Anda di halaman 1dari 25

By Ns.

Imran
 Definisi
 suatu penyakit yang memberikan gambaran
klinis berupa peninggian tekanan bola mata,
penggaung papil saraf optik dengan defek
lapang pandang mata (Sidarta ilyas, 2000)

 sekolompok kelainan mata yang di tandai


dengan peningkatan tekanan intraokuler (Log
barbara, 1996)
 Bertambahnya produksi cairan mata oleh
badan ciliary
 Berkurangnya pengeluaran cairan mata di
daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
 Trauma mata
1. Glukoma primer
-Sudut terbuka
-Sudut tertutup / sempit
2. Glukoma sekunder
3. Glukoma kongenital
4. Glukoma absolut
 Glukoma akut: tekanan intraokuler yang
meningkat mendadak sangat tinggi

 Glukoma kronik: peningkatan tekanan bola


mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan
fungsi mata yang permanen
Faktor etiologi

Obstruksi jaringan trabekuler Peningkatan tekanan


vitreus

Hambatan pengaliran cairan humor aqueus Pergarakan iris


kedepan

Nyeri TIO meningkat Glukoma TIO


meningkat

Gangguan saraf optik


Tindakan operasi

Gangguan persepsi perubahan penglihatan anxietas


kurang
sensori penglihatan perifer pengetahuan

kebutaan
1. Pengkajian
• aktivitas / istirahat
• Makanan / cairan
• Neurosensori
• Nyeri / kenyamanan
2. Pemeriksaan diagnostik
• Tes ketajaman penglihatan
• Lapang penglihatan
• Pengukuran tonografi
• Pengukuran goniosskopi
• Tes provokatif
• Pemeriksaan oftalmoskopi
• Darah lengkap
• Kolesterol serum dan pemeriksaan lipid
• Tes GDS
 Nyeri b/d peningkatan tekanan intra okuler
yang ditandai dengan mual dan muntah
intervensinya :
- kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri
- kaji skala nyeri
- anjurkan istirahat di tempat tidur
- hindari mual dan muntah karena akan
meningkatkan tekanan intra okuler
 Gangguan persepsi sensori : penglihatan b/d
gangguan penerimaan ; gangguan status organ
ditandai dengan kehilangan lapang pandang
intervensinya :
- kaji derajat / tipe kehilangan penglihatan
- lakukan tindakan untuk membantu klien
menangani keterbatasan penglihatan
- kolaborasi obat sesuai indikasi
 Ansietas b /d faktor psikologis, perubahan status
kesehatan
- kaji tingkat ansietas
- berikan informasi yang akurat
- identifikasi sumber / orang yang menolong
OTITIS MEDIA
Pengertian
 Otitis media adalah peradangan sebagian atau
seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius,
antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
 Gangguan telinga yang paling sering adalah infeksi
eksterna dan media. Sering terjadi pada anak-anak
dan juga pada orang dewasa (Soepardi, 1998).
 Otitis media akut (OMA) adalah peradangan akut
sebagian atau seluruh periosteum telinga tengah
(Kapita selekta kedokteran, 1999).
 Streptococcus.
 Stapilococcus.
 Diplococcus pneumonie
 Hemopilus influens
 Gram Positif : S. Pyogenes, S. Albus.
 Gram Negatif : Proteus spp, Psedomonas spp, E.
Coli.
 Kuman anaerob : Alergi, diabetes melitus, TBC
paru.
 Otitis media akut serosa
 Nyeri pada telinga
 Terjadi kemerahan & penebalan membran timpani
 Suhu tinggi pada bayi
 Otitis media purulenta
 Perasaan penuh pada telinga
 Deman
 Malaise
 Nyeri kepala
 Anoreksia
 Mual dan muntah
Umumnya otitis media dari nasofaring yang kemudian
mengenai telinga tengah, kecuali pada kasus yang
relatif jarang, yang mendapatkan infeksi bakteri yang
membocorkan membran timpani. Stadium awal
komplikasi ini dimulai dengan hiperemi dan edema pada
mukosa tuba eusthacius bagian faring, yang kemudian
lumennya dipersempit oleh hiperplasi limfoid pada
submukosa.
Gangguan ventilasi telinga tengah ini disertai oleh
terkumpulnya cairan eksudat dan transudat dalam
telinga tengah, akibatnya telinga tengah menjadi sangat
rentan terhadap infeksi bakteri yang datang langsung
dari nasofaring. Selanjutnya faktor ketahanan tubuh
pejamu dan virulensi bakteri akan menentukan
progresivitas penyakit.
 Mastoiditis
 Menginitis otogenik
 Abses otak
Pemeriksaan Penunjang
 Otoskop pneumatik untuk melihat membran
timpani yang penuh, bengkak dan tidak tembus
cahaya dengan kerusakan mogilitas.
 
 Kultur cairan melalui mambran timpani yang
pecah untuk mengetahui organisme penyebab.
Asuhan Keperawatan Pasien Otitis Media Akut (OMA)

Pengkajian :
 Sakit telinga/nyeri
 Penurunan/tak ada ketajaman pendengaran pada satu atau kedua telinga
 Tinitus
 Perasaan penuh pada telinga
 Suara bergema dari suara sendiri
 Bunyi “letupan” sewaktu menguap atau menelan
 Pusing, gatal pada telinga
 Penggunaan minyak, kapas lidi, peniti untuk membersihkan telinga
 Penggunanaan obat (streptomisin, salisilat, kuirin, gentamisin)
 Tanda-tanda vital (suhu bisa sampai 40 C), demam
 Kemampuan membaca bibir atau memakai bahasa isyarat
 Toleransi terhadap bunyi-bunyian keras
 Tipe warna dan jumlah cairan (Cairan telinga; hitam, kemerahan, jernih,
kuning)
 Dengan otoskop : tuba eustacius bengkak, merah, suram
 Adanya riwayat infeksi telinga sebelumnya atau alergi
Diagnosa Keperawatan

 Nyeri berhubungan dengan proses peradangan pada


telinga
 
 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pengobatan

 Resiko tinggi injury berhubungan dengan penurunan


persepsi sensori
Intervensi

 Nyeri
berhubungan dengan proses peradangan
pada telinga

Tujuan :
Nyeri berkurang atau hilang

Intervensi :
 Beri posisi nyaman ; dengan posisi nyaman dapat
mengurangi nyeri.
 Kompres hangat di telinga bagian luar ; untuk mengurangi
nyeri.
 Kompres dingin ; untuk mengurangi tekanan telinga (jika
terjadi edema)
 Kolaborasi pemberian analgetik dan antibiotik
 Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan tidak
adekuatnya pengobatan

Tujuan :
Tidak terjadi tanda-tanda infeksi

Intervensi :
 Kaji tanda-tanda perluasan infeksi, mastoiditis,
vertigo ; untuk mengantisipasi perluasan lebih lanjut.
 Jaga kebersihan pada daerah liang telinga ; untuk
mengurangi pertumbuhan mikroorganisme.
 Hindari mengeluarkan ingus dengan paksa/terlalu keras
(sisi) ; untuk menghindari transfer organisme dari tuba
eustacius ke telinga tengah.
 Kolaborasi pemberian antibiotik.
 Resiko
tinggi injury berhubungan dengan penurunan
persepsi sensori

Tujuan :
Tidak terjadi injury atau perlukaan

Intervensi :
 Fokus intervensi : berikan tindakan pengamanan
 Pegangi anak atau dudukkan anak di pangkuan saat makan ;
meminimalkan anak agar tidak jatuh
 Pasang restrain pada sisi tempat tidur ; meminimalkan agar
anak tidak jatuh.
 Jaga anak saat beraktivitas ; meminimalkan agar anak tidak
jatuh.
 Tempatkan perabot teratur ; meminimalkan agar anak tidak
terluka.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai