Anda di halaman 1dari 6

PEMIKIRAN GUS

BAHA’
DALAM HUKUM
KELUARGA
ISLAM
M . MUNTOHA
Latar Belakang
KH. Bahauddin Nursalim atau biasa dipanggil Gus Baha’ adalah salah satu ulama yang
ramai diperbincangkan dikarenakan pemikirannya yang menganggap bahwa dalam
menjalankan syariat atau hukum Islam tidak ada yang sulit. Menurut beliau syariat tidaklah
sulit, namun manusialah yang mempersulit syariat dengan pandangannya yang tidak
didasarkan dengan ilmu. Penyampaian yang mudah dipahami dan juga gaya yang sederhana
membuat Jamaah Gus Baha’ sangatlah banyak. Beliau sendiri oleh ulama lain sangat
dihormati karena keilmuannya.
Berdasarkan pemikiran gus Baha’ tentang mudahnya menjalankan syariat Islam tersebut
penulis tertarik untuk membahas lebih mendalam dalam artikel ini tentang pemikiran Gus
Baha’ utamanya tentang Hukum Keluarga Islam. Artikel ini dibuat guna memenuhi tugas
mata kuliah “Sejarah Perkembangan Hukum Keluarga Islam”
Rumusan Masalaj

Bagaimana Biografi KH. Bahauddin


01
Nursalim (Gus Baha’)?

Bagaimana Pemikiran KH.


02 Bahauddin Nursalim (Gus Baha’)
dalam Hukum Keluarga?
Biografi Gus Baha’
Gus Baha’ adalah sosok ulama yang viral di new media. Nama aslinya, KH.
Ahmad Bahauddin Nur Salim, putra KH. Nur Salim. Gus Baha’ dilahirkan
pada tanggal 15 Maret 1977 di Narukan, Kec. Kragan, Kabupaten Rembang,
Jawa Tengah. Gus Baha’ adalah putra seorang ulama ahli Al-Qur’an, yakni
KH. Nursalim, dari Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah. KH. Nursalim
adalah murid dari KH. Arwani, Kudus dan KH. Abdullah Salam, Pati, Jawa
Tengah.
Pemikiran Gus Baha’ dalam Hukum Keluarga Islam

 Gus Baha’ memberikan batasan bahwasanya sebagai orang tua tidak seharusnya menuntut hal yang lebih dari
menantunya. Apalagi dalam menjalankan rumah tangganya orang tua tidaklah turut ikut campur lebih mendalam
dengan urusan rumah tangga si anak.
 Kunci sederhana menurut gus baha’ dalam mengarungi biduk rumah tangga yaitu Mula’abah.
 Sehingga dapat ditafsirkan bahwa menikahnya mukmin dan mukminah itu ganjarannya surga. Disini gus Baha’
memaknai surga dalam kehidupan berumah tangga adalah kenikmatan dengan tidak membahas dunia, hutang,
warisan
 Talak dengan niat ini maksudnya adalah pengucapan talak yang memang disertai niat benar-benar ingin
menceraikan istri. Talak dengan niat bisa dikatakan adalah talak yang sesungguhnya atau bisa dikatakan talak
telah jatuh dan implikasinya haram bagi pasangan tersebut untuk melakukan berbagai hal layakya suami istri
 Talak dengan emosi merupakan talak yang keabsahannya masih dipertanyakan. Hal demikian dikarenakan
pengucapan talak dengan lafadz yang mencerminkan ucapan talak namun tidak disertai niat dan keyakinan bahwa
suami ingin bercerai. Implikasi dari pengucapan talak yang seperti itu memiliki risiko yang sangat tinggi. Apabila
si istri menganggap bahwa hal tersebut merupakan talak dan menikah lagi maka pernikahan yang dilakukan istri
ini haram hukumnya
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai