Anda di halaman 1dari 42

Case Report:

Retardasi Mental
Preceptor:
dr. Tendry Septa, Sp. KJ (K)
dr. Cahyaningsih Fibri Rokhmani, M.Kes., Sp. KJ
dr. High Boy Kalmulrubog Hutasoit, Sp. KJ
Oleh:
Dinda Afifa
Enjelina
Fikri Muhammad R. P.
Heidy Putri Gumandang

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Jiwa


Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung
Universitas Lampung
2022
Identitas Pasien
Nama : An. SS
Usia : 12 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Suku : Jawa
Agama : Islam
No. RM : 05xxxx

Pemeriksaan:
Alloanamnesis dan autoanamnesis di Ruang Poli RS Jiwa
Provinsi Lampung pada tanggal 07 Januari 2022.
Alloanamnesis melalui telepon pada tanggal 12 Januari 2022.
1
Wawancara Psikiatri
Anamnesis Psikiatri
Keluhan Utama
Kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah sejak 2 tahun yang
lalu.

Riwayat Penyakit Sekarang

● Pasien datang ditemani oleh kakak kandung laki-laki pasien


ke Poli Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Lampung pada 07
Januari 2022 atas rujukan RSUD Abdul Moeloek.
● Pasien sudah dilakukan pemeriksaan CT-Scan dan EEG atas
keluhan kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah, kemudian
pasien disarankan untuk melakukan tes IQ di RSJ.
Riwayat Penyakit Sekarang

● Kakak pasien mengatakan pasien memang lebih lambat dibandingkan


teman-temannya dalam memahami pelajaran di sekolah. Saat ini pasien
semakin kesulitan untuk memahami pelajaran di sekolah sehingga nilai-nilai
sekolahnya semakin menurun namun pasien tidak pernah tidak naik kelas.
Hal ini disebabkan karena guru pasien membantu nilai pasien agar naik
kelas.

● Menurut ibu pasien, pasien baru dapat menulis dan membaca dengan
mengeja secara perlahan saat kelas IV SD. Selama proses pembelajaran
daring (mengerjakan tugas maupun ujian), pasien didampingi oleh ibu
pasien dan pasien sulit untuk memahami materi pelajaran.
Riwayat Penyakit Sekarang

● Pasien mengatakan bahwa ia merasa guru di sekolah menjelaskan terlalu


cepat dan pasien tidak dapat mengimbangi kecepatan belajar teman-
temannya. Pasien mengatakan setiap kali memiliki pekerjaan rumah dari
sekolah selalu dikerjakan oleh ibu pasien. Pasien juga mengatakan bahwa
pasien tidak dapat mengerjakan soal ujian yang diadakan di sekolahnya.

● Pasien juga kesulitan untuk memahami pembicaraan dan seringkali harus


diulang.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Medis Umum
Pasien memiliki riwayat kejang berulang tanpa demam saat usia 1 tahun
dengan frekuensi kejang dapat 2-3 kali per minggu dan berobat ke bidan
kemudian setelah 3 bulan kejang berhenti. Riwayat trauma kepala dan
operasi kepala disangkal

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif


Tidak ada riwayat penggunaan zat psikoaktif.

Riwayat Penyakit Psikiatri


Tidak ada riwayat penyakit psikiatri sebelumnya.
Riwayat Pendidikan
Pasien saat ini duduk di kelas V di sekolah dasar umum. Pasien
menyatakan kesulitan dalam hampir semua pelajaran di sekolah
sehingga mendapatkan nilai rendah.

Riwayat Pekerjaan
Pasien tidak bekerja.
Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Pasien
belum menikah. Pasien tinggal satu rumah bersama ibu, ayah, dan
kedua kakaknya. Pasien memiliki tiga kakak laki-laki, kakak
pertama sudah meninggal dunia. Pasien terpaut jarak usia yang jauh
dengan kakak-kakaknya yaitu 10 tahun.

Ayah pasien bekerja sebagai petani dan ibu pasien hanya sebagai
ibu rumah tangga. Dinamisme interaksi antara pasien dengan
saudaranya baik. Menurut kakak pasien, tidak ada riwayat keluarga
yang memiliki gangguan kejiwaan.
Genogram
Riwayat Tumbuh Kembang
● Periode Prenatal dan Perinatal
○ Tidak ada penyulit saat prenatal maupun perinatal. Pasien lahir cukup bulan melahirkan di
dukun dan langsung menangis. ASI Eksklusif selama 2 tahun yang diikuti dengan bubur
bayi.
● Masa Kanak Awal
○ Pasien dapat berjalan pada usia 2 tahun dan dapat merangkai kata pada usia 4 tahun.

● Masa Kanak Pertengahan


○ Riwayat beberapa kali tinggal kelas saat SD disangkal. Pasien baru dapat menulis dan
membaca dengan mengeja secara perlahan saat kelas IV SD.
Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga
Ayah pasien bekerja sebagai petani. Pemasukan keluarga berasal
dari pekerjaan ayah dibantu dengan penghasilan kedua kakak
pasien yang sudah bekerja. Keluarga pasien termasuk dalam
ekonomi menengah.

Situasi Kehidupan Sekarang


Pasien datang ditemani oleh kakak laki-laki kandung dengan
keluhan utama kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah.
Riwayat Psikososial
Riwayat sosial pasien dengan keluarga dan lingkungan
sekitarnya baik. Pasien sering bermain dengan teman-teman di
sekolah dan lingkungan rumahnya namun pasien lebih sering
bermain dengan anak-anak berusia dibawahnya dibandingkan
dengan teman-teman seusianya. Di dalam keluarga, pasien lebih
dekat dengan ibunya.
Riwayat Perjalanan Penyakit Januari 2022
Guru pasien memerhatikan nilai pasien
semakin menurun, pasien lebih banyak
diam di sekolah, dan kesulitan mengikuti
2011 2016 pelajaran. Pasien berobat ke bidan dan
disarankan ke dokter anak di RSUD
Pasien berusia Pasien masuk Abdul Moeloek. Kemudian dokter anak,
2 tahun, baru bangku sekolah merujuk ke psikiater di RSJ Prov.
lancar berjalan. dasar. Lampung untuk dilakukan tes IQ.

2010 2013 2020


07 Januari 2022
Pasien berusia 1 Pasien Pasien kelas IV
Pasien konsultasi
tahun, mengalami berusia 4 SD, baru bisa
setelah dilakukan tes
kejang tanpa demam tahun, baru menulis dan
IQ.
berulang selama 3 bisa berbicara membaca dieja
bulan dan berobat ke merangkai perlahan.
bidan kemudian tidak kata.
muncul kejang lagi.
2
Status Mental
STATUS MENTAL
KESADARAN
PENAMPILAN
01 COMPOS MENTIS
03
Pasien perempuan tampak sesuai usia,
berperawakan kurus, warna kulit sawo
SIKAP TERHADAP PEMERIKSA matang, perawatan diri baik,
Kooperatif. Pasien dapat menjawab berpakaian rapi menggunakan baju
02
pertanyaan, namun jawabannya hanya kaos berwarna pink, jeans berwarna
berupa jawaban singkat dan kebanyakan biru tua, dan memakai sepatu.
pasien tidak mengetahui.
PERILAKU DAN AKTIVITAS
PSIKOMOTOR
04
Selama wawancara, pasien menjawab sebagian besar
pertanyaan bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.
STATUS MENTAL
PEMBICARAAN
Pasien berbicara lambat, intonasi
01 GANGGUAN PERSEPSI
sedang, volume cukup, kuantitas
03 Tidak terdapat halusinasi,
kurang, kualitas kurang, amplitudo
baik, artikulasi jelas. delusi, derealisasi dan
depersonalisasi.

SUASANA PERASAAN
02 Mood. : Eutimia
Afek : Luas
Keserasian: Mood dan afek
serasi
STATUS MENTAL
BENTUK PIKIR
01
Bentuk pikiran realistis 03 ARUS PIKIR

Arus pikir pasien lancar


PRODUKTIVITAS PIKIR

02 Produktivitas pikir pasien ISI PIKIR


berpikir lambat 04
Tidak terdapat waham
SENSORIUM DAN KOGNISI
• Orientasi
tempat, waktu, situasi kurang baik, tetapi orientasi orang baik.

• Daya Ingat
a. Jangka segera :pasien kesulitan mengingat benda-benda yang diminta
pemeriksa untuk diingat.
b. Jangka pendek : pasien mengingat sarapan yang dikonsumsi sebelum ke Rumah
Sakit.
c. Jangka Panjang : Pasien mengatakan tidak ingat kejadian saat masa pra-TK,
PAUD, TK.
• Konsentrasi
Pasien kurang memperhatikan apa yang ditanyakan oleh pemeriksa, pasien dapat
melakukan perintah verbal sederhana namun perintah tertulis tidak

• Perhitungan
Pasien kesulitan dalam urusan hitung-menghitung

• Tingkat Pengetahuan
Pasien kesulitan dalam pelajaran kelas 3 SD keatas

• Pikiran Abstrak
Pasien belum mampu berpikir secara abstrak
DAYA NILAI
DAYA NILAI SOSIAL
01
Sulit Dievaluasi 03 TILIKAN

Tilikan derajat 1
UJI DAYA NILAI

02 TARAF DAPAT DIPERCAYA


Sulit Dievaluasi
04
Kesan dapat dipercaya
3
Pemeriksaan Diagnostik
Lebih Lanjut
Tanda-tanda Vital
Keadaan umum baik. Tanda-tanda vital dalam batas normal.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan thorax, abdomen, ekstremitas superior dan inferior
dalam batas normal.

Status Internus
Fungsi pernafasan, kardiovaskular, gastrointestinal, dan anggota
gerak dalam batas normal.
Status Neurologis
Tidak dilakukan pemeriksaan.

Laboratorium
Tidak dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan Penunjang Lainnya
Pemeriksaan psikologis (06 Januari 2022) didapatkan gambaran fungsi
intelektual:
1. Skala binet: IQ 49. Kapasitas kecerdasan berfungsi setara dengan anak
usia 5 tahun 2 bulan.
2. Kemampuan numerik kurang.
3. Kemampuan analisa sangat kurang.
4. Kemampuan memecahkan masalah secara verbal sangat kurang.
5. Kemampuan logika sangat-sangat kurang.
6. Daya tangkap sangat kurang.
7. Belum memahami konsep waktu.
8. Motorik halus belum berkembang sesuai dengan tingkat usianya.
4
Ikhtisar Penemuan Bermakna
Identitas Anamnesis
● An. SA, usia 12 tahun, beragama Islam, suku ● Pasien datang ditemani oleh kakak kandung
Jawa, belum menikah, kelas V SD, tinggal di laki-laki pasien ke Poli Rumah Sakit Jiwa
Lampung Selatan. (RSJ) Provinsi Lampung pada 07 Januari 2022
atas rujukan RSUD Abdul Moeloek.
● Pasien sudah dilakukan pemeriksaan CT-Scan
dan EEG atas keluhan kesulitan mengikuti
pelajaran di sekolah, kemudian pasien
Keluhan Utama disarankan untuk melakukan tes IQ di RSJ.
● Kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah sejak ● Menurut ibu pasien, pasien baru dapat menulis
2 tahun yang lalu. dan membaca dengan mengeja secara perlahan
saat kelas IV SD.
● Pasien juga kesulitan untuk memahami
pembicaraan dan seringkali harus diulang.
● Selama proses pembelajaran daring
(mengerjakan tugas maupun ujian), pasien
didampingi oleh ibu pasien dan pasien tidak
kesulitan untuk memusatkan perhatiannya
namun sulit untuk memahami materi
pelajaran.
Berdasarkan pemeriksaan status mental didapatkan
perempuan sesuai usia, berperawakan kurus, warna kulit sawo
matang, perawatan diri baik, berpakaian rapi. Selama
wawancara pasien menunjukkan sikap kooperatif dan dapat
diarahkan

Pasien berbicara dengan bahasa indonesia, lambat, intonasi sedang,


volume cukup, kuantitas kurang, kualitas kurang, amplitudo baik,
artikulasi jelas.

Pasien memiliki orientasi tempat, waktu, situasi kurang baik, daya


ingat segera dan jangka panjang buruk, konsentrasi dan perhatian
buruk, pikiran abstrak dan intelegensi buruk. Uji daya nilai
pasien terganggu. Pasien tidak merasa dirinya sakit. Kesan
dapat dipercaya
5
Formulasi Diagnosis
Diagnosis Multiaksial

● Aksis I : Gangguan kognitif ringan (F06.7)


● Aksis II : Retardasi mental sedang (F.71)
● Aksis III : Tidak ada diagnosis
● Aksis IV : Masalah pendidikan
● Aksis V : GAF 70 – 61
Diagnosis Banding

● Retardasi mental ringan (F.70)


● Retardasi mental berat (F.72)
● Retardasi mental sangat berat (F.73)
● Gangguan belajar khas (F.81)

Prognosis
● Quo ad vitam : Bonam
● Quo ad functionam : Dubia ad bonam
● Quo ad sanationam : Dubia ad bonam
6
Rencana Terapi
Tatalaksana

Psikoterapi
- Menyediakan pendidikan yang sesuai, menyekolahkan pasien
di Sekolah Luar Biasa (SLB).
- Memberikan pelatihan keterampilan adaptif, pelatihan
keterampilan sosial, dan pelatihan kejuruan sebagai upaya
memperbaiki kualitas hidup.
7
Diskusi
Pada An. SS didapatkan:
● Adanya produktivitas pikir yang abnormal berupa berpikir secara lambat,
gangguan arus pikir berupa hendaya bahasa, serta kemiskinan isi pikir.

● Gangguan sensorium dan kognisi, seperti:


○ Orientasi (orientasi tempat, waktu dan situasi kurang baik, tetapi orientasi
pasien terhadap orang cukup baik),
○ Memori (pasien memiliki kesulitan dalam daya ingat jangka segera seperti
pasien kesulitan mengingat benda-benda yang diminta pemeriksa untuk
diingat dan jangka panjang seperti pasien mengatakan tidak ingat kejadian
saat masa pra-TK, PAUD, TK)

○ Konsentrasi (pasien kurang memperhatikan apa yang ditanyakan oleh


pemeriksa), pasien kesulitan membaca dan menulis, dan pasien belum bisa
berpikir secara abstrak.
Berdasarkan hasil alloanamnesis, autoanamnesis, pemeriksaan fisik umum, dan status
psikatrikus, kami menegakkan diagnosis aksis I pasien ini adalah Gangguan Kognitif
Ringan (F06.7).

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)-III sebagai berikut:


F06.7 Gangguan Kognitif Ringan:
● Gambaran utamanya adalah turunnya penampilan kognitif (termasuk hendaya
daya ingat, daya belajar, sulit berkonsentrasi, tidak sampai memenuhi diagnosis
demensia (F04) atau delirium (F05.-)
● Gangguan ini dapat mendahulu, menyertai atau mengikuti berbagai macam
gangguan infeksi dan gangguan fisik, baik serebral maupun sistemik.
● Pada pasien ini, terpenuhi kriteria diagnosis yang pertama yaitu adanya penurunan
penampilan kognitif berupa hendaya daya ingat, daya belajar, sulit berkonsentrasi.
penyakit, kerusakan atau disfungsi otak.

● Dari anamnesis psikiatri dan pemeriksaan fisik, didapatkan riwayat kejang tanpa
demam berulang selama 3 bulan. Didapatkan kriteria diagnosis yang kedua yaitu
adanya hubungan waktu antara penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom
belajar setelah terjadi kejang terjadi keterlambatan perkembangan pasien ditandai
dengan pasien baru dapat lancar berjalan saat usia 2 tahun dan dapat berbicara
merangkai kata saat usia 4 tahun.
● Didefinisikan di dalam PPDGJ-III retardasi mental
○ keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan sehingga berpengaruh pada
tingkat kecerdasan secara menyeluruh yaitu kemampuan kognitif, bahasa, dan sosial.
● Pasien diagnosis dengan retardasi mental sedang (F.71)
○ ditemukan hendaya keterampilan dalam masa perkembangan terutama pada pekerjaan sekolah
yang bersifat akademik, yaitu kesulitan dalam memahami materi pembelajaran di sekolah
sehingga nilai-nilai akademis pasien sangat rendah.
○ Pasien dapat mencapai kemampuan bicara untuk keperluan sehari-hari, dapat mandiri secara
penuh dalam merawat dirinya sendiri dan mencapai keterampilan praktis.
○ Selama wawancara, pasien kooperatif dan mampu melakukan kontak mata dengan pemeriksa.
○ Pasien menjawab sebagian besar pertanyaan secara baik namun kurang jelas. Kualitas dan
kuantitas pembicaraan pasien kurang.
○ Pada pasien telah dilakukan pemeriksaan IQ dan didapatkan hasil IQ 49, sehingga termasuk
kedalam retardasi mental sedang (F.71)
● Penatalaksanaan retardasi mental meliputi tiga aspek, yaitu pendekatan yang
berhubungan dengan etiologik, misalnya menetapkan diet secara dini untuk pasien
yang penyebabnya adalah fenilketonuria atau substansi hormon tiroid untuk defisiensi
hormon ini, terapi untuk gangguan fisik dan mental yang menyertai retardasi mental,
serta pendidikan yang sesuai dan rehabilitasi.

● Terdapat empat macam tipe pendidikan untuk retardasi mental, yaitu kelas khusus
sebagai tambahan dari sekolah biasa, sekolah luar biasa C, panti khusus, dan pusat
latihan kerja (sheltered workshop)
Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi mental adalah terutama untuk
menekan gejala-gejala hiperkinetik.
● Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi kognitif.
Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin, fluoksetin kadang-kadang
dipergunakan oleh psikiatri anak.

● Untuk menaikkan kemampuan belajar pada umumnya diberikan tioridazin (melleril),


metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, gamma aminobutyric acid (GABA)

Anda mungkin juga menyukai