Case Report HPP Histerektomi Subtotal
Case Report HPP Histerektomi Subtotal
Palpasi :
• Leopold 2 : Bagian bokong berada di perut kiri, bagian kepala berada di perut kanan
Hematokrit 35.1 % 35 – 47
Limfosit 13 % 25-40
KELUHAN
• Pusing, pandangan kabur, lemas
Hematokrit 35.1 % 35 – 47
Limfosit 13 % 25-40
DIAGNOSIS
• Diagnosis saat kehamilan:
•Multigravida G3P2A0 33 Th usia kehamilan 37-38 minggu
•Janin tungggal, hidup, intrauterine, belum inpartu
•Plasenta previa totalis
•Lilitan Tali pusat 1x
•Diagnosis post sc :
•P3-3 PSC dgn letli, PPT, BSC 2 th + MOW
•Hemorrhagic post partum
•Shock hemorrhagic
TERAPI HPP
• Infus 2 jalur
• O2 5 lpm
• Rehidrasi RL
• Bedside monitor
• Posisi shock
• Cek darah lengkap
• Transfusi PRC 1 kolf
• Drip Oksitosin : Ergometrin = 2 : 1
• Dilakukan observasi tiap 15 menit.
• Masih perdarahan massive kondom kateter histerektomi subtotal
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
26/11/2021 Pusing sedikit, KU cukup, CM P3-3 PSC dgn letli, Histerektomi
lemas sedikit, TD : 101/78 mmHg PPT, BSC 2 th + Subtotal
15 menit kemudian pandangan mata N : 99x/mnt MOW Transfusi 1 kolf
sudah tidak kabur RR : 22x/mnt Hemorrhagic post Whole Blood
partum (sc) sebelum op
Hb : 8,6 Shock hemorrhagic Transfusi 3 kolf
Hct : 25,8 Whole Blood saat
AL : 23,4 op
AT : 143 Transfusi 1 kolf PRC
Cek DL post
Corpus uteri utuh, transfuse
ukuran sebesar
kepalan tangan,
kontraksi baik, TFU 2
jari di atas pusat,
perdarahan
pervaginam +/-
1500 cc, darah segar
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
27/11/2021 Nyeri luka operasi KU lemah, CM P3-3 PSC dgn letli, Infus RL 2 jalur 50
TD : 115/79 mmHg PPT, BSC 2 th + cc/jam
N : 135x/mnt MOW Transfusi TC 2 kolf
RR : 26x/mnt Hemorrhagic post Transfusi PRC 2 kolf
partum (sc) Transfusi FFP 2 kolf
Hb : 8,5 Shock hemorrhagic Cek DL post
Hct : 23,8 transfuse
AL : 15,7
AT : 84
Drain kanan : 30 cc
Drain kiri : 50 cc
Urine output : 300
cc
28/11/2021 Nyeri luka operasi, KU cukup, CM P3-3 PSC dgn letli,
belum kentut TD : 111/80 mmHg PPT, BSC 2 th +
N : 81 x/mnt MOW
RR : 22 x/mnt Hemorrhagic post
partum (sc)
Hb : 8,5 Shock hemorrhagic
Hct : 23,8
AL : 15,7
AT : 84
Drain kanan : 30 cc
Drain kiri : 50 cc
PERDARAHAN POST PARTUM
PERDARAHAN POST PARTUM
◦
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) Tahun 2016 AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab u t a m a kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum
Faktor risiko
ANTENATAL INTRAPARTUM
•Umur •Induksi Persalinan
•Ob esita s Parietas •Durasi Persalinan
•P olihid roa mnion •Analgesia
•Penyakit Medis
•Metode Persalinan
•Kehamilan Post-term
•Persalinan cep at •Episiotomi
•Janin Besar Gemelli •Korioamnionitis
•Anomali uteri
ETIOLOGI
TO NU TISSU TRAUMA THROMBIN
S E
At o ni a uteri Re t en sio p la sen t a ruptur p e r i n e u m Trombositopeni
Disseminated
ru p tu r
infeksi i ntr aa mn io n Intravascular
u t e ri/ in v e rs
C o a g u la tio n (DIC )
i uteri
TONUS •
•
•
Overdistensi uterus
Infeksi intramanion
Inhibisi kontraksi obat-obatan
• Ruptur oerineum
TRAUMA •
•
•
Ruptur servilks
Ruptur uteri/inversi uteri
Vaginal hematoma
• Trombositopeni
TRHOMBIN •
•
•
Hipofibrinogenemia
Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Dilutional coagulopathy
HEMOSTASIS POSTPARTUM
Kehamilan cukup
bulan darah
mengalir ke
A.Spiralis Kontraksi uterus
uterus Darah masuk ke Kala III, placenta Perdarahan
terbuka. Terjadi akan mencepit
600ml/menit a. spiralis lepas berhenti
perdarahan a.spiralis
melalui ruang
interviler
placenta
Manifestasi klinis
Gejala dan tanda Tanda lainya Diagnosis
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek • Bekuan darah pada serviks/posisi terlentang akan
• Perdarahan segera setelah anak lahir menghambat aliran darah keluar
• syok Atonia uteri
• Plasenta belum lahir setelah 30 menit • Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
• Perdarahan segera (P3) • Inversio uteri akibat tarikan
• Uterus berkontraksi dan keras • Perdarahan lanjutan Retensio placenta
• Plasenta / sebagian selaput (mengandung pembuluh • Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak Tertinggalnya sebagian
darah) tidak lengkap berkurang plasenta atau ketuban
• Perdarahan segera (P3)
NON
OPERATIF
OPERATIF
Pemijatan uterus, kompresi Jika penanganan nonoperatif
bimanual interna atau eksterna/ gagal, maka dilakukan
kompresi aorta abdominalis dan penanganan operatif dengan 1. Pastikan placenta
pemberian uterotonika laparotomi dengan pengikatan
kompresi uterus, pengikatan a.
lahir lengkap
uterina, ovarika atau 2. Lakukan uji
hipogastrika (iliaka interna) pembekuan darah
sederhana, jika
pembekuan
Bila penanganan gagal terbentuk setelah 7
dilanjutkan dengan pemasangan
tampon utero-vaginal menit atau adanya
bekuan yang lunak
Jika belum berhasil ,
histerektomi
dan mudah pecah
koagulopati
pemberian uterotonika
Jenis dan cara Oksitosin Ergometrin Misoprostol
Dosis dan cara pemberian • IV : 20IU dalam 1L IM atau IV (lambat) : 0,2 Oral atau rektal : 400 mg
awal larutan garam fisiologis mg
dengan tetesan cepat
• IM : 10IU
Dosis lanjutan • IV : 20IU dalam 1L Ula ngi 0,2 m g IM setela h 400mg 2-4 jam setelah
larutan garam fisiologis 15 menit dosis awal
dengan 40 Tpm Bila masih diperlukan
berikan IV/IM setiap 2-4
jam
Dosis maksimal/hari Tidak lebih dari 3L larutan Total 1 mg (5 dosis) Total 1200 mg atau 3 dosis
fisiologis
Kontraindikasi atau hati- Pemberian IV secara cepat Preeklamsia, vitium cordis, Nyeri kontraksi, asma
hati atau bolus hipertensi
Retensio Plasenta
• Keadaan dimana plasenta belum lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir.
• Penyebab retensio plasenta
terjadi akibat kontraksi uterus
kurang kuat untuk melepa
placenta, sedangkan menurut
kedalaman implantasinya, dibagi
menjadi 3 :
- Plasenta Akreta
- Plasenta Inkreta
IMPLANTASI ABNORMAL PLASENTA
PLASENTA AKRETA
Vili chorialis menanamkan diri sampai
batas atas lapisan otot rahim.
PLASENTA INKRETA
Vili chorialis menanamkan diri sampai
masuk dalam lapisan otot rahim.
PLASENTA PERKRETA
Vili chorialis menanamkan diri sampai
menembus lapisan otot mencapai serosa
atau menembusnya.
Tatalaksana Retensio Plasenta
• Berikan 20-40 unit Oksitosin dalam 1000 ml larutan Nacl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tpm dan 10 unit Oksotosin IM
• Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml ml larutan Nacl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tpm hingga perdarahan berhenti
• Lakukan penegangan tali pusat terkendali
• Hindari penarikan tali pusat dan penekanan fundus uteri terlalu kuat inversio uteri
• Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan manual plasenta
• Berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2 g IV dan Metronidazole
500 mg IV)
• Usaha untuk melepaskan placenta yang melekat kuat perdarahan hebat atau
perforasi uterus tindakan histerektomi
III Robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum hingga otot sfingter ani
3a: <50% sfingter ani eksterna 3b: >50%
sfingter anieksterna 3c: meliputi sfingter ani
interna
IV Mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot sfingter ani sampai ke
dinding depan rektum. Penolong asuhan persalinan normal tidak dibekali keterampilan
untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
Penanganan
• Periksa dengan seksama, → perbaiki robekan pada serviks atau vagina
dan perineum.
• Prinsip-prinsip penjahitan robekan jalan lahir: buat simpul 1cm di atas
ujung luka, aproksimasi (hanya mendekatkan jaringan yang robek),
lapis demi lapis dan tidak ada ruang kosong atau ruang rugi.
Sisa placenta
• Sewaktu suatu bagian dari plasenta, satu atau lebih lobus tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif. Mungkin saja
tidak terjadi perdarahan dengan adanya sisa plasenta.
• Tanda-tanda – Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap. –
Perdarahan segera. – Uterus berkontraksi tetapi tinggi uterus tidak
berkurang.
penanganan
• Eksplorasi manual uterus menggunakan teknik yang serupa dengan
teknik yang digunakan untuk plasenta manual, kecuali porsio telah
menutup, dilakukan eksplorasi secara digital.
• Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta.
• Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret besar.
Inversio uteri
• Pada inversio uteri, bagian atas uterus memasuki kavum uteri,
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.
• Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah
plasenta keluar.
• Inversio uteri dapat dibagi :
• Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
• Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
• Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar
vagina.
• Menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 – 70 % ).
• Diagnosis:
• Syok karena kesakitan
• Perdarahan banyak bergumpal
• Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yg masih
melekat
• Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri atau
dalam vagina
• Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
Penanganan
• Reposisi segera
• Jika ibu sangat kesakitan → analgetik petidin 1 mg/kgBB IM atau IV secara
perlahan, atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB atau dengan anestesi umum.
• Tangan seluruhnya dimasukkan ke dalam vagina → jari-jari tangan
dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui serviks .
• Telapak tangan menekan korpus → terus menerus ke arah atas agak ke
depan (kranioanterior) sampai korpus uteri melewati serviks uteri dan
inversio ditiadakan.
• → Suntikan 0,2 mg ergometrin IV → dengan oksitosin drip.
• Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal.
Ruptur uteri