Anda di halaman 1dari 30

LogoType

Laporan Kasus
Hepatitis B dalam Keh
amilan
Ninda Pangestika Setyawan – 030 14 141

Pembimbing : dr. Aji Pramudito, Sp.OG., M.Kes

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
BAB I
Pendahuluan

Apa itu hepatitis B ? Siapa saja yang rentan


01 Hepatitis B  penyakit infeksi virus
pada hepar yang disebabkan oleh
02 terkena ? dilahirkan dari ibu penderita
. anak yang
Heptitis B, pasangan penderita Hepatitis
virus hepatitis B (VHB) masuk B, orang yang sering berganti pasangan
melalui darah ataupun cairan tubuh sex, injection drug user, pekerja
dari seseorang yang terinfeksi kesehatan, petugas laboratorium
hepatitis B

Berapa banyak angka Bagaimana cara penularan pada janin?


03 kejadianya
terdapat
?
Diseluruh dunia saat ini diperkirakan
400-500 juta pengidap
04 Penularan VHB vertikal dari ibu ke janin
dapat terjadi saat sebelum persalinan
hepatitis B. Berdasarkan penelitian (infeksi VHB in-utero), selama
beberapa RSdi Indonesia, prevalensi persalinan (infeksi VHB perinatal),
HBsAg pada ibu hamil berkisar 2,1 – setelah persalinn(infeksi post natal)
35,1%
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN

NAMA ALAMAT
NY N. Werkudoro, slerok, tegal timur

USIA STATUS PERNIKAHAN


39 TH Menikah

JENIS KELAMIN AGAMA / SUKU BANGSA


Perempuan. Islam / Jawa.
ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 28 Februari 2019 pukul 07.00 WIB di bangsal Mawar I
RSUD Kardinah Tegal

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Keluhan Utama
Hamil 39 minggu dengan Kencang-  Pasien datang ke Poliklinik RSU kardinah tegal
kencang sejak ± 1 hari SMRS tanggal 27 februari 2019 dengan keluhan hamil 39
mnggdengan kencang-kencang pada perut sejak ± 1
hari SMRS. Selain itu, pasien mengaku dari daerah
jalan lahirnya sudah keluar darah dan lendir tetapi
belum merasakan adanya rembesan cairan. Pasien
Keluhan Tambahan menga-takan saat ANC pada usia kehamilan 2 bulan
Keluar darah dan lendir, HBsAg (+) pasien di diagnosis dengan HBsAg (+) .
pada 2 bulan usia kehamilan  Pada UK ± 1 bulan pasien mengalami mual muntah
selama 2 minggu, selain itu tidak ada keluhan yang
dirasakan. Selama kehamilan nafsu makan pasien
baik, gerakan janin aktif, tidak ada lemas, pusing
Riwayat Penyakit Dahulu maupun pandangan kabur, BAB dan BAK tidak ada
Tidak terdapat riwayat Ht, DM, kelu-han.
HBsAg, Operasi, maupun Alersi  Pada hari pertama setelah persalinan normal, ASI
pasien keluar banyak dan pasien memberikan ASI
tersebut ke bayinya. Dirasakan sedikit nyeri pada
bagian perut
ANAMNESIS
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 28 Februari 2019 pukul 07.00 WIB di bangsal Mawar I
RSUD Kardinah Tegal

RIWAYAT KONTRASEPSI
Riwayat Penyakit Keluarga
 Pasien tidak memakai KB
Tidak terdapat riwayat Ht, DM, HBsAg,
maupun Alersi
RIWAYAT ANC
 Pasien sudah melakukan ANC sebanyak 13 kali

Riwayat Menstruasi RIWAYAT KEBIASAAN


Pasien menarche pada usia 14 tahun, lama
 Pasien tidak mengkonsumsi alkohol, narkotika
menstruasi 5-6 hari dan teratur. Jumlah darah
maupun merokok. Tidak memiliki tattoo, belum
selama menstruasi sekitar 50-100 cc dan
pernah transfusi dan hanya berhubungan intim
pasien mengganti pembalut 3-5 kali sehari.
dengan suami

Riwayat Pernikahan RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


Pasien menikah dan memiliki 2 anak • Seorang IRT. Biaya pengobatan dari
BPJS. Suami pasien bekerja sebagai awak
kapal (berlayar)
Pemeriksaan Fisik
Pada tanggal 28 Februari 2019 pukul 07.30 WIB di bangsal Mawar I

Thoraks
Keadaan Umum: Baik
Jantung
Kesadaran : Compos mentis
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Tanda vital :
Palpasi :
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Iktus kordis teraba pada ICS V linea
Nadi : 84x/menit
midclavikularis sinistra
Suhu : 36,60 C
Perkusi :
Pernapasan : 20x/menit
Batas atas jantung ICS III parasternalis
Status Generalisata
sinistra
Kepala
Batas kanan jantung ICS III sampai V
Normosefali, simetris, tidak ada deformitas, rambut
linea parastenalis dekstra
hitam dan distribusi merata.
Batas kiri jantung ICS V linea midclavi-
Mata
kularis sinistra
Tidak tampak konjungtiva anemis dan sklera ikterik
Auskultasi : BJ I & BJ II regular, tidak
Leher
ada murmur dan gallop
Tidak edema dan massa, tidak teraba pembesaran
tiroid maupun kelenjar getah bening.
Pemeriksaan Fisik
Pada tanggal 28 Februari 2019 pukul 07.30 WIB di bangsal Mawar I

Abdomen
Paru-paru Inspeksi : Perut datar, smiling umbilicus (-)
Inspeksi : Bentuk thoraks simetris, Auskultasi : Bising usus 3x/menit
gerak dinding dada simetris kanan dan Perkusi : Timpani seluruh lapang perut
kiri, tidak tampak retraksi dinding dada. Palpasi : Supel, TFU 1 jari diatas pusat, kontraksi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan uterus keras
dan benjolan, gerak napas simetris Genitalia :
kanan dan kiri Jenis kelamin perempuan dalam batas normal
Ekstremitas atas dan bawah
Perkusi : Sonor dikedua lapang
Inspeksi : Simetris, tidak terdapat kelainan pada
paru bentuk tulang, tidak sianosis, tidak edema pada
Auskultasi : Suara napas vesikuler ekstremitas bawah.
dikedua lapang paru, tidak didapatkan Palpasi : Akral hangat pada keepat ekstremitas
rhonki dan wheezing di kedua lapang Kulit
paru. Warna sawo matang, tidak tampak ikterik, tidak
sianosis.
.
STATUS GINEKOLOGI
Status Lokalis

Your Picture Here


Inspeksi
Perdarahan pervaginam 10 cc, tidak Vaginal Touche
terdapat kassa yang tertinggal .
Vaginal touché tidak dilakukan

Inspekulo Rectal Touche


Inspekulo tidak dilakukan .Rectal touché tidak dilakukan.
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 27 februari 2019

Nama test Hasil Unit Nilai rujukan


Darah Lengkap:      
10,2
Leukosit ribu/uL 4.4 – 11.3
Eritrosit 4,2 juta/uL 4.1 – 5.1
Hemoglobin 13,2 g/dL 11.2 – 15.7
Hematokrit 37 % 37 – 47
Trombosit 189 ribu/uL 150 – 521
Sero imunologi:  
Non Reaktif Non Reaktif
HIV
Positif  Negatif
HBsAg
Kimia Klinik 26,2
U/L <34
SGOT 13,3
U/L <34
SGPT
Diagnosis
1 P3A0 post partum spontan dengan HBsAg positif

Pemeriksaan Penunjang
2 Darah Lengkap, Urin Lengkap, HIV, HbsAg, SGOT, SGPT

Tatalaksana

3 Persalinan pervaginam, IVFD RL, Inj. Pitogin 1 amp, Amoxicillin tab 3x500mg,
Asmef tab 3x500mg, Metil ergometrin 3x1 tab Asam folat 1x1 tab

Prognosis
4 Ad Vitam: bonam, Ad Functionam: Dubia ad bonam, Ad Sanationam:
Dubia ad bonam
Bab III
Tinjauan Pustaka

Definisi
01 02
Seorang ibu dikatakan mengidap atau menderita hepatitis B kronik apabila :
• Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan dan tetap positif selama masa
kehamilan dan melahirkan.
• Bila status HbsAg positif tidak disertai dengan peningkatan SGOT/PT maka, status ibu adalah carrier
hepatitis B.
• Bila disertai dengan peningkatan SGOT/PT pada lebih dari 3 kali pemeriksaan dengan interval
peme-riksaan setiap 2-3 bulan, maka status ibu adalah penderita hepatitis B kronik.
Etiologi
02 Virus Hepatitis B tergolong family Hepadnaviridae dengan genome DNA. Terdiri dari core
dan selubung (envelope) yang disebut Hepatitis B Surface Antigen (HBsAg), dan
komponen antigenik utama VHB yaitu ; HBsAG, HBeAg , HBcAg
Replikasi virus
Epidemiologi
02 Diseluruh dunia saat ini diperkirakan terdapat 400-500 juta pengidap hepatitis B. Berdasar penelitian
beberapa RS di Indonesia, prevale-nsi HBsAg pada ibu hamil berkisar 2,1 – 35,1%

Manifestasi Klinis
03 • Hepatitis B kronik aktif HBsAg (+) & DNA-VHB lebih dari 10 5 IU/ml, peningkatan ALT menetap/
intermiten. Pada pasien sering ada tanda penyakit hati kronis. Pada biopsi hati didapatkan
gmbaran peradangan yang aktif.
• Carrier VHB Inaktif HBsAg (+) dengan titer DNA VHB yang rendah yaitu kurang dari 10 5 IU/ml.
Pasien menunjukkan kadar ALT normal dan tidak didapatkan keluhan.
Patogenesis
VHB masuk ke dalam tubuh  ditangkap oleh macrophage  peptida muncul di permukaan
macrophage bersama dengan MHC II dan sebagian partikel VHB masuk ke hepatosit sel hati untuk replikasi.
Awal infeksi VHB alfa interferon  merangsang munculnya MHC I pada permukaan sel hati  peptide
VHB dikenal oleh sel T sitotoksik (Tc)  lisis sel hati dan eliminasi VHB.
alfa interferon dalam darah  panas badan dan malaise  aktifitas sel NK (Natural Killer) meningkat
disertai munculnya sel T-helper (CD4 limfosit) yang desensitisasi khususnya terhadap epitop yang
mengandung HBc peptide.
Antibodi (anti-pre S1 dan anti pre-S2) muncul  mengontrol infeksi tetapi tidak mengontrol penyebaran
VHB ke dalam sel hati
Pada hepatitis kronik, proses seperti di atas tidak berjalan semestinya, yang disebabkan karena
terjadinya kerusakan atau kegagalan pada beberapa hal
Cara mendeteksi??
American Congress of Obstetricians and Gynaecologists (ACOG)
merekomendasikan ibu hamil secara universal pada kunjungan
awal antenatal care perlu dilakukan skrining serologi untuk
infeksi kronis VHB

PENTING ?? untuk memastikan ibu dengan hepatitis B menerima perawatan


medis yang optimal, baik selama dan setelah kehamilan, dan
bayi yang lahir dari ibu ini menerima profilaksis pasca
pajanan yang tepat
Hepatitis B surface antigen Mendeteksi protein pada permukaan virus hepatitis B.
(HBsAg) Jika hasilnya positif, mengindikasikan bahwa orang
tersebut terinfeksi virus hepatitis B (akut atau kronis).

Hepatitis B e-antigen Menggambarkan replikasi dari virus hepatitis B. Beberapa


(HBeAg) pasien bisa saja tidak terdeteksi memiliki HBeAg tetapi
positif terinfeksi virus ini.
Hepatitis B surface antibody Menggambarkan imunitas atau kekebalan seseorang
(Anti HBs) terhadap HBsAg, baik karena infeksi yang dialami atau
karena vaksinasi.

Hepatitis B e antibody Menunjukkan imunitas seseorang yang berespon terhadap


(Anti HBe) virus yang bereplikasi.

Hepatitis B core antibody Menggambarkan sudah terinfeksi hepatitis B.


(Anti HBC) Bisa terdapat IgG dan/atau IgM. IgM menggambarkan
infeksi akut dan dapat menghilang jika infeksi sudah lama.
Anti-HBc (total) menggambarkan infeksi yang akut, kronis
atau sudah pernah terinfeksi sebelumnya.

Hepatitis B virus DNA load Mengukur jumlah virus dalam darah dan sebagai indikator
(HBV DNA) seberapa aktifnya virus tersebut bereplikasi.
Penularan HBsAg dari Ibu pada Janin??
Ada tiga rute yang mungkin untuk transmisi HBV dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya:
1. Transmisi transplasental dalam rahim.
• Melewati barrier plasenta: dapat diinduksi oleh kontraksi uterus selama kehamilan dan gangguan barrier
plasenta (seperti persalinan prematur atau abortus spontan)  mikrotransfusi
• HBV- DNA ada pada oosit wanitai dan sperma pria yang terinfeksi  janin dapat terinfeksi HBV sejak
konsepsi jika salah satu pasangan terinfeksi HBV

2, Infeksi VHB perinatal


• Teeori yang dikemukakan antara lain melalui lesi kulit, mata, darah ibu, air ketuban yang tertelan oleh
bayi pada saat persalinan dan kontak dengan lendir serviko-vaginal disertai persalinan lama

3. Infeksi VHB post natal


• Penularan dapat terjadi melalui air susu ibu yang terkontaminasi darah ibu yang mengandung VHB
karena luka lecet pada puting susu
Saat Kehamilan

Wanita hamil yang telah tereksposure dan rentan terinfeksi, berikan


profilkasis :

• Ketika kontak seksual dengan penderita hepatitis B terjadi


dalam 14 hari :

PENATALAK-  Berikan vaksin VHB ke dalam musculus deltoideus.


Tersedia 2 monovalen vaksin VHB untuk imunisasi pre-post
SANAAN eksposure yaitu Recombivax HB dan Engerix-B. Dosis HBIg
yang diberikan 0,06 ml/kgBB IM pada lengan kontralateral.
 Untuk profilaksis setelah tereksposure melalui perkutan atau
luka mukosa, dosis kedua HBIg dapat diberikan 1 bulan
kemudian.
• Ketika tereksposure dengan penderita kronis VHB
 Pada kontak seksual, jarum suntik dan kontak nonseksual dalam
rumah dengan penderita kronis VHB dapat diberikan profilaksis
post ekspose dengan vaksin hepatitis B dengan dosis tunggal

Saat Persalinan

Pada ibu hamil dengan Viral Load tinggi dapat dipertimbangkan


pemberian HBIG atau lamivudin pada 1 – 2 bulan sebelum
persalinan
Persalinan sebaiknya jangan dibiarkan berlangsung lama
>9 jam) khususnya pada ibu dengan HbsAg positif 
meningkatkan kemungkinan penularan VHB intrauterin.

Persalinan pada ibu hamil dengan titer VHB tinggi (3,5 pg/ml)
atau HbsAg positif, lebih baik seksio sesarea

Masa Nifas

Menyusui bayi tidak merupakan masalah.  penularan


melalui saluran cerna membutuhkan titer virus yang jauh
lebih tinggi dari penularan parenteral.
Pada Neonatus

 Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera setelah


lahir (12 jam sesudah lahir) disusul dosis ke-2, dan ke-3 sesuai dengan
jadwal imunisasi hepatitis yaitu pada bulan ke-2, 3 dan 4.

• Bila tersedia pada saat yang sama beri Imunoglobulin Hepatitis B 200 IU IM
(0,5 ml) disuntikkan pada paha yang lainnya, dalam waktu 24 jam sesudah
lahir (sebaiknya dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir).
Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HBsAg berkala pada usia 7 bulan
(satu bulan setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga) 1, 3, 5 tahun
dan selanjutnya setiap 1 tahun

Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan SGOT/PT


setiap 2-3 bulan.
Bila SGOT/PT meningkat pada lebih dari 2 kali pemeriksaan dengan
interval waktu 2-3 bulan  pertimbangkan terapi anti virus.
BAB IV
Pembahasan

Ny. N usia 39 tahun hamil 39 minggu dengan HBsAg (+) pada usia kehamilan 2 bulan
mengalami keluhan kencang-kencang pada perut sejak ± 1 hari SMRS. Pada usia kehamilan
± 1 bulan pasien mengalami mual muntah selama 2 minggu, selain itu tidak ada keluhan
yang dirasakan. BAB dan BAK tidak terdapat keluhan. Pasien mengatakan pasien tidak
pernah mempunyai riwayat hepatitis B sebelumnya, suami pasien bekerja sebagai awak
kapal (berlayar), pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak mengkonsumsi
narkotika, tidak memiliki tattoo dan melakukan hubungan seksual hanya dengan suami.
Pasien juga mengaku tidak pernah melakukan transfusi darah sebelumnya. Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan SGOT dan SGPT dalam batas normal.
BAB IV
Pembahasan

Hal tersebut mendukung diagnosis hepatitis B kronik dalam kehamilan


dimana pada hasil lab pasien didapatkan HBsAg (+) pada trimester I kehamilan
dimana HBsAg (+) mengindikasikan bahwa pasien telah terinfeksi virus hepatitis
B dan pada trimester III masih didapatkan hasil lab HBsAg (+) dimana dari
trimester I ke trimester III terpaut jarak waktu >6 bulan yang berarti infeksi
tersebut sudah berjalan kronik. Pada pasien ini dapat di klasifikasikan ke
dalam carrier VHB inaktif dikarenakan HBsAg (+) yang diikuti dengan kadar ALT
normal dan tidak didapatkan keluhan. Faktor yang mungkin dapat
menyebabkan pasien mengidap hepatitis B ini adalah suami pasien yang
bekerja sebagai awak kapal.
Pada ibu hamil dengan carrier VHB inaktif dapat menyebabkan penularan VHB
secara vertical kepada janin atau bayi baik pada saat sebelum persalinan (infeksi VHB
in-utero) yang dapat dikarenakan adanya robekan kecil pada plasenta akibat adanya
kontraksi uterus yang kuat sehingga menyebabkan terganggunya barier plasenta dan
microtransfusion atau dimungkinkan pada pasien ini janin terinfeksi VHB sejak konsepsi
jika didapatkan hasil bahwa suami pasien telah terinfeksi VHB yang nantinya VHB-DNA
tersebut ada pada sperma, selama persalinan (infeksi VHB perinatal) yang sesuai teori
bahwa dapat ditularkan melalui lesi kulit, mata, darah ibu, air ketuban yang tertelan oleh
bayi pada saat persalinan dan kontak dengan lendir serviko-vaginal, dan post persalinan
(infeksi post natal) penularan juga dapat terjadi melalui air susu ibu yang terkontaminasi
darah ibu yang mengandung VHB karena luka lecet pada puting susu.
Pada bayi dengan ibu hepatitis B carrier harus dipastikan bayinya
mendapatkan HBIg saat lahir 200 IU IM (0,5 ml) dalam waktu 24 jam
sesudah lahir (sebaiknya dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir) dan
berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 ml segera setelah lahir
(12 jam sesudah lahir) disusul dosis ke-2, dan ke-3 sesuai dengan jadwal
imunisasi hepatitis yaitu pada bulan ke-2, 3 dan 4.
Pada pasien ini boleh dilakukan persalinan pervaginam tetapi harus
memerhatikan beberapa hal seperti diusahakan dengan trauma sekecil
mungkin dan rawat bersama dengan spesialis penyakit dalam dan tidak ada
indikasi persalinan yang berlangsung lama karena akan meningkatkan
penularan VHB.
pasien mengeluh dirasakan sedikit nyeri pada bagian perut. Hal tersebut
normal pada uterus ibu setelah melahirkan, nyeri perut dimungkinkan masih
adanya kontraksi uterus yang dirasakan ibu dimana hal tersebut juga normal
terjadi karena uterus sedang mengalami involusi.
Pasien mengaku memberikan ASI nya yang telah keluar kepada
bayinya, hal tersebut bukan merupakan masalah jika tidak terdapat luka lecet
pada daerah puting ibu dan bayi telah diberikan vaksin hepatitis B ataupun
HBIg, karena pada penelitian telah dibuktikan bahwa penularan melalui
saluran cerna membutuhkan titer virus yang jauh lebih tinggi dari
penularan parenteral.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai