Anda di halaman 1dari 21

MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR

BERBASIS WILAYAH
Pada umumnya pola penyakit terdiri dari dua
kelompok,
 Penyakit menular
 Penyakit tidak menular
 Namun secara umum di pahami. Bahwa,
penyakit yang tidak disebabkan oleh
mikroorganisme adalah penyakit tidak menular,
sedangkan penyakit penyebabnya adalah miroba
(misalnya virus dan parasit) adalah penyakit
menular.
Penyakit Tidak Menular : Karakteristik dan Perkembangannya

• Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan masalah yang tengah


berkembang menjadi masalah kesehatan masyarakat.
• PTM sering dikaitkan dengan berbagai faktor risiko seperti pencemaran
lingkungan, akibat penggunaan berbagai bahan kimia toksik yang dipadukan
dengan perilaku life style yang menyebabkan masyarakat tertentu terpajan
pada kondisi lingkungan yang “tidak alamiah”. Secara genetika, hubungan
interaktif antara manusia dengan lingkungannya dapat menimbulkan
perubahan-perubahan struktur genetik yang menyusun hidup.
• menghadapi masalah PTM sering kali lebih mudah melakukan identifikasi
berbagai resiko atau berbagai faktor “yang diduga” menjadi penyebab yang
berperan timbulnya gangguan kesehatan, ketimbang melakukan tata laksana
kasus yang ditimbulkan, oleh sebab itu upaya preventif dan promotif
merupakan upaya yang dinilai lebih efektif dalam pengendalian penyakit
tidak menular. Dengan kata lain, manajemen PTM berbasis wilayah lebih
efektif mengendalikan faktor resiko ketimbang manajemen kasusnya.
Perbedaan utama lain manajemen PTM yang
bersifat preventif, yakni pengendalian pada
sumber penyakit sering kali merupakan
kewenangan sektor lain.
Contoh : Sumber pencemaran industri tentu
merupakan kewenangan perindustrian dan Dinas
Lingkungan Hidup. PTM menyerang berbagai
kelompok umur, dan sering kali dikaitkan dengan
faktor risko yang berada pada lingkungan tertentu.
• Berbeda dengan penyakit menular, manajemen penyakit tidak
menular dalam perspektif kesehatan masyarakat merupakan upaya
yang sangat sulit dan kompleks. Hal ini disebabkan karena :
a. Perkembangan penyakit scara umum biasanya berjalan lambat dan
memerlukan waktu yang panjang, agar dapat diketahui secara klinik,
laboratorik maupun teknologi diagnotik lainnya.
b. Tidak adanya atau kurang adanya hubungan kerja sama antara
rumah sakit dengan Dinas Kesehatan wilayah setempat, terutama
dalam hal kerja sama informasi faktor risiko, pencatatan dan kasus.
c. Untuk tata laksana kasus memerlukan alat bantu diagnostik
berteknologi tinggi dan mahal.
d. Sering kali tidak ada atau belum ada obatnya.
e. Sering kali menimbulkan kerusakan organ tubuh secara irreversible.
f. Pengendalian faktor risiko PTM, bersifat lintas sektor dan
memerlukan kemitraan berbagai tingkat masyarakat.
g. Kadang pengendalian faktor risiko memerlukan keputusan politik
tingkat tinggi bahkan tingkat dunia.
Manajemen PTN umumnya sama seperti
halnya Penyakit menular, yakni tata laksana
kasus dan tata laksana faktor risiko atau
upaya-upaya kesehatan masyarakat.
Perbedaanya, penyakit menular sumber
penyakit adalah penderita penyakit menular
itu sendiri, sedangkan sumber penyakit tidak
menular adalah kegiatan industri, kegiatan
rumah tangga, serta proses lain yang
mengemisikan bahan-bahan pencemar atau
yang tidak ramah lingkungan.
Secara umum dikenal dua macam pendekatan :
a. Retrospektif, yakni “ berangkat” dari adanya kasus-kasus PTM. Kemudian
melakukan telaah secara retrospektif, mencari sebab-sebab atau risiko penyakit
yang berperan.
b. Prospektif, yakni “berangkat” atau mulai dari suatu faktor risiko yang sudah
dikenal. Kemudian melakukan upaya observasi secara prospektif atau upaya
prediktif terhadap kemungkinan penyakit atau gangguan kesehatan yang
ditimbulkannya.
Pengkelompokan PTM (menurut WHO, 1983; ATSDR, 2009)
1. Kanker berbagai jenis dan penyebabnya
2. Kardiovaskular dan sistem pernafasan
3. kelainan endokrin dan gangguan metabolisme
4. Sistem Saraf dan pancaindra
5. Hemopoetik
6. Muskuloskeletal dan pertumbuhan
7. berbagai ganguan penyakit kulit
8. gangguan reproduksi
9.organ penting seperti ginjal, gastrointestinal tract, liver dan lain-lain
10. Rudapaksa dan kecelakaan
11. Gangguan psikiatrik
Langkah-langkah Umum Manajemen PTM berbasis Wilayah
a. Penentuan wilayah kerja.
b. Penentuan Kasus Penyakit Tidak Menular dan atau Faktor Risiko yang menjadi prioritas
wilayah.
c. Gambarkan ke dalam model yang menggambarkan proses kejadian penyakit beserta
seluruh faktor risiko yang diduga berperan.
d. Susun kegiatan pengendalian tiap simpul berdasar model tersebut di atas.
e. Apabila dilaksanakan pada wilayah kabupaten, maka diperlukan perencaan untuk
rancangan kegiatan tersebut.
f. Audit Manajemen Penyakit tidak menular dilakukan baik untuk manajemen kasus atau
manajemen faktor resiko.

Pendekatan Kesehatan Masyarakat harus memiliki beberapa ciri atau prinsip-prinsip :


g. Fokus perhatian adalah masyarakat atau penduduk secara keseluruhan, bukan
kelompok per kelompok apalagi orang per orang.
h. Adanya keterlibatanmasyarakat atau community involvement atau community organiza-
tion dalam mencapai berbagai tujuan dan sasaran kegiatan yang ditetapkan.
i. Berorientasi pencegahan.
j. Pengendalian pada sumber penyakit merupakan cara terbaik.
k. Ilmu dan metode kesehatan msyarakat, juga mengutamakan kerja sama lintas sektor
dan kemitraan.
l. Terorganisir dan terencana.
Startegi Umum Pengendalian PTM berbasis wilayah
1. Pencatatan dan pelaporan kasus harus dilakukan dengan baik, lengkap dengan alamat,
konfirmasi diagnostik, serta kemungkinan faktor risiko lainnya.
2. Pertemuan lintas sektor lembaga swadaya masyarakat untuk membahas temuan
informasi hasil analisis surveilans perlu dilakukan sekaligus untuk menggalang kemitraan
dalam penanggulangan penyakit menular tertentu.
3. Evaluasi dan monitoring.
4. Strategi Surveilans PTM : mengingat upaya intervensi di Indonesia dilakukan banyak
institusi di berbagai tingkat dengan jenis surveilans yang berlainan dan kapasitas yang
berbeda.
5. Strategi promosi dan pencegahan PTM.
6. Pemilihan metode partisipatif dalam pengendalian faktor risiko (community
organization).
7. Kerjasama antar wilayah daerah otonom mengingat penyakit khususnya berbagai faktor
risiko bersifat lintas wilayah administratif.
• Manajemen Penyakit Kanker berbasis wilayah
Kanker adalah sebuah proses pertumbuhan sel-sel organ
tertentu yang tidak terkendali. Pertumbuhan sel-sel
tersebut disebut sebagai kanker. Kalau memenuhi empat
karakteristik :
a. Clonality; berasal dari sebuah sel punca dan kemudian
membelah dan membentuk sel serupa kemudian
membentuk sekelompok sel ganas.
b. b. Otonomi; tidak bisa lagi dikendalikan sistem
biokimia secara normal
c. Anaplasia, tidak ada lagi diferensiasi sel secara
normal.
d. Metastasis, menyebar ke bagian tubuh lain.
Komponen lingkungan seperti udara, pangan, maupun air dikatakan memiliki
potensi membahayakan kesehatan, apabila di dalamnya mengandung satu atau
lebih agents penyakit. Agent penyakit termasuk :
a. Kelompok mikro organisme : virus, parasit, jamur dan bakteri.
b. Kelompok bahan kimia toksik : pestisida, CO
c. Kelompok Fisik : radiasi, ultraviolet.
beberapa bahan karsinogen telah diketahui. Kemudian untuk mengetahui aman
tidaknya, ditetapkan baku mutu lingkungan atau standar kesehatan. Demikian
juga berlaku untuk udara dan pangan. Upaya pengendalian kanker lebih efektif
dengan cara mempelajari berbagai faktor risiko lingkungan yang memiliki potensi
membahayakan yang dapat menimbulkan kanker.

upaya identifikasi faktor risiko harus pula memasukkan kondisi geografis, kondisi
lingkungan alamiah, bagaimana komponen lingkungan tersebut berinteraksi
dengan masyarakat, termasuk didalamnya mempelajari faktor perilaku (hobi,
pekerjaan) serta mencari bagaimana upaya pencegahan. Pencegahan termasuk
pencegahan awal (preventif promotif) serta tahap kuratif, yakni mencegah agar
penderita tidak jatuh sakit lebih parah. Komponen lingkungan meliputi air, udara,
pangan dan manusia itu sendiri. Kemudian bahan-bahan tertentu sebagai
pemicu timbulnya kanker.
Patogenesis Kejadian Kanker
 80 – 90 % kanker berhubungan atau disebabkan karena faktor lingkungan.
Berbagai bahan atau kekuatan unsur bahan kimia, seperti
radiasi,arsenicals, dll memiliki potensi bahaya timbulnya kanker. Berbagai
agents ini kontak dengan melalui wahana transmisi seperti udara, air atau
pangan hal ini kita kenal sebagai peristiwa pencemaran. Namun juga
memperhitungkan faktor perilaku hidup manusia itu sendiri yang meliputi
pula hobi, kebiasaan, pekerjaan dan sebagainya. Juga termasuk umur,
jenis kelamin, ras merupakan faktor penentu timbulnya kanker.
Ada berbagai ragam bahan karsinogen, umumnya bahan kimia yang dapat
diklasifikasian ke dalam tiga kelompok besar :
a. DNA reactive, misal benzidine, benzene, arsenicals. Bahan karsinogen
tersebut ber-eaksi dan atau merusak DNA sel jaringan yang menimbulkan
kekacauan pembelahan sel
b. Epigenetic, misalnya hormon estrogen, DDT, dan lain-lain. Mekanisme
melalui non-DNA secara umum mengacaukan keseluruhan pembelahan
sel, mitosis
c. Bahan-bahan yang diklasifikasikan kedalam “ bukan” kedua hal diatas.
Pengukuran Besaran Masalah Kanker dalam
Komunitas
kanker di ukur berdasarkan beberapa hal, selain mengukur
keganasan sebagian mengukur magnitude of the problem, dan
sebagian lagi mengukur berbagai faktor risiko yang menyertainya .
Hasil ukuruan dapat digunakan untuk tujuan pencegahan maupun
upaya tersebut preventif dan promotif.
1. Insidensi dan mortalitas.
2. Variasi umur.
3. Variabilits antar wilayah.
4. Gender, umur, suku bangsa, kebiasaan, kesukaan, perilaku dan
lifestyle penduduk dalam sebuah wilayah harus pula di petakan.
5. Kanker dan pekerjaan
Manajemen Kanker berbasis wilayah
Secara filosofis, pengendalian kanker berbasis wilayah dapat
menggunakan pola pikir tahapan simpul 1, 2, 3 dan 4.
upaya pencegahan pada simpul 1 misalnya, berupa pengendalian adanya
agents, dapat dimulai dari sumbernya. Pengendalian pada sumbernya
misalnya menganti bahan yang diduga memiliki potensi bahaya kanker.
upaya pencegahan simpul 2/pada lingkungan sekitar. Dapat dilakukan
dengan cara membersihkan komponen lingkungan yang mengandung
agents penyebab kanker atau bahan-bahan karsinogenik.
upaya pencegahan pada simpul 3. yakni mencegah agar manusia jangan
kontak dengan bahan-bahan karsinogen dengan memberi alat proteksi :
misalnya memberi pakaian pelindung, memberi penyuluhan,
mengkonsumsi health food yang mengandung mikronutrient atau bahkan
pemberian vaksin.
dengan demikian manajemen kanker secara nasional dapat dilakukan
dengan kebijakan komprehensif dari pengendalian bahan, zat, penyebab
yang dapat menimbulkan kanker. identifikasi pula faktor resiko
kependudukan, seperti tempat tinggal, hobi, pekerjaan dll
Penyakit Saluran Pernafasan dan Kardiovaskular
Jantung merupakan organ vital yang berfungsi memompa darah
ke seluruh tubuh untuk menjaga agar organ lain tetap berfungsi.
Faktor risiko penyakit saluran pernafasan dan kardiovaskular :
faktor kegemukan, kebiasaan merokok, konsumsi pangan
tertentu, beberapa faktor lingkungan seperti NOX,
karbonmonoksida, sulfurdioksida, manganese aerosol dll,
Penyakit kardiovaskular yaitu penyakit yang menyangkut
jantung itu sendiri dan penyakit-penyakit pembuluh darah
beberapa penyakit yang termasuk kelompok penyakit
kardiovaskular : penyakit jantung iskemik, kelainan katup
jantung, myocardial infarct, hipertensi, penyakit aorta,
arteriosklerotik, kelainan pembuluh darah tungkai, dsb.
• sistem pernafasan manusia diibaratkan sebagai organ tubuh yang
terletak didalam namun selalu bersinggungan atau berinteraksi
dengan dunia luar. Udara bersih atau kotor terpaksa masuk ke
dalam paru-paru melalui bronkhus ketika bernapas yang
memerlukan oksigen. Sistem pernafasan sebenarnya sudah
dilengkapi dengan sistem pertahanan tubuh, seperti rambut getar
(cilia), ataupun mekanisme sekresi cairan untuk menangkap
berbagai bahan partikel maupun gas yang tidak dikehendaki.
• Partikel yang dihirup dan menumpuk akan mengganggu fungsi
pernafasan, bahkan beberapa partikel yang menumpuk menjadi
penyakit yang lebih berbahaya misal silikosis dan bysinosis. Paru-
paru dan organ pernafasan lainnya merupakan jalan masuk
berbagai partikel ataupun gas-gas yang dapat menimbulkan
gangguan sistemik lain. Misalnya keracunan karbondioksida,
keracunan timah hitam dan sebagainya.
Pencemaran Udara dan Gangguan Penyakit Pernafasan NonInfeksi
Asma penyakit saluran pernafasan yang ditandai dengan peningkatan respons
tracheobronchial trees (sistem jalan nafas mulai trachea hingga bronkhioli) terhadap
rangsangan bahan atau stimuli, kekuatan atau zat tertentu. Secara fisiologis ditandai
dengan penyempitan jalan napas dan hilang secara spontan dengan atau tanpa
pengobatan. Asma merupakan penyakit yang datang dan hilang silih berganti, episodik,
timbul beberapa saat hingga beberapa jam dan beberapa hari. Penyebab atau faktor
risiko timbulnya asma banyak sekali. Secara umum merupakan kombinasi dari faktor
genetik yang ada pada manusia serta lingkungan. Seseorang dengan riwayat alergi atau
memiliki riwayat keturunan alergi yang ditandai gatal-gatal yang merupakan
presdisposisi timbulnya penyakit asma.
Pencemaran Udara dan Kesehatan
• Apabila menyimpang dari kondisi normal, atau ada jenis
komponen yang berubah konsentrasinya pada waktu dan tempat
tertentu akibatnya timbul dampak yang disebut Pencemaran
udara. Secara normal Proporsi udara kurang lebih 79% Nitrogen,
20 % oksigen, serta sisanya tidak melebihi 1 % yang ditempati
bahan-bahan seperti argon, karbondioksida, karbonmonoksida
dll.

• Faktor yang mempengaruhi pencemaran udara. Arah dan


kecepatan angin, kelembapan, topografi, musim tertentu dan
lokasi. Sedangkan sumber pencemaran udara bisa berasal dari
sumber alamiah seperti gas-gas yang timbul dari kegiatan
gunung berapi, gas pembusukan alam sekitar. Namun sumber
pencemaran terbesar
terutama di kota-kota besar ialah kegiatan manusia yang berturut-turut, disumbang
oleh kendaraan bermotor, kegiatan industri, kegiatan rumah tangga dll.
menurut tempat pencemaran udaranya dapat dikategorikan ke dalam :
a. Indoor air Pollutan, yakni pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah yang
berkaitan dengan kegiatan memasak, merokok,kejadian di tempat perkantoran dll
b. Outdor air pollutan, yakni pencemaran udara yang terjadi di luar, sebagaimana
lazimnya di kawasan perkotaan yang disebabkan kendaraan bermotor dan industri.
Dampak pencemaran udara terhadap kesehatan sangat luas. Secara umum dampak
pencemaran udara dapat diklasifikasikan kedalam dampak :
1. sistemik, yakni dampak yang mengenai hampir semua bagian dan fungsi tubuh
manusia. Misalnya karbondioksida dan timah hitam.
2. gangguan lokal pada organ sistem pernafasan. Gangguan bervariasi namun secara
umum berupa gangguan funsi paru yakni sesak napas, alergi dan iritasi. Contohnya debu
kapas dalam alveoli yang menimbulkan bissinosis.
Metode Pengukuran Faktor Risiko
• salah satu metode untuk mengetahui peran
lingkungan terutama terhadap penyakit
kardiovaskular dan pernapasan adalah metode
kuesioner yang sudah standar. Pendekatan
menggunakan bentuk pertanyaan secara detail
tentang gejala yang dialami, sesuai gejala
penyakit pernapasan dan kardiovaskular
kemudian membandingkan antara kelompok
exposed dengan kelompok masyarakat yang
tidak ter exposed terhadap faktor lingkungan
tertentu.
Namun pada prinsipnya pengetahuan penyakit tidak menular senantiasa
berkembang. Penyakit yang semula tidak menular kemudian hari diketahui
berhubunga dengan mikroba utamanya virus. Manajemen PTM berbasis wilayah
pada dasarnya sama, yakni identifikasi faktor resiko dan pengendalian faktor yang
berperan dalam kejadian penyakit tersebut. Untuk itu, selain diperlukan
community organization dalam penanggulangan faktor risiko tersebut, surveilans
dan kerja sama antara institusi pelayanan kesehatan seperti RS dan Dinas
Kesehatan sangat diperlukan.

Anda mungkin juga menyukai