dengan udara
• Hal ini daripada ditarik ke atas sampai rusak
bebas dari cairan dan bergerak ke cairan kedua
atau ke udara
• Gaya itu hanya perlu mematahkan cincin bebas
dari cairan / cairan atau cairan / udara antarmuka
sebanding dengan tegangan permukaan.
Ketika melakukan pengukuran dengan tempat du Nouy tesiometer
cairan akan mengukur dalam beaker kecil.
Suspend cincin dalam cairan dan nol instrumen dengan cincin di
bawah permukaan cairan.
Jika Anda membuat pengukuran tegangan permukaan mulai
menurunkan platform yang ada di gelas kimia dan ketegangan
menambahkan cincin untuk mempertahankan posisi cincin cincin
sampai istirahat bebas dari cairan.
Jika Anda mengukur tegangan antarmuka pastikan cincin dicelupkan
ke dalam cairan sebelum menambahkan kedua cairan ke permukaan
yang pertama.
Cincin dapat dibersihkan dengan air suling dan kadang-kadang
melewati api.
Perawatan harus diambil bahwa cincin ini tidak disentuh dengan jari
atau bengkok
METODE TEST DUNOUY TENSIOMETER
1. Pastikan bahwa instrumen sudah diatur dan akurat dikalibrasi, sesuai dengan instruksi
dari pabriknya. Sangat penting bahwa tingkat dan stabil.
2. Kebersihan cincin dan kapal sama-sama penting untuk hasil tes akurat. Bersihkan kedua
tepat sebelum digunakan (metode pembersihan tepat akan bervariasi, tergantung pada
cairan yang diuji); cincin harus selalu dibersihkan antara tes, bahkan bila digunakan
berulang-ulang dalam kapal cairan yang sama.
3. Pengukuran tegangan permukaan.
a. Pasang cincin ke lengan tuas.
b. Mengisi kapal seperti piring menguap, kaca
arloji, atau gelas, dengan diameter sedikitnya
4.5 cm, dengan kedalaman minimal 1,0 cm.
c. Tempatkan sampel kapal di meja. Angkat meja
sampel perakitan sampai terbenam cincin
adalah sekitar 5 mm ke dalam cairan.
d. Pastikan bahwa cincin tes dipusatkan di
kapal.
e. Turunkan meja sampel perakitan sampai
cincin adalah tepat di bawah permukaan
cairan.
Menggunakan penyesuaian denda sekrup, terus
f.

menurunkan meja sampai cincin hanya dalam


permukaan cairan, dengan indeks membaca masih di
sekitar nol.
g. Secara bertahap meningkatkan torsi kawat sambil
perlahan-lahan menurunkan meja; perimbangan
kekuatan ini akan menjaga indeks di nol membaca
bahkan sebagai permukaan cairan menggembung oleh
penghapusan cincin. Lanjutkan langkah ini sampai film
cairan istirahat, dan cincin istirahat gratis.
h. membaca skala pada titik cair dari film adalah gaya
tarik yang diberikan pada cincin, atau yang jelas
tegangan permukaan.
4. Tegangan permukaan yang jelas ini harus
disesuaikan dengan menggunakan faktor koreksi
yang bertanggung jawab atas keliling cincin, ukuran
kawat yang digunakan dalam cincin, dan densitas
cairan.
Bagan, rumus, dan program komputer dapat
digunakan untuk mendapatkan faktor koreksi yang
tepat.

5. Catatan nilai disesuaikan ini, bersama dengan


temperatur yang tepat di mana pengukuran
dilakukan.
Sebuah faktor koreksi temperatur dapat diterapkan,
untuk mengurangi semua pengukuran dasar umum
KULIAH KE. 8

PENGGUNAAN DAN PENANGAN


ALAT ALAT SPEKTROFOTOMETER
SPEKTROFOTOMETRI
• Para kimiawan telah lama menggunakan warna sebagai
bantuan dalam mengenali zat-zat kimia.
• Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual yang dengan studi lebih mendalam dari
absorbsi energi radiasi oleh macam-macam zat kimia
memperkenankan dilakukannya pengukuran ciri-cirinya serta
kuantitatifnya dengan ketelitian yang lebih besar.
• Dengan menggantikan mata manusia dengan pelacak-pelacak
lain dari radiasi dimungkinkan studi dari absorbsi di luar
daerah terlihat spektrum, dan seringkali percobaan-
percobaan spektrofotometrik dapat dilakukan secara
otomatik.
• Dalam penggunaannya pada masa sekarang, istilah
spektrofotometri mengingatkan pengukuran berapa jauh
energi radiasi diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi
panjang gelombang dari radiasi, maupun pengukuran absobsi
terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu.
Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber
radiasi yang menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum
itu. Dari spektrum ini, dipilih panjang-panjang gelombang
tertentu dengan lebar pita kuarng dari 1 nm.

Proses ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih


rumit dan karenanya lebih mahal. Instrumen yang digunakan
untuk maksud ini adalah spektrofotometer, dan seperti
tersirat dalam nama ini, instrumen ini sebenarnya terdiri dari
dua instrumen dalam satu kotak sebuah spektrometer dan
sebuah fotometer (Bassett et. all., 1994).
Suatu spektrofotometer standar terdiri atas
spektrofotometer untuk menghasilkan cahaya dengan
panjang gelombang terseleksi yaitu bersifat
monokromatik serta suatu fotometer yaitu suatu piranti
untuk mengukur intensitas berkas monokromatik,
digabungkan bersama dinamakan sebagai
spektrofotometer.

Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh


pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk
akan dipantulkan, sebagian di serap dalam medium itu,
dan sisanya diteruskan. Jika intensitas sinar masuk
dinyatakan oleh Io, Ia intensitas sinar terserap, It
intensitas sinar diteruskan, Ir intensitas sinar
terpantulkan, maka:
Io = Ia + It + Ir
Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan sel
kaca, dapatlah dinyatakan bahwa sekitar 4 persen cahaya
masuk dipantulkan. Ir biasanya terhapus dengan penggunaan
suatu kontrol, seperti misalnya sel pembanding, jadi:

Spektrum absorbsi dapat diperoleh dengan menggunakan


bermacam-macam bentuk contoh: gas, lapisan tipis cairan,
larutan dalam bermacam-macam pelarut, dan bahkan padat.
Kebanyakan pekerjaan analitik menyangkut larutan, dan kita
diharapkan di sini untuk mengembangkan satu uraian
kuantitatif dari hubungan konsentrasi larutan dan
kemampuannya untuk menyerap radiasi. Pada waktu yang
sama, kita harus sadar bahwa besarnya absorbsi akan
tergantung juga pada jarak yang dijalani oleh radiasi melewati
larutan .
Unsur-unsur terpenting suatu
spektrofotometer adalah sebagai berikut

1. Sumber energi radiasi yang kontinyu dan meliputi daerah


spektrum, di mana alat ditujukan untuk dijalankan.

2. Monokhormator, yang merupakan suatu alat untuk


mengisolasi suatu berkas sempit dari panjang gelombang-
panjang gelombang daru spektrum luas yang disiarkan oleh
sumber (tentu saja tepat monokhromatisitas tidak dicapai).
3. Wadah untuk contoh.

4. Detektor yang merupakan suatu transducer yang mengubah


energi radiasi menjadi isyarat listrik.

5. Penguat dan rangkaian yang bersangkutan yang membuat


isyarat listrik cocok untuk diamati.

6. Sistem pembacaan yang dapat mempertunjukkan besarnya


isyarat listrik.
Spektrofotometer Inframerah Transformasi Fourier

Pada dasarnya Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red


(disingkat FTIR) adalah sama dengan Spektrofotometer Infra
Red dispersi, yang membedakannya adalah pengembangan
pada sistim optiknya sebelum berkas sinar infra merah
melewati contoh.

Dasar pemikiran dari Spektrofotometer Fourier Transform


Infra Red adalah dari persamaan gelombang yang dirumuskan
oleh Jean Baptiste Joseph Fourier (1768-1830) seorang ahli
matematika dari Perancis.
Dari deret Fourier tersebut intensitas gelombang
dapat digambarkan sebagai daerah waktu atau
daerah frekwensi.

Perubahan gambaran intensitas gelobang radiasi


elektromagnetik dari daerah waktu ke daerah
frekwensi atau sebaliknya disebut Transformasi
Fourier (Fourier Transform).
Selanjutnya pada sistim optik peralatan instrumen Fourier
Transform Infra Red dipakai dasar daerah waktu yang non
dispersif.

Sebagai contoh aplikasi pemakaian gelombang radiasi


elektromagnetik yang berdasarkan daerah waktu adalah
interferometer yang dikemukakan oleh
Albert Abraham Michelson (Jerman, 1831).

Perbedaan sistim optik Spektrofotometer Infra Red dispersif


dan Interferometer Michelson pada Spektrofotometer Fourier
Transform Infra Red tampak pada gambar disamping.
Cara Kerja Alat Spektrofotometer Fourier Transform
Infra Red

Sistim optik Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red


seperti pada gambar dilengkapi dengan cermin yang bergerak
tegak lurus dan cermin yang diam.

Dengan demikian radiasi infra merah akan menimbulkan


perbedaan jarak yang ditempuh menuju cermin yang
bergerak ( M ) dan jarak cermin yang diam ( F ). Perbedaan
jarak tempuh radiasi tersebut adalah 2 yang selanjutnya
disebut sebagai retardasi ( δ ).
Hubungan antara intensitas radiasi IR yang diterima detektor
terhadap retardasi disebut sebagai interferogram. Sedangkan
sistim optik dari Spektrofotometer Infra Red yang didasarkan
atas bekerjanya interferometer disebut sebagai sistim optik
Fourier Transform Infra Red.

Pada sistim optik Fourier Transform Infra Red digunakan


radiasi LASER (Light Amplification by Stimulated Emmission of
Radiation) yang berfungsi sebagai radiasi yang
diinterferensikan dengan radiasi infra merah agar sinyal
radiasi infra merah yang diterima oleh detektor secara utuh
dan lebih baik.
Detektor yang digunakan dalam Spektrofotometer Fourier
Transform Infra Red adalah Tetra Glycerine Sulphate (disingkat
TGS) atau Mercury Cadmium Telluride (disingkat MCT).

Detektor MCT lebih banyak digunakan karena memiliki


beberapa kelebihan dibandingkan detektor TGS, yaitu
memberikan respon yang lebih baik pada frekwensi modulasi
tinggi, lebih sensitif, lebih cepat, tidak dipengaruhi oleh
temperatur, sangat selektif terhadap energi vibrasi yang
diterima dari radiasi infra merah.
Keunggulan Spektrofotometer Fourier Transform Infra Red

Secara keseluruhan, analisis menggunakan Spektrofotometer


ini memiliki dua kelebihan utama dibandingkan metoda
konvensional lainnya, yaitu :

• Dapat digunakan pada semua frekwensi dari sumber cahaya


secara simultan sehingga analisis dapat dilakukan lebih cepat
daripada menggunakan cara sekuensial atau pemindaian.

• Sensitifitas dari metoda Spektrofotometri Fourier Transform


Infra Red lebih besar daripada cara dispersi, sebab radiasi
yang masuk ke sistim detektor lebih banyak karena tanpa
harus melalui celah.
Kuliah ke 9

MIKROSKOP
Mikroskop
Mikroskop (bahasa Yunani: micron = kecil dan scopos = tujuan) adalah sebuah

alat untuk melihat obyek yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.

Ilmu yang mempelajari benda kecil dengan menggunakan alat ini disebut

mikroskopi, dan kata mikroskopik berarti sangat kecil, tidak mudah terlihat oleh

mata.

Jenis-jenis mikroskop

Jenis paling umum dari mikroskop, dan yang pertama diciptakan, adalah

mikroskop optis. Mikroskop ini merupakan alat optik yang terdiri dari satu atau

lebih lensa yang memproduksi gambar yang diperbesar dari sebuah benda yang

ditaruh di bidang fokal dari lensa tersebut.

Berdasarkan sumber cahayanya, mikroskop dibagi menjadi dua, yaitu, mikroskop

cahaya dan mikroskop elektron. Mikroskop cahaya sendiri dibagi lagi menjadi

dua kelompok besar, yaitu berdasarkan kegiatan pengamatan dan kerumitan


Berdasarkan kegiatan pengamatannya, mikroskop cahaya
dibedakan menjadi mikroskop diseksi untuk mengamati bagian
permukaan dan mikroskop monokuler dan binokuler untuk
mengamati bagian dalam sel. Mikroskop monokuler
merupakan mikroskop yang hanya memiliki 1 lensa okuler dan
binokuler memiliki 2 lensa okuler. Berdasarkan kerumitan
kegiatan pengamatan yang dilakukan, mikroskop dibagi
menjadi 2 bagian, yaitu mikroskop sederhana (yang umumnya
digunakan pelajar) dan mikroskop riset (mikroskop dark-field,
fluoresens, fase kontras, Nomarski DIC, dan konfokal).
Struktur mikroskop
Ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop, yaitu:
Bagian optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif, dan lensa
okuler.
Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop,
diafragma, meja objek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek,
dan sumber cahaya.
Pembesaran
Tujuan mikroskop cahaya dan elektron adalah menghasilkan bayangan
dari benda yang dimikroskop lebih besar. Pembesaran ini tergantung
pada berbgai faktor, diantaranya titik fokus kedua lensa( objektif f1
dan okuler f2, panjang tubulus atau jarak(t) lensa objektif terhadap
lensa okuler dan yang ketiga adalah jarak pandang mata normal(sn).
• Sifat bayangan

baik lensa objektiv maupun lensa okuler keduanya merupakan lensa

cembung Secara sederhana dan garis besar lensa objektif menghasilkan

suatu bayangan sementara yang mempunyai sifat semu, terbalik, dan

diperbesar terhadap posisi benda mula mula. baik pada mikroskop cahaya

maupun mikroskop elektron. Yang menentukan sifat bayangan akhir

selanjutnya adalah lensa okuler. Pada mikroskop cahaya bayangan akhir

mempunyai sifat yang sama seperti bayangan sementara semu, terbalik, dan

lebih lagi diperbesar. Pada mikroskop elektron bayangan akhir mempunyai

sifat yang sama seperti gambar benda nyata, sejajar, dan diperbesar.

Petunjuk: Jika seseorang menggunakan mikroskop cahaya dia meletakkan

huruf A dibawah mikroskop maka yang dia

lihat pada mikroskop tampilan bayangan tersebut adalah huruf tersebut


• Mengenal Mikroskop
• Mikroskop merupakan salah satu alat penting
dalam kegiatan praktikum biologi di sekolah.
Mikroskop berfungsi untuk melihat benda-
benda atau organisme yang berukuran sangat
kecil. Jenis Mikroskop yang banyak digunakan
disekolah adalah Mikroskop Monokuler.
Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi,
jenis mikroskop dan kemampuan
memperbesar benda juga semakin maju. Ada
beberapa mikroskop yang kita kenal, yaitu
1. Mikroskop sederhana
2. Mikroskop Monokuler
3. Mikroskop Elektron
4.Mikroskop Fase kontras
Dari berbagai Mikroskop itu
mikroskop elektron yang memiliki
perbesaran paling tinggi, dapat
memperbesar benda sampai
500.000 kali.. Mikroskop ini
menggunakan elektron sebagai
ganti cahaya pada mikroskop
cahaya.
Bagian-bagian Mikroskop
Lensa Okuler
Tabung Mikroskop
Tombol pengatur fokus kasar
Tombol pengatur fokus halus
Revolver
Lensa Objektif
Lengan Mikroskop
Meja Preparat
Penjepit Objek Glass
Kondensor
Diafragma
Reflektor/cermin
Kaki Mikroskop
Satuan yang biasanya digunakan pada objek
yang dilihat melalui mikroskop adalah Mikron
( 1 milimeter = 1000 mikron )
Perbesaran total didapat dari hasil perkalian
perbesaran lensa objektif dengan lensa Okuler.
Misalnya:
Pengamatan menggunakan lensa objectif
dengan pembesaran 45 kali dan lensa okuler
perbesaran 10 kali
maka perbesaran total adalah = 10 x 45 = 450
kali ukuran semula.
Fungsi Bagian-bagian Mikroskop
1. Lensa Okuler
untuk memperbesar benda yang dibentuk oleh lensa objektif
2. Tabung Mikroskop
Untuk mengatur fokus, dapat dinaikkan dan diturunkan
3. Tombol pengatur fokus kasar
Untuk mencari fokus bayangan objek secara cepat sehingga
tabung mikroskop turun atau naik dengan cepat
4. Tombol pengatur fokus halus
Untuk memfokuskan bayangan objek secara lambat,
sehingga tabung mikroskop turun atau naik dengan lambat
5. Revolver
Untuk memilih lensa obyektif yang akan digunakan
6. Lensa Objektif
Untuk menentukan bayangan objektif serta memperbesar benda yang
diamati. Umumnya ada 3 lensa objektif dengan pembesaran 4x, 10x, dan
40x.
7. Lengan Mikroskop
Untuk pegangan saat membawa mikroskop
8. Meja Preparat
Untuk meletakkan objek (benda) yang akan diamati
9. Penjepit Objek Glass
Untuk menjepit preparat di atas meja preparat agar preparat tidak
bergeser.
10. Kondensor
Merupakan lensa tambahan yang berfungsi untuk mengumpulkan cahaya
yang masuk dalam mikroskop
11. Diafragma
Berupa lubang-lubang yang ukurannya dari kecil sampai selebar lubang
pada meja objek. Berfungsi untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang
akan masuk mikroskop
12. Reflektor/cermin
Untuk memantulkan dan mengarahkan cahaya
ke dalam mikroskop. Ada 2 jenis cermin, yaitu
datar dan cekung. Bila sumber cahaya lemah,
misalkan sinar lampu, digunakan cermin cekung
tetapi bila sumber cahaya kuat, misalnya sinar
matahari yang menembus ruangan, gunakan
cermin datar.

13. Kaki Mikroskop


Untuk menjaga mikroskop agar dapat berdiri
dengan mantap di atas meja.
Mikroskop elektron
Mikroskop elektron adalah sebuah mikroskop yang mampu untuk
melakukan pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang menggunakan
elektro statik dan elektro magnetik untuk mengontrol pencahayaan
dan tampilan gambar serta memiliki kemampuan pembesaran objek
serta resolusi yang jauh lebih bagus daripada mikroskop cahaya.
Mikroskop elektron ini menggunakan jauh lebih banyak energi dan
radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan mikroskop
cahaya.
Fenomena elektron
Pada tahun 1920 ditemukan suatu fenomena di mana elektron yang
dipercepat dalam suatu kolom elektromagnet, dalam suasana hampa
udara (vakum) berkarakter seperti cahaya, dengan panjang gelombang
yang 100.000 kali lebih kecil dari cahaya. Selanjutnya ditemukan juga
bahwa medan listrik dan medan magnet dapat berperan sebagai lensa
dan cermin seperti pada lensa gelas dalam mikroskop cahaya.
Jenis-jenis mikroskop elektron
• Mikroskop transmisi elektron (TEM)
Mikroskop transmisi elektron
(Transmission electron microscope-
TEM)adalah sebuah mikroskop elektron
yang cara kerjanya mirip dengan cara kerja
proyektor slide, di mana elektron
ditembuskan ke dalam obyek pengamatan
dan pengamat mengamati hasil
tembusannya pada layar.
Sejarah penemuan
Seorang ilmuwan dari universitas Berlin yaitu Dr.
Ernst Ruska [1] menggabungkan penemuan ini dan
membangun mikroskop transmisi elektron (TEM) yang
pertama pada tahun 1931. Untuk hasil karyanya ini maka
dunia ilmu pengetahuan menganugerahinya hadiah
Penghargaan Nobel dalam fisika pada tahun 1986.
Mikroskop yang pertama kali diciptakannya adalah dengan
menggunakan dua lensa medan magnet, namun tiga tahun
kemudian ia menyempurnakan karyanya tersebut dengan
menambahkan lensa ketiga dan mendemonstrasikan
kinerjanya yang menghasilkan resolusi hingga 100
nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari mikroskop
cahaya pada masa itu).
Cara kerja
Mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami
peningkatan kinerja hingga mampu menghasilkan resolusi
hingga 0,1 nm (atau 1 angstrom) atau sama dengan
pembesaran sampai satu juta kali. Meskipun banyak
bidang-bidang ilmu pengetahuan yang berkembang pesat
dengan bantuan mikroskop transmisi elektron ini.
Adanya persyaratan bahwa "obyek pengamatan harus
setipis mungkin" ini kembali membuat sebagian peneliti
tidak terpuaskan, terutama yang memiliki obyek yang
tidak dapat dengan serta merta dipertipis. Karena itu
pengembangan metode baru mikroskop elektron terus
dilakukan.
Preparasi sediaan
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan
persiapan sediaan dengan tahap sebagai berikut : 1. melakukan fiksasi,
yang bertujuan untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang
akan diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan senyawa
glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2. pembuatan sayatan, yang
bertujuan untuk memotong sayatan hingga setipis mungkin agar mudah
diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan monomer resin
melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan pemotongan
menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom terbuat dari
berlian karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh
karena itu, sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah
terbentuk diletakkan di atas cincin berpetak untuk diamati. 3.
pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk memperbesar kontras antara
preparat yang akan diamati dengan lingkungan sekitarnya.
Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam berat seperti uranium
dan timbal.
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)

Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)adalah


merupakan salah satu tipe yang merupakan hasil
pengembangan dari mikroskop transmisi elektron (TEM).
Pada sistem STEM ini, electron menembus spesimen
namun sebagaimana halnya dengan cara kerja SEM, optik
elektron terfokus langsung pada sudut yang sempit
dengan memindai obyek menggunakan pola pemindaian
dimana obyek tersebut dipindai dari satu sisi ke sisi
lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-lajur titik
(dots)yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan
oleh CRT pada televisi / monitor.
• Mikroskop pemindai elektron (SEM)
• Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang
digunakan untuk studi detil arsitektur
permukaan sel (atau struktur jasad renik
lainnya), dan obyek diamati secara
tiga dimensi.
Sejarah penemuan
Tidak diketahui secara persis siapa sebenarnya penemu Mikroskop
pemindai elektron (Scanning Electron Microscope-SEM) ini. Publikasi
pertama kali yang mendiskripsikan teori SEM dilakukan oleh fisikawan
Jerman dR. Max Knoll pada 1935, meskipun fisikawan Jerman lainnya Dr.
Manfred von Ardenne mengklaim dirinya telah melakukan penelitian suatu
fenomena yang kemudian disebut SEM hingga tahun 1937. Mungkin karena
itu, tidak satu pun dari keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk
penemuan itu.
Pada 1942 tiga orang ilmuwan Amerika yaitu Dr. Vladimir Kosma Zworykin[2]
, Dr. James Hillier, dan Dr. Snijder, benar-benar membangun sebuah
mikroskop elektron metode pemindaian (SEM) dengan resolusi hingga 50
nm atau magnifikasi 8.000 kali. Sebagai perbandingan SEM modern
sekarang ini mempunyai resolusi hingga 1 nm atau pembesaran 400.000
kali. Mikroskop elektron cara ini memfokuskan sinar elektron (electron
beam) di permukaan obyek dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi
elektron yang muncul dari permukaan obyek.
Cara kerja
Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa
yang terjadi pada mikroskop optic dan TEM. Pada SEM,
gambar dibuat berdasarkan deteksi elektron baru (elektron
sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari permukaan
sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan
sinar elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang
terdeteksi selanjutnya diperkuat sinyalnya, kemudian besar
amplitudonya ditampilkan dalam gradasi gelap-terang pada
layar monitor CRT (cathode ray tube). Di layar CRT inilah
gambar struktur obyek yang sudah diperbesar bisa dilihat.
Pada proses operasinya, SEM tidak memerlukan sampel yang
ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk melihat obyek dari
sudut pandang 3 dimensi.
Preparasi sediaan
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik,
diperlukan persiapan sediaan dengan tahap sebagai
berikut : 1. melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk
mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan
diamati. fiksasi dapat dilakukan dengan menggunakan
senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida. 2.
dehidrasi, yang bertujuan untuk memperendah kadar air
dalam sayatan sehingga tidak mengganggu proses
pengamatan. 3. pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk
memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati
dengan lingkungan sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan
dapat menggunakan logam mulia seperti emas dan
platina.
Mikroskop pemindai lingkungan elektron (ESEM)

Mikroskop ini adalah merupakan pengembangan dari


SEM, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut
Environmental SEM (ESEM) yang dikembangkan guna
mengatasi obyek pengamatan yang tidak memenuhi
syarat sebagai obyek TEM maupun SEM.
Obyek yang tidak memenuhi syarat seperti ini
biasanya adalah bahan alami yang ingin diamati secara
detil tanpa merusak atau menambah perlakuan yang
tidak perlu terhadap obyek yang apabila menggunakat
alat SEM konvensional perlu ditambahkan beberapa
trik yang memungkinkan hal tersebut bisa terlaksana
Sejarah penemuan
Teknologi ESEM ini dirintis oleh Gerasimos D. Danilatos, seorang
kelahiran Yunani yang bermigrasi ke Australia pada akhir tahun
1972 dan memperoleh gelar Ph.D dari Universitas
New South Wales (UNSW) pada tahun 1977 dengan judul disertasi
Dynamic Mechanical Properties of Keratin Fibres .
Dr. Danilatos ini dikenal sebagai pionir dari teknologi ESEM, yang
merupakan suatu inovasi besar bagi dunia mikroskop elektron
serta merupakan kemajuan fundamental dari ilmu mikroskopi.
Deengan teknologi ESEM ini maka dimungkinkan bagi seorang
peneliti untuk meneliti sebuah objek yang berada pada lingkungan
yang menyerupai gas yang betekanan rendah (low-pressure gaseous
environments) misalnya pada 10-50 Torr serta tingkat humiditas
diatas 100%. Dalam arti kata lain ESEM ini memungkinkan
dilakukannya penelitian obyek baik dalam keadaan kering maupun
basah.
Sebuah perusahaan di Boston yaitu Electro Scan Corporation pada
tahun 1988 ( perusahaan ini diambil alih oleh Philips pada tahun
1996- sekarang bernama FEI Company [3] telah menemukan suatu
cara guna menangkap elektron dari obyek untuk mendapatkan
gambar dan memproduksi muatan positif dengan cara mendesain
sebuah detektor yang dapat menangkap elektron dari suatu obyek
dalam suasana tidak vakum sekaligus menjadi produsen ion positif
yang akan dihantarkan oleh gas dalam ruang obyek ke permukaan
obyek. Beberapa jenis gas telah dicoba untuk menguji teori ini, di
antaranya adalah beberapa gas ideal, gas , dan lain lain. Namun, yang
memberikan hasil gambar yang terbaik hanyalah uap air. Untuk
sample dengan karakteristik tertentu uap air kadang kurang
memberikan hasil yang maksimum.
Pada beberapa tahun terakhir ini peralatan ESEM mulai dipasarkan
oleh para produsennya dengan mengiklankan gambar-gambar jasad
renik dalam keadaan hidup yang selama ini tidak dapat terlihat
dengan mikroskop elektron.
Cara kerja

Pertama-tama dilakukan suatu upaya untuk


menghilangkan penumpukan elektron
(charging) di permukaan obyek, dengan
membuat suasana dalam ruang sample
tidak vakum tetapi diisi dengan sedikit gas
yang akan mengantarkan muatan positif ke
permukaan obyek, sehingga penumpukan
elektron dapat dihindari.
Hal ini menimbulkan masalah karena kolom tempat
elektron dipercepat dan ruang filamen di mana
elektron yang dihasilkan memerlukan tingkat vakum
yang tinggi. Permasalahan ini dapat diselesaikan
dengan memisahkan sistem pompa vakum ruang
obyek dan ruang kolom serta filamen, dengan
menggunakan sistem pompa untuk masing-masing
ruang. Di antaranya kemudian dipasang satu atau
lebih piringan logam platina yang biasa disebut (
aperture) berlubang dengan diameter antara 200
hingga 500 mikrometer yang digunakan hanya untuk
melewatkan elektron , sementara tingkat kevakuman
yang berbeda dari tiap ruangan tetap terjaga.
Tipe-tipe pengembangan
Mikroskop refleksi elektron (REM)
Yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Reflection
electron microscope (REM), adalah mikroskop
elektron yang memiliki cara kerja yang serupa
sebagaimana halnya dengan cara kerja TEM namun
sistem ini menggunakan deteksi pantulan elektron
pada permukaan objek. Tehnik ini secara khusus
digunakan dengan menggabungkannya dengan tehnik
Refleksi difraksi elektron energi tinggi (Reflection
High Energy Electron Diffraction) dan tehnik Refleksi
pelepasan spektrum energi tinggi (reflection high-
energy loss spectrum - RHELS)
Spin-Polarized Low-Energy Electron Microscopy (SPLEEM)

Spin-Polarized Low-Energy Electron


Microscopy (SPLEEM) ini adalah merupakan
Variasi lain yang dikembangkan dari teknik
yang sudah ada sebelumnya, yang
digunakan untuk melihat struktur mikro
dari medan magnet (en:magnetic domains).
Teknik pembuatan preparat yang digunakan pada mikroskop
elektron

Materi yang akan dijadikan objek pemantauan


dengan menggunakan mikroskop elektron ini
harus diproses sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu sampel yang memenuhi
syarat untuk dapat digunakan sebagai preparat
pada mikroskop elektron.
Teknik yang digunakan dalam pembuatan
preparat ada berbagai macam tergantung pada
spesimen dan penelitian yang dibutuhkan,
antara lain :
Kriofiksasi yaitu suatu metode persiapan dengan
menggunakan teknik pembekuan spesimen dengan
cepat yang menggunakan nitrogen cair ataupun
helium cair, dimana air yang ada akan membentuk
kristal-kristal yang menyerupai kaca. Suatu bidang
ilmu yang disebut mikroskopi cryo-elektron (cryo-
electron microscopy) telah dikembangkan berdasarkan
tehnik ini. Dengan pengembangan dari Mikroskopi
cryo-elektron dari potongan menyerupai kaca (
vitreous) atau disebut cryo-electron microscopy of
vitreous sections (CEMOVIS), maka sekarang telah
dimungkinkan untuk melakukan penelitian secara
virtual terhadap specimen biologi dalam keadaan
aslinya.
• Fiksasi - yaitu suatu metode persiapan
untuk menyiapkan suatu sampel agar
tampak realistik (seperti kenyataannya )
dengan menggunakan glutaraldehid dan
osmium tetroksida.
• Dehidrasi - yaitu suatu metode persiapan
dengan cara menggantikan air dengan
bahan pelarut organik seperti misalnya
ethanol atau aceton.
Penanaman (Embedding) - yaitu suatu metode
persiapan dengan cara menginfiltrasi jaringan
dengan resin seperti misalnya araldit atau
epoksi untuk pemisahan bagian.
Pembelahan (Sectioning)- yaitu suatu metode
persiapan untuk mendapatkan potongan tipis
dari spesimen sehingga menjadikannya semi
transparan terhadap elektron. Pemotongan ini
bisa dilakukan dengan ultramicrotome dengan
menggunakan pisau berlian untuk menghasilkan
potongan yang tipis sekali. Pisau kaca juga biasa
digunakan oleh karena harganya lebih murah.
Pewarnaan (Staining) - yaitu suatu metode persiapan
dengan menggunakan metal berat seperti timah,
uranium, atau tungsten untuk menguraikan elektron
gambar sehingga menghasilkan kontras antara
struktur yang berlainan di mana khususnya materi
biologikal banyak yang warnanya nyaris transparan
terhadap elektron (objek fase lemah).
Pembekuan fraktur (Freeze-fracture) - yaitu suatu
metode persiapan yang biasanya digunakan untuk
menguji membran lipid. Jaringan atau sel segar
didinginkan dengan cepat (cryofixed) kemudian
dipatah-patahkan atau dengan menggunakan
microtome sewaktu masih berada dalam keadaan suhu
nitrogen ( hingga mencapai -100% Celsius).
Patahan beku tersebut lalu diuapi dengan uap platinum atau emas dengan sudut 45 derajat pada sebuah alat evaporator en:evaporator tekanan tinggi.

Ion Beam Milling - yaitu suatu metode mempersiapkan


sebuah sampel hingga menjadi transparan terhadap
elektron dengan menggunakan cara pembakaran ion
( biasanya digunakan argon) pada permukaan dari
suatu sudut hingga memercikkan material dari
permukaannya. Kategori yang lebih rendah dari metode
Ion Beam Milling ini adalah metode berikutnya adalah
metode Focused ion beam milling, dimana galium ion
digunakan untuk menghasilkan selaput elektron
transparan pada suatu bagian spesifik pada sampel.
Pelapisan konduktif (Conductive Coating) -
yaitu suatu metode mempersiapkan lapisan
ultra tipis dari suatu material electrically-
conducting . Ini dilakukan untuk mencegah
terjadinya akumulasi dari medan elektrik statis
pada spesimen sehubungan dengan elektron
irradiasi sewaktu proses penggambaran
sampel. Beberapa bahan pelapis termasuk
emas, palladium (emas putih), platinum,
tungsten, graphite dan lain-lain, secara khusus
sangatlah penting bagi penelitian spesimen
dengan SEM.
Pembuatan film dengan mikroskop ESEM

Dengan melakukan penambahan peralatan video maka pengamat dapat


melakukan pengamatan secara terus menerus pada obyek yang hidup.
Sebuah perusahaan film dari Perancis bahkan berhasil merekam
kehidupan makhluk kecil dan memfilmkannya secara nyata. Dari
beberapa film yang dibuat, film berjudul Cannibal Mites[4]
memenangkan beberapa penghargaan di antaranya Edutainment award
(Jepang 1999), Best scientific photography award (Perancis 1999), dan
Grand prix-best popular and informative scientific film (Perancis 1999).
Film ini ditayangkan juga di stasiun televisi Zweites Deutsches
Fernsehen (en:ZDF) Jerman, Discovery Channel di AS dan Britania Raya.
Kini perusahaan yang sama tengah menggarap film seri berjudul "Fly
Wars"[5] yang rata-rata memakai sekitar lima menit pengambilan
gambar dengan ESEM, pada film tersebut dapat dilihat dengan detail
setiap lembar bulu yang dimiliki lalat dalam pertempurannya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai