Anda di halaman 1dari 18

INTERPROFESSIONAL

EDUCATION (IPE)
OLEH
I NYOMAN TRIPAYANA
DEFINISI INTERPROFESSIONAL
EDUCATION
Pendidikan antar profesi terjadi ketika
pelajar/mahasiswa dari 2 atau lebih profesi
belajar bersama tentang, dari dan dengan satu
sama lain untuk mencapai kolaborasi yang
efektif dan memperbaiki outcome kesehatan.
PRINSIP INTERPROFESSIONAL
EDUCATION
1. Work to improve the quality of care / bekerja
untuk mengembangkan kualitas pelayanan
IPL (interprofessional learning)
2. Fokus terhadap kebutuhan pelayanan pasien
dan penyedia layanan
3. Melibatkan pasien dan penyedia layanan
4. Mendukung profesi yang terlibat untuk
belajar dengan, dari, dan mengenai satu
dengan yang lainnya
5. Menghargai integritas dan kontribusi setiap
profesi
6. Mengembangkan praktik di dalam profesi
7. Meningkatkan kepuasan profesi
HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN PROFESI
KESEHATAN DAN KEBUTUHAN PRAKTEK
Dalam gambar di atas terdapat dua faktor yang
memengaruhi kapasitas pembelajar (health
professionals) untuk menjadi praktisi kolaboratif yang
kompeten. Bagan ini menitikberatkan pada faktor micro
(pengajaran) , meso (institusional) dan macro (sistemik).
Pembelajar adalah pada pusat dari lingkaran pertama
dan terpengaruh oleh semua faktor yang memengaruhi
kemampuannya untuk mencapai kompetensi yang
dibutuhkan untuk dapat bekerja secara kolaboratif
dengan healthcare professional lainnya. Lingkaran yang
kedua terdiri atas proses dan faktor yang memengaruhi
outcome pelayanan pada pasien dalam setting praktik
kolaboratif, yang juga dipengaruhi oleh faktor micro,
meso, dan macro.
KOMPETENSI INTI INTERPROFESSIONAL
EDUCATION

Gambar : Domain Utama Kompetensi IPE


Menurut Interprofessional Education
Collaborative pada tahun 2016, terdapat empat
domain utama dari core competency, yakni :

Kompetensi 1 : Bekerja dengan individu atau


profesi lain untuk mempertahankan iklim
saling menghargai dan saling berbagi nilai.
(Values/ethics for Interprofessional Practice)
Kompetensi 2 : Menggunakan pengetahuan
peran individu dan profesi lainnya untuk
mengakses dan mengetahui kebutuhan
kesehatan pasien dan untuk mempromosikan
kesehatan populasi. (Roles/Responsbilities)
Kompetensi 3 : Berkomunikasi dengan pasien, keluarga,
komunitas, dan profesi dalam kesehatan serta bidang
lainnya dengan cara yang responsif dan
bertanggungjawab untuk mendukung pendekatan tim
untuk maintenance serta promosi kesehatan serta
penegahan dan pengobatan dari penyakit.
(Interprofessional Communication)
Kompetensi 4 : Mengaplikasikan nilai-nilai relationship
building dan prinsip dari dinamika tim untuk
melakukan performa secara efektif pada peran yang
berbeda-beda dalam tim untuk perencanaan,
penyampaian, dan pengevaluasian pelayanan pasien
atau populasi dan juga program kesehatan populasi
dan kebijakannya yang aman, pada waktu yang tepat,
efisien, efektif, dan adil. (Teams and Teamwork
TANTANGAN INTERPROFESSIONAL
EDUCATION
Menurut Finch J , dari perspektif universitas,
tantangan yang terlihat dari sistem ‘shared
learning’ dari sebelum tahapan registrasinya
adalah :
1.Badan akreditasi memiliki persyaratan yang
berbeda-beda sehingga sulit untuk
mengintegrasikannya
2.Panjang program studi berbeda-beda
4. Entry level requirement sangat bervariasi
5. Pada banyak kasus, harus ada kooperasi
antara universitas yang berbeda-beda,
karena sedikit sekali institusi memiliki
program studi kedokteran, keperawatan, dan
semua ilmu terapi kesehatan.
6. Terdapat pula masalah dalam mengatur
jadwal/ timetable shared learning ini ,
walaupun dalam satu institusi.
GAMBARAN INTERPROFESSIONAL EDUCATION
SECARA GLOBAL DAN DI INDONESIA
Di Indonesia, delapan organisasi mahasiswa dari
tujuh profesi mendirikan Indonesian Helath
Professions Student Network (HPEQ) pada
pertemuan pertamanya di Jakarta pada tahun 2010
dan hal ini digunakan sebagai forum bagi
mahasiswa untuk menyalurkan aspirasi untuk
pendidikannya, termasuk partisipasi dalam tata
kelola dan perkenalan IPE. Dikutip dari mahasiswa
sendiri, mereka berkata bahwa mereka bukanlah
lagi objek edukasi, melainkan juga merupakan
suatu agen perubahan / agent of change.
FOKUS DAN PERKEMBANGAN INTERPROFESSIONAL
EDUCATION DARI TAHUN KE TAHUN

Menurut Tim Swanwick dalam Understanding


Medical Education : Evidence, Theory, and
Practice, IPE tercatat pertama kali pada tahun
1960. Fokus awalnya adalah kerjasama
interprofesi dalam kesehatan mental dan
pelayanan learning disability, pelayanan
komunitas, dan pelayanan primer. Pada tahun
1970, perhatian lebih tertuju pada proteksi anak
dan paliatif, dan pada tahun 1980 fokus IPE
berhubungan dengan HIV/AIDS.
Pada akhir abad ke-20, ketertarikan IPE
terhadap subjek lainnya menjadi lebih luas lagi,
yakni : maternity care, rehabilitasi, penyakit
kronis, etik, manajemen, hingga bagaimana
caranya memperkirakan kebutuhan untuk
populasi geriatri, dan kekurangan sumber daya
manusia
Sejauh ini, di abad 21, fokus IPE berlanjut dan
termasuk dalam penyakit kronis, berespon
terhadap perubahan sosial dan demografis,
mengembangkan kualitas dan efisiensi dari
pelayanan, termasuk juga pelayanan untuk
vulnerable groups dengan kebutuhan yang
kompleks (seperti anak-anak, populasi geriatri,
orang dengan penyakit mental, orang-orang
berisiko dari domestik violence dan orang-orang
dengan tempat tinggal yang tidak layak atau tuna
wisma).
Dukungan IPE terhadap anak-anak dengan learning
disabilities lebih jarang ditemui, walaupun
sebenarnya hal ini lebih dibutuhkan di abad 21 ini.
Fokus yang lebih baru mencakup patient safety,
disaster planning (yang disetir oleh tingginya
kecemasan terhadap terorisme), profesionalisme,
dan peran health care. Profesi kesehatan utama
sangat merekomendasikan inklusi kesempatan
pembelajaran interprofesi dalam edukasi pre-
registrasi. Pada tahun 2012, US Department of
Health and Human Service mengumumkan
investasi besar dalam mengkoordinasikan pusat
promosi IPE dan collaborative practice
TERIMA KASIH
CONTOH PENERAPAN IPE

https://www.youtube.com/
watch?v=Cu59YoJv1u8

Anda mungkin juga menyukai