Anda di halaman 1dari 46

INFERTILITAS

PEMBIMBING
Dr. dr. Semuel, Sp.OG(K), S.H., M.H.

Disusun oleh :
Muhamad Rizki Haykal Shidiq
1910221022

Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan


Nasional “Veteran” Jakarta
Ketidakmampuan pasangan suami
istri untuk mendapatkan kehamilan
DEFINISI setelah melakukan hubungan
seksual teratur selama minimal 1
tahun tanpa menggunakan alat
kontrasepsi
INFERTILITAS
JENIS
PRIMER
INFERTILITAS
SEKUNDER
PREVALENSI

Prevalensi infertilitas di Indonesia:


– 10-15% dari 40 juta pasangan usia
subur
– Januari - Juli 2017:
• 184 pasangan usia subur mengalami
infertilitas
• 53% mengalami infertilitas
sekunder (97,5 orang)
Meurut William, 2016
Meurut William, 2016
FAKTOR UTAMA PENYEBAB

Meurut Sarwono, 2016


Meurut William, 2016
PENYEBAB NON ORGANIK

Usia istri 40 tahun →


kesempatan hamil Usia
5%/bulan
Idealnya 2-
Frekuensi Senggama 3x/minggu

● Konsumsi alkohol
Pola Hidup ● Merokok
● Berat badan
Meurut William, 2016
Meurut William, 2016
PEKERJAAN PEKERJAAN
LAKI-LAKI PEREMPUAN
Bahan / Kelompok Efek terhadap Kesuburan Bahan / Agen Kelompok Efek terhadap Kesuburan
Agen Pekerja Pekerja
Panas Tukang las, Parameter sperma menjadi Kerja dengan Menurunkan kemampuan
pengendara motor tidak normal Paramedis untuk reproduksi,
waktu yang lama
pemanjangan waktu untuk
terjadinya kehamilan
X-ray Radioterapi Azoospermia
Pestisida Petani Waktu kehamilan tidak
Getaran Pekerja mesin, Oligozoospermia, konsisten
penggali asthenozoospermia
Cadmium,
Pestisida Petani Oligozoospermia, magnesium, Perawat, apoteker Pemanjangan waktu
azoospermia obat kehamilan, meningkatkan
kemoterapi, angka kejadian infertilitas
Aseton, Laboran, Oligozoospermia, antibiotik
glycol pekerja di menurunkan
ether, bidang kemampuan untuk
carbon Gas Anestesi Dokter gigi, Menurunkan angka
percetakan, reproduksi dokter kemampuan untuk
disulphide pekerja anestesi, reproduksi
kimia perawat
Meurut William, 2016
PENYEBAB ORGANIK WANITA

• Masalah vagina : • Masalah Uteri :


1.Dispareunia 1.Fx serviks : servisitis
2.Vaginismus dan trauma serviks
3.Vaginitis 2.Fx kavum uteri :
kelainan anatomi, fx.
Endometriosis
3.Fx myometrium : Fx.
Mioma uteri
• Masalah Tuba : • Masalah Ovarium :
1.Sumbatan Pada Tuba 1.Fungsi Ovulasi  Paling
banyak PCOS
2.Pertumbuhan kista
ovarium neoplastic 
Paling sering kista
cokelat  Untuk melihat
keparahannya
menggunakan AFS
PENYEBAB ORGANIK LAKI LAKI

1. Kualitas sperma yang abnormal


2. Testis : infeksi, kanker, tindakan bedah,
kelainan kongenital, undescended
testicles, trauma
3. Obstruksi pada saluran ejakulasi dan
vesikula seminalis
PATOGENESIS Hypogonadotropic
(Hypothalamic amenorrhea)
Hypogonadal
Normogonadotropic normoestrogenic
anovulation
(Poly Cystic Ovarian Syndrome)

• (Premature Ovarian Insufficiency)


Anovulasi Hypergonadotropic
hypoestrogenic anovulation • Turner Syndrome
Hyperprolactinemic
(Pituitary Adenoma)
anovulation
Endometriosis
Pelvic Inflammatory
Infertilitas Disease
Pelvic/Tubal
Hydrosalpinges
Adhesion
SOL

Uterine Cause Fibroid


Congenital Uterine
Abnormalities
PCOS
TURNER SYNDROME
ENDOMETRIOSIS
PELVIC/TUBA ADHESION
UTERIN CAUSE
ANATOMY TESTIS & SPERMIOGENESIS
DIAGNOSIS

• Durasi infertilitas
• Riwayat Obstetri
• Riwayat menstruasi
ANAMNESIS • Riwayat medis, operasi
• Frekuensi senggama
(gangguan ereksi/ejakulasi pada pria)
• Riwayat kebiasaan
• Riwayat keluarga
• BMI
• Tanda kelebihan androgen
PEMERIKSAAN FISIK • Anatomi vaginal dan serviks
• Massa pada pelvis
• Gangguan rahim
PEMERIKSAAN PENUNJANG

•(1) ovulasi,
•(2) anatomi saluran
reproduksi female
normal, dan
•(3) ciri semen
normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG

HORMON

ANALISA SPERMA
Meurut Sarwono, 2016
KULTUR
Kriteria Nilai Rujukan Normal Terminologi Definisi
ANALISIS SPERMA
Volum 2 ml atau lebih Normozoospermia Ejakulasi normal sesuai dengan nilai rujukan WHO

Waktu likuefaksi Dalam 60 menit


Oligozoospermia Konsentrasi sperma lebih rendah daripada nilai rujukan
pH 7,2 atau lebih WHO

Konsentrasi sperma 20 juta/mL atau lebih Konsentrasi sel sperma dengan motilitas lebih rendah
Astenozoospermia
daripada nilai rujukan WHO

Jumlah sperma total 40 juta/mL atau lebih

Lurus cepat (gerakan yang progresif dalam 60 Konsentrasi sel sperma dengan morfologi lebih rendah
25% atau lebih Teratozoospermia
menit setelah ejakulasi) daripada nilai rujukan WHO

Jumlah antara lurus dan lambat (2) dan lurus cepat 50% atau lebih
(1) Azoospermia Tidak didapatkan sel sperma di dalam ejakulat

Morfologi normal 30% atau lebih


Aspermia Tidak terdapat ejakulat
Vitalitas 75% atau lebih yang
hidup
Kristospermia Jumlah sperma sangat sedikit yang dijumpai setelah
Leukosit Kurang dari 1 juta/mL sentrifugasi
EVALUASI ANATOMI
USG
HSG
LAPAROSKOPI
HISTEROSKOPI
TATA LAKSANA

TERAPI NON FARMAKOLOGIS

Perubahan gaya hidup


• Turunkan BB berlebih
• Menjaga pola diet nutrisi dan olahraga
• Berhenti merokok dan minum alcohol
• Manajemen stress
• Melakukan hubungan seks dengan aman
TERAPI FARMAKOLOGIS
• Clomifene, Tamoxifen: menstimulasi pelepasan ovum, tingkatkan GnRH
• Metformin → PCOS
• Terapi Gonadotropin → merangsang ovulasi dan kesuburan pria
• Kontrasepsi oral, progesteron, GnRH analog → Endometriosis

KERJA CC
TINDAKAN BEDAH

• Laparoskopi, laparoscopic ovarian


drilling (PCOS)
• Operasi Tuba  Tubal Recontruction :
Proximal & Distal Tubal Obstruction
• Uterine Abnormalities →
Hysteroscopy → Pengangkatan
fibroid
• Memperbaiki sumbatan pada
epididimis
• Ekstraksi sperma
ASSISTED CONNCEPTION
CORRECTION OF CERVICAL ABNORMALITIES

Intrauterine Insemination (IUI) In Vitro Fertilisation (IVF)


Intrasitoplasmic sperm injection (ICSI)
SISTEM RUJUKAN

Meurut Sarwono, 2016


TERIMA KASIH

1. Konsensus penanganan infertilitas: Himpunan Endokrinologi. Reproduksi


dan Fertilitas Indonesia; 2013. 83 p. 9. Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar
2013.
2. Anwar M, Baziad A, Prabowo P, editors. Ilmu Kandungan. 3rd ed. PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2016.
3. Infertility. Who.int. 2021. Available from: https://www
.who.int/news-room/fact- sheets/detail/infertility
4. Hoffman, B. L. (2016). Williams gynecology (Third edition.).
New York: McGraw-Hill Education.

Anda mungkin juga menyukai