Anda di halaman 1dari 59

CASE REPORT

WANITA 33 TAHUN DENGAN


HEMORRHAGIC POST PARTUM SC ET
CAUSA PLASENTA PREVIA TOTALIS,
BSC 2X, LETAK LINTANG, LILITAN
TALI PUSAT 1X DENGAN ATONIA
UTERI DAN ANEMIA
Qonita Rahmadiena
J510215026

Pembimbing: dr. Mulya Kurniawan, Sp.OG


IDENTITAS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
• Nama Pasien : Ny. S
• Umur : 33 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Status Perkawinan : Sudah menikah
• Agama : Islam
• Alamat : Milangsari
• Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
• Tanggal Masuk RS : 25 November 2021
ANAMNESIS
KELUHAN UTAMA
Datang dengan kondisi hamil, kehamilan ke-3 UK 37-38 mgg, belum
kenceng-kenceng, belum keluar lendir darah, datang ke RSDS rujukan
dari tempat praktek pribadi dr. Mulya, Sp.OG karena hasil USG
menunjukkan plasenta menutupi jalan lahir (plasenta previa totalis),
BSC 2x, letak lintang, dan lilitan tali pusat 1x.
RIWAYAT PENYAKIT
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Pasien datang ke IGD RSDS Magetan tanggal 25/11/2021 pada
pukul 17.23. HPHT pasien adalah 31/1/2021 dan HPL pasien adalah
13/12/2021.
Kronologi
• Pasien datang ke RSDS dengan kondisi hamil, kehamilan ke-3 UK 37-38 mgg,
belum kenceng-kenceng, belum keluar lendir darah, datang ke RSDS rujukan dari
tempat praktek pribadi dr. Mulya, Sp.OG karena hasil USG menunjukkan plasenta
menutupi jalan lahir (plasenta previa totalis), letak lintang, lilitan tali pusat 1x,
serta riwayat BSC 2x.
• Pasien dilakukan SC pada tanggal 26/11/2021 pukul 09.00, dilahirkan bayi laki-
laki dengan berat lahir 3200 gr, dan setelah itu dilakukan MOW.
• Pasien kembali ke ruang pemulihan (kaber) pukul 11.30 dan ternyata terjadi
perdarahan pervaginam pukul 13.30.
• Perdarahan yang terjadi cukup banyak hingga menyebabkan syok hemorrhagic.
Pasien mengeluhkan pusing, pandangan kabur, dan lemas. TD: 47/35 mmHg, HR:
118 x/menit, RR 22 x/menit, TFU 3 jari di atas pusar, VT: v/v taa pembukaan 1
cm, coba dieksplorasi dan keluar stosel.
RIWAYAT PENYAKIT
 RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• HT : disangkal
• DM : disangkal
• Asma : disangkal
• Alergi : disangkal

 RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


• Riwayat HT : disangkal
• Riwayat DM : disangkal
• Riwayat alergi : disangkal
RIWAYAT PENYAKIT
 RIWAYAT OBSTETRI
• HPHT : 31/01/2021
• Gravida :3
• Partus :2
• Abortus :0
• Anak terkecil : 2 th
RIWAYAT OBSTETRI
Anak ke- Jenis Usia Saat Usia Berat Lahir Metode Penolong Tempat
Kelamin Ini Kehamilan Persalinan Persalinan Persalinan
1 Laki-laki 6,5 th 40-41 mgg 2800 gr sc Dokter RSDS
(postdate) Sp.OG
1 Perempuan 2 th 40-41 mgg 3000 gr sc Dokter RSDS
(postdate) Sp.OG
3 Laki-laki Kehamilan saat ini
RIWAYAT GINEKOLOGI
RIWAYAT KONTRASEPSI :
 KB suntik tiap bulan tahun 2015 setelah melahirkan anak pertama, berhenti
karena berencana hamil di tahun 2019.
 KB pil tahun 2020 setelah melahirkan anak ke-dua hingga sebelum kehamilan
yang ke-tiga ini (tidak direncanakan).

RIWAYAT ANC : Kontrol rutin ke bidan dan dr. Sp.OG

RIWAYAT MENSTRUASI : Siklus teratur, lamanya 7 hari, jumlah


darah yang keluar normal, tidak nyeri
PEMERIKSAAN FISIK DAN
PENUNJANG
PEMERIKSAAN FISIK SAAT
KEHAMILAN
 KU DAN STATUS GIZI
• KU: Cukup
• GCS: E4V5M6 (CM)
• BB: 55 kg
• TB: 150 cm
• IMT: 24,4 
 VITAL SIGN (IGD)
• TD: 116/69 mmHg
• Nadi: 84 x/menit
• RR: 22 x/menit
• T axilla: 36,8 0C
PEMERIKSAAN OBSTETRIK SAAT
KEHAMILAN
 Tinggi Fundus Uteri : 33 cm

 Taksiran Berat Janin : 3100 gram

• Rumus Johnson Toshach (33-13) x 155 = 3100 g

 HIS : (+) 1-2 X setiap 10 menit

 DJJ : (+) 144x / menit

 Palpasi :

• Leopold 1 : Bagian di fundus adalah punggung

• Leopold 2 : Bagian bokong berada di perut kiri, bagian kepala berada di perut kanan

• Leopold 3 : Bagian terbawah adalah ekstremitas (dihalangi oleh plasenta)

• Leopold 4 : Bagian terbawah belum masuk PAP

• Kesimpulan : Letak lintang dan janin kesan tunggal


PEMERIKSAAN GINEKOLOGI SAAT
KEHAMILAN
• Inspeksi
Daerah vulva dan perineum DBN, tidak ditemukan tanda-tanda peradangan, massa (-), nampak darah pada liang vagina
• Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-)
• VT
Tidak dilakukan (kontraindikasi PPT)
PEMERIKSAAN PENUNJANG SAAT
KEHAMILAN
• Pemeriksaan Lab (26/11/2021)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

Hemoglobin 11.6 gr/dL 11.7 – 15.5

Hematokrit 35.1 % 35 – 47

Lekosit 10.6 103 /μL 3.6 – 11.0 x

Trombosit 391 103 /μL 150 – 440

Limfosit 13 % 25-40

• Pemeriksaan USG (25/11/2021). :


Plasenta previa totalis
Lilitan tali pusat 1x
Kemudian pasien dilakukan SC
dan MOW
PEMERIKSAAN FISIK SAAT HPP
 KU DAN STATUS GIZI
• KU: Cukup
• GCS: E4V5M6 (CM)

 KELUHAN
• Pusing, pandangan kabur, lemas

 VITAL SIGN (IGD)


• TD: 47/35 mmHg
• Nadi: 118 x/menit
• RR: 22 x/menit
• Akral dingin
PEMERIKSAAN GINEKOLOGI SAAT
HPP
• Inspeksi
Daerah vulva dan perineum DBN, tidak ditemukan tanda-tanda peradangan, massa (-), nampak darah pada
liang vagina
• Palpasi
Nyeri tekan (-), massa (-)
• VT Bimanual
v/v taa
Servix lunak
Pembukaan portio 1 cm
Corpus uteri utuh, ukuran normal sebesar satu kepalan tangan, TFU 3 jari di atas pusat
Keluar stosel dari uterus saat dieksplorasi
Adnexa tidak teraba, tidak nyeri
Tidak ada nyeri goyang maupun nyeri tekan
Tidak ada massa maupun cairan yang menumpuk di cavum douglas
PEMERIKSAAN PENUNJANG SAAT
HPP
• Pemeriksaan Lab (26/11/2021)
PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN

Hemoglobin 11.6 gr/dL 11.7 – 15.5

Hematokrit 35.1 % 35 – 47

Lekosit 10.6 103 /μL 3.6 – 11.0 x

Trombosit 391 103 /μL 150 – 440

Limfosit 13 % 25-40
DIAGNOSIS
• Diagnosis saat kehamilan:
•Multigravida G3P2A0 33 Th usia kehamilan 37-38 minggu
•Janin tungggal, hidup, intrauterine, belum inpartu
•Plasenta previa totalis
•Lilitan Tali pusat 1x
•Diagnosis post sc :
•P3-3 PSC dgn letli, PPT, BSC 2 th + MOW
•Hemorrhagic post partum
•Shock hemorrhagic
TERAPI HPP
• Infus 2 jalur
• O2 5 lpm
• Rehidrasi RL
• Bedside monitor
• Posisi shock
• Cek darah lengkap
• Transfusi PRC 1 kolf
• Drip Oksitosin : Ergometrin = 2 : 1
• Dilakukan observasi tiap 15 menit.
• Masih perdarahan massive  kondom kateter  histerektomi subtotal
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
26/11/2021 Pusing sedikit, KU cukup, CM P3-3 PSC dgn letli, Histerektomi
lemas sedikit, TD : 101/78 mmHg PPT, BSC 2 th + Subtotal
15 menit kemudian pandangan mata N : 99x/mnt MOW Transfusi 1 kolf
sudah tidak kabur RR : 22x/mnt Hemorrhagic post Whole Blood
partum (sc) sebelum op
Hb : 8,6 Shock hemorrhagic Transfusi 3 kolf
Hct : 25,8 Whole Blood saat
AL : 23,4 op
AT : 143 Transfusi 1 kolf PRC
Cek DL post
Corpus uteri utuh, transfuse
ukuran sebesar
kepalan tangan,
kontraksi baik, TFU 2
jari di atas pusat,
perdarahan
pervaginam +/-
1500 cc, darah segar
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
27/11/2021 Nyeri luka operasi KU lemah, CM P3-3 PSC dgn letli, Infus RL 2 jalur 50
TD : 115/79 mmHg PPT, BSC 2 th + cc/jam
N : 135x/mnt MOW Transfusi TC 2 kolf
RR : 26x/mnt Hemorrhagic post Transfusi PRC 2 kolf
partum (sc) Transfusi FFP 2 kolf
Hb : 8,5 Shock hemorrhagic Cek DL post
Hct : 23,8 transfuse
AL : 15,7
AT : 84
Drain kanan : 30 cc
Drain kiri : 50 cc
Urine output : 300
cc
28/11/2021 Nyeri luka operasi, KU cukup, CM P3-3 PSC dgn letli,
belum kentut TD : 111/80 mmHg PPT, BSC 2 th +
N : 81 x/mnt MOW
RR : 22 x/mnt Hemorrhagic post
partum (sc)
Hb : 8,5 Shock hemorrhagic
Hct : 23,8
AL : 15,7
AT : 84
Drain kanan : 30 cc
Drain kiri : 50 cc
PERDARAHAN POST PARTUM
PERDARAHAN POST PARTUM

Kehilangan darah > 500 mL


Kehilangan darah > 1000 mL
setelah persalinan
setelah persalinan sesar (SC)
pervaginam
24 JAM
Early/primary Late/seconday
Muncul <24 jam pasca salin Muncul >24 jam pasca salin
Epidemiologi

Perdarahan postpartum merupakan p en ye ba b u ta ma kem a t ia n ib u d i seluruh dunia d e n g a n
tingkat prevalensi tertinggi afrika d a n asia

Sekitar 529.000 wanita meninggal saat hamil setiap tahunnya d a n hampir semuanya (99%) terjadi
p a d a n egara berkembang. 40% kematian karena p end ar ah an post-partum terjadi p a d a 24 jam
p e r t a m a d a n 66% terjadi saat minggu p er tam a
Penyebab PPS yang paling sering adalah uterus tidak dapat berkontraksi dengan baik untuk menghentikan
perdarahan dari bekas insersi plasenta (tone), trauma jalan lahir (trauma), sisa plasenta atau bekuan darah yang
menghalangi kontraksi uterus yang adekuat (tissue), dan gangguan pembekuan darah (thrombin).


Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) Tahun 2016 AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Penyebab u t a m a kematian ibu yaitu hipertensi dalam kehamilan dan perdarahan post partum
Faktor risiko

ANTENATAL INTRAPARTUM
•Umur  •Induksi Persalinan
•Ob esita s Parietas •Durasi Persalinan
•P olihid roa mnion •Analgesia
•Penyakit Medis
•Metode Persalinan
•Kehamilan Post-term
•Persalinan cep at •Episiotomi
•Janin Besar  Gemelli •Korioamnionitis
•Anomali uteri
ETIOLOGI
TO NU TISSU TRAUMA THROMBIN
S E
At o ni a uteri Re t en sio p la sen t a ruptur p e r i n e u m Trombositopeni

Overdistensi uterus Sisa ruptur serviks Hi pof ib ri noge nemi a


P la se nt a

Disseminated
ru p tu r
infeksi i ntr aa mn io n Intravascular 
u t e ri/ in v e rs
C o a g u la tio n (DIC )
i uteri

inhibisi kontraksi Dilutional


akibat o ba t- o ba ta n Va g ina l h e m a to m c o a g u lo p a t hy
ETIOLOGI
• Atonia uteri

TONUS •


Overdistensi uterus
Infeksi intramanion
Inhibisi kontraksi obat-obatan

TISSUE • Retensio placenta


• Sisa placenta

• Ruptur oerineum

TRAUMA •


Ruptur servilks
Ruptur uteri/inversi uteri
Vaginal hematoma

• Trombositopeni

TRHOMBIN •


Hipofibrinogenemia
Disseminated intravascular coagulation (DIC)
Dilutional coagulopathy
HEMOSTASIS POSTPARTUM

Kehamilan cukup
bulan darah
mengalir ke
A.Spiralis Kontraksi uterus
uterus Darah masuk ke Kala III, placenta Perdarahan
terbuka. Terjadi akan mencepit
600ml/menit a. spiralis lepas berhenti
perdarahan a.spiralis
melalui ruang
interviler
placenta
Manifestasi klinis
Gejala dan tanda Tanda lainya Diagnosis
• Uterus tidak berkontraksi dan lembek • Bekuan darah pada serviks/posisi terlentang akan
• Perdarahan segera setelah anak lahir menghambat aliran darah keluar
• syok Atonia uteri

• Uterus kontraksi dan keras • Pucat


• Plasenta lengkap • Lemah
Robekan jalan lahir
• Darah segar yang meng-alir segera setelah bayi lahir • Menggigil

• Plasenta belum lahir setelah 30 menit • Tali pusat putus akibat traksi berlebihan
• Perdarahan segera (P3) • Inversio uteri akibat tarikan
• Uterus berkontraksi dan keras • Perdarahan lanjutan Retensio placenta

• Plasenta / sebagian selaput (mengandung pembuluh • Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak Tertinggalnya sebagian
darah) tidak lengkap berkurang plasenta atau ketuban
• Perdarahan segera (P3)

• Uterus tidak teraba • Neurogenik syok


• Lumen vagina terisi masa • Pucat dan limbung Inversio uteri
• Tampak tali pusat (bila plasenta belum lahir)

• Sub-involusi uterus • Anemia Endometritis atau sisa


• Nyeri tekan perut bawah dan uterus • Demam fragmen plasenta Late
• Perdarahan postpartum hemorrhage
• Lokhia mukopurulen dan berbau Perdarahan postpartum
sekunder
Atonia uteri
PENANGANAN PADA ATONIA UTERI

NON
OPERATIF
OPERATIF
Pemijatan uterus, kompresi Jika penanganan nonoperatif
bimanual interna atau eksterna/ gagal, maka dilakukan
kompresi aorta abdominalis dan penanganan operatif dengan 1. Pastikan placenta
pemberian uterotonika laparotomi dengan pengikatan
kompresi uterus, pengikatan a.
lahir lengkap
uterina, ovarika atau 2. Lakukan uji
hipogastrika (iliaka interna) pembekuan darah
sederhana, jika
pembekuan
Bila penanganan gagal terbentuk setelah 7
dilanjutkan dengan pemasangan
tampon utero-vaginal menit atau adanya
bekuan yang lunak
Jika belum berhasil ,
histerektomi
dan mudah pecah
 koagulopati
pemberian uterotonika
Jenis dan cara Oksitosin Ergometrin Misoprostol

Dosis dan cara pemberian • IV : 20IU dalam 1L IM atau IV (lambat) : 0,2 Oral atau rektal : 400 mg
awal larutan garam fisiologis mg
dengan tetesan cepat

• IM : 10IU

Dosis lanjutan • IV : 20IU dalam 1L Ula ngi 0,2 m g IM setela h 400mg 2-4 jam setelah
larutan garam fisiologis 15 menit dosis awal
dengan 40 Tpm Bila masih diperlukan
berikan IV/IM setiap 2-4
jam

Dosis maksimal/hari Tidak lebih dari 3L larutan Total 1 mg (5 dosis) Total 1200 mg atau 3 dosis
fisiologis

Kontraindikasi atau hati- Pemberian IV secara cepat Preeklamsia, vitium cordis, Nyeri kontraksi, asma
hati atau bolus hipertensi
  

 
   
 
Retensio Plasenta
• Keadaan dimana plasenta belum lahir dalam 30 menit setelah
bayi lahir.
• Penyebab retensio plasenta
terjadi akibat kontraksi uterus
kurang kuat untuk melepa
placenta, sedangkan menurut
kedalaman implantasinya, dibagi
menjadi 3 :
- Plasenta Akreta
- Plasenta Inkreta
IMPLANTASI ABNORMAL PLASENTA

PLASENTA AKRETA
Vili chorialis menanamkan diri sampai
batas atas lapisan otot rahim.

PLASENTA INKRETA
Vili chorialis menanamkan diri sampai
masuk dalam lapisan otot rahim.

PLASENTA PERKRETA
Vili chorialis menanamkan diri sampai
menembus lapisan otot mencapai serosa
atau menembusnya.
Tatalaksana Retensio Plasenta
• Berikan 20-40 unit Oksitosin dalam 1000 ml larutan Nacl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 60 tpm dan 10 unit Oksotosin IM
• Lanjutkan infus oksitosin 20 unit dalam 1000 ml ml larutan Nacl 0,9% atau Ringer Laktat dengan
kecepatan 40 tpm hingga perdarahan berhenti
• Lakukan penegangan tali pusat terkendali
• Hindari penarikan tali pusat dan penekanan fundus uteri terlalu kuat  inversio uteri
• Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan manual plasenta
• Berikan antibiotik profilaksis dosis tunggal (Ampisilin 2 g IV dan Metronidazole
500 mg IV)
• Usaha untuk melepaskan placenta yang melekat kuat  perdarahan hebat atau
perforasi uterus  tindakan histerektomi

Jangan memberikan ergometrin → kontraksi uterus tonik → plasenta sulit keluar


Laserasi jalan lahir
• Penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan.
• Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri.
• Perdarahan pasca persalinan dengan uterus berkontraksi baik
biasanya → oleh robekan jalan lahir.
• Tanda-tandanya adalah :
• Perdarahan segera setelah bayi lahir.
• Darah segar.
• Uterus kontraksi baik.
• Plasenta lengkap.
Klasifikasi Laserasi Jalan
Lahir
I
Luasnya robekan hanya sampai mukosa vagina, komisura posterior tanpa mengenai kulit
perineum. Tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan posisi luka baik
II Robekan yang terjadi lebih dalam yaitu mengenai mukosa vagina, komisura posterior,
kulit perineum dan otot perineum. Jahit menggunakan teknik penjahitan laserasi perineum.

III Robekan yang terjadi mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot
perineum hingga otot sfingter ani
3a: <50% sfingter ani eksterna 3b: >50%
sfingter anieksterna 3c: meliputi sfingter ani
interna

IV Mengenai mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot sfingter ani sampai ke
dinding depan rektum. Penolong asuhan persalinan normal tidak dibekali keterampilan
untuk reparasi laserasi perineum derajat tiga atau empat. Segera rujuk ke fasilitas rujukan
Penanganan
• Periksa dengan seksama, → perbaiki robekan pada serviks atau vagina
dan perineum.
• Prinsip-prinsip penjahitan robekan jalan lahir: buat simpul 1cm di atas
ujung luka, aproksimasi (hanya mendekatkan jaringan yang robek),
lapis demi lapis dan tidak ada ruang kosong atau ruang rugi.
Sisa placenta
• Sewaktu suatu bagian dari plasenta, satu atau lebih lobus tertinggal,
maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif. Mungkin saja
tidak terjadi perdarahan dengan adanya sisa plasenta.
• Tanda-tanda – Plasenta atau sebagian selaput tidak lengkap. –
Perdarahan segera. – Uterus berkontraksi tetapi tinggi uterus tidak
berkurang.
penanganan
• Eksplorasi manual uterus menggunakan teknik yang serupa dengan
teknik yang digunakan untuk plasenta manual, kecuali porsio telah
menutup, dilakukan eksplorasi secara digital.
• Raba bagian dalam uterus untuk mencari sisa plasenta.
• Keluarkan sisa plasenta dengan tangan, cunam ovum, atau kuret besar.
Inversio uteri
• Pada inversio uteri, bagian atas uterus memasuki kavum uteri,
sehingga fundus uteri sebelah dalam menonjol kedalam kavum uteri.
• Peristiwa ini terjadi tiba-tiba dalam kala III atau segera setelah
plasenta keluar.
• Inversio uteri dapat dibagi :
• Fundus uteri menonjol kedalam kavum uteri tetapi belum keluar dari ruang
tersebut.
• Korpus uteri yang terbalik sudah masuk kedalam vagina.
• Uterus dengan vagina semuanya terbalik, untuk sebagian besar terletak diluar
vagina.
• Menyebabkan keadaan gawat dengan angka kematian tinggi ( 15 – 70 % ).
• Diagnosis:
• Syok karena kesakitan
• Perdarahan banyak bergumpal
• Di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yg masih
melekat
• Pemeriksaan dalam dapat menunjukkan tumor yang lunak diatas servix uteri atau
dalam vagina
• Reposisi secepat mungkin memberi harapan yang terbaik untuk keselamatan penderita.
Penanganan
• Reposisi segera
• Jika ibu sangat kesakitan → analgetik petidin 1 mg/kgBB IM atau IV secara
perlahan, atau berikan morfin 0,1 mg/kgBB atau dengan anestesi umum.
• Tangan seluruhnya dimasukkan ke dalam vagina → jari-jari tangan
dimasukkan ke dalam kavum uteri melalui serviks .
• Telapak tangan menekan korpus → terus menerus ke arah atas agak ke
depan (kranioanterior) sampai korpus uteri melewati serviks uteri dan
inversio ditiadakan.
• → Suntikan 0,2 mg ergometrin IV → dengan oksitosin drip.
• Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal.
Ruptur uteri

Spontan Traumatik Pada parut uterus


• Persalinan tidak maju • Karena jatuh, • Paling sering pada
karena ada kecelakaan seperti parut bekas seksio
hambatan, panggul tabrakan, dan sesaria
sempit (CPD), sebagainya
hidrosefalus, janin • Jarang terjadi karena
dalam letak lintang otot uterus cukup
tahan terhadap
trauma dari luar
Gejala dan tanda
• Gelisah.
• Pernafasan dan nadi cepat.
• Nyeri dirasakan terus-menerus diperut bawah.
• Segmen bawah uterus tegang, nyeri pada perabaan
• Lingkaran retraksi (bandl) tinggi sampai mendekati pusat.
• Ligamentum rotundum tegang.
pencegahan
• Pimpinan persalinan → dengan standar dan kompetensi, khususnya
pada persalinan dengan kemungkinan distosia, dan pada persalinan
wanita yang pernah mengalami seksio sesaria atau pembedahan lain
pada uterus.
• Pada persalinan dengan kemungkinan distosia perlu diamati →
regangan segmen bawah uterus
koagulopati
• Dapat dipicu oleh solusio plasenta, kematian janin dalam rahim
(KJDR), preeklampsia/eklampsia, dan emboli air ketuban.
• Gambaran klinisnya bervariasi → perdarahan hebat, dengan atau
tanpa komplikasi trombosis → keadaan klinis yang stabil yang hanya
terdeteksi oleh tes laboratorium.
• Pada kasus kehilangan darah yang akut, perkembangan menuju
koagulopati dapat dicegah jika volume darah dipulihkan → cairan
infus (ringer laktat atau NaCl).
penanganan
• Laparotomi.
• Janin dikeluarkan dahulu, dengan atau tanpa pembukaan uterus.
• Jika ujung ruptura uterus tidak nekrosis, dan uterus dapat diperbaiki,
→ histerorafi.
• Jika uterus tidak dapat diperbaiki → histerektomi supravaginal atau
histerektomi total jika didapatkan robekan sampai serviks atau vagina.
penanganan
• Tangani kemungkinan penyebab kegagalan pembekuan ini : solusio
plasenta, KJDR, eklampsia.
• Gunakan produk darah untuk mengontrol perdarahan.
• Berikan darah lengkap segar, → menggantikan faktor pembekuan dan sel
darah merah.
• Jika darah lengkap segar tidak tersedia, pilih salah satu di bawah ini
berdasarkan ketersediaannya :
 Plasma beku segar → menggantikan faktor pembekuan.
 Sel darah merah packed (yang tersedimentasi) → penggantian sel darah merah.
 Kriopresipitat → penggantian fibrinogen.
 Konsentrasi trombosit
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai