Anda di halaman 1dari 29

PENCEGAHAN DAN PENANGANAN

PENGGUNAAN NAPZA
Oleh:
dr. Kardimin, SpKJ, MKes.

BNNK NGANJUK
2015

1
Pendahuluan
Penggunaan zat psikoaktif Kelainan
kepribadian, ggn
Umur, jenis depresi, ansietas
Masalah global yg dan disf/ keluarga
kelamin, sosek,
m’punyai dimensi luas m’punyai risiko >
etnik, riwayat
dan kompleks besar utk
keluarga
p’yalahgunaan zat
Medis, psikiatrik, psikoaktif,
psikososial

Gangguan
kesehatan, Menurunkan
kecelakaan, produktifitas sosial
bertingkah laku akibat ggn
m’bahayakan diri memori, kognitif,
sendiri, & tertular fenomena & kinerja
penyakit b’bahaya ”gunung es”
spt AIDS &
hepatitis C. 2
Sejarah
P’gunaan zat psikoaktif sejak ribuan thn yll.

Opium Cina, Abad X

P’gunaan zat
psikoaktif sejak
ribuan thn yll.

Arab/ Persia,
Mesopotamia, Cina, Belanda ke Ina
5000- 6000 SM (Jawa, abad XVII)
3
Batasan dan Pengertian
• DEFINISI:
• Zat Psikoaktif: zat/bahan apabila masuk dalam tubuh
b’khasiat m’pengaruhi tubuh terutama susunan saraf pusat
(SSP) akan m’yebabkan perubahan aktivitas mental-
emosional dan perilaku dan seringkali m’yebabkan
ketergantungan.
• Napza (Narkotika, Psikotropika dan Zat adiktif lain).
• Narkoba (Narkotika dan Obat / Bahan barbahaya).
• UU RI No. 35/ 2009 tentang Narkotika : zat atau obat yang
berasal dari tanaman atau bukan tanaman, sintesis, maupun
semi sintesis, m’yebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, m’gurangi sampai m’ghilangkan
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

4
Lanjutan…….
NARKOTIKA
PENGGOLONGAN NARKOTIKA:
1. Golongan I:
Hanya utk kpenting’ p’kembang’ ilmu p’getahuan, potensi sangat
tinggi menimbulkan ketergantungan. (contoh; heroin, kokain,
ganja, putaw).
2. Golongan II:
Utk kpenting’ kes.(medik) sesuai ketentuan yg b’laku, sbg pilihan
t’akhir & dpt digunakan utk p’kembang’ ilmu p’getahuan, potensi
tinggi menimbulkan ketergantungan. (contoh; morfin dan petidin)
3. Golongan III:
Utk kepentingan kes (medik) sesuai ketentuan yang b’laku, &dpt
digunakan utk p’gembangan ilmu p’getahuan, potensi ringan
timbulkan ketergantungan. (contoh; kodein)
5
UU RI No. 35/2009 tentang Psikotropika: zat atau obat, baik alamiah maupun
sintetis, bukan narkotika, b’khasiat psikoaktif melalui pengruh selektif pada
SSP, m’yebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.

• 4 golongan Psikotropika:
• Psikotropika golongan I: amat kuat m’yebabkan ketergantungan
dan tidak digunakan dalam terapi. Contoh MDMA (ekstasi), LSD,
dan STP.
• Psikotropika golongan II: kuat m’yebabkan ketergantungan,
digunakan pada terapi secara terbatas. Contoh : amfetamin,
metamfetamin (sabu), fensiklidin (PCP), dan ritalin.
• Psikotropika golongan III: potensi sedang m’yebabkan
ketergantungan, banyak digunakan dalam terapi. Contoh:
pentobarbital, flunitrazepam.
• Psikotropika golongan IV: potensi ringan m’yebabkan ketergantungan dan
sangat luas digunakan dalam terapi. Contoh: diazepam, klobazam,
fenobarbital, barbital, klorazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam.
(Nipam, pil BK, DUM, MG).

6
Lanjutan…….
TINGKAT PEMAKAIAN ZAT PSIKOAKTIF
-Pemakaian coba-coba (experimental use):
rasa ingin tahu.
-Pemakaian sosial (Social Use):
untuk Tingkatan pemakaian bersenang-
senang.
-Pemakaian situasional (situasional use):
saat m’alami keadaan ttt dgn maksud
m’hilangkan perasaan tsb.
- P’yalahgunaan (abuse):
pemakaian sbg suatu pola
p’gunaan b’sifat patologis.
-Ketergantungan (dependence):
Sdh tjd toleransi & gejala putus zat.

7
Penyebab Penggunaan Zat Psikoaktif
Faktor Predisposisi Faktor Kontribusi Faktor Pencetus

Gangguan Kondisi keluarga yg tdd: Pengaruh teman dan zat


kepribadian (anti Keutuhan keluarga psikoaktif sendiri.
sosial), Kesibukan orang tua
kecemasan dan Hubungan interpersonal
depresi antar keluarga.
(Internal individu) (Lingkungan sosial
dan budaya)

Sosioekonomi dan Positive reinforcing


sosiokultural Easy availibility

8
9
Opiat
Opiat: (IV)
1. morfine- like Heroin, morfin,
opiat agonis oksikodon,
2. opiat antagonis meperidin
3. Parsial agonis
sistem
neurotransmitter
dopaminergik
euforia, perubahan suasana hati,
dan kerja
rasa hangat, m’gantuk, melayang,
noradrenergik
analgesik, mulut kering, rasa gatal di wajah
(terutama di hidung) & flushing.
Pengaruh opiat pada fisik: depresi pernapasan, Over dosis:
kontriksi pupil, kontraksi otot polos Koma,
termasuk sfingter saluran cerna dan kemih, pin point pupil,
konstipasi, perubahan tek.darah, depresi sistem nafas
denyut jantung & suhu tubuh. 10
Ganja
Ganja: (merokok)
1. Kanabidiol (CBD) Tanda intoksikasi khas:
2. Tetrahidrokanabiol Takikardi,
(9THC) Konjungtiva kemerahan
3. Kanabiol (CBN)

Euforia, disorientasi waktu, depersonalisasi,


timbul relaksasi & m’alami keadaan spt mimpi,
jantung berdebar, mata merah,
napsu makan meningkat, mulut kering.
Perilaku maladaptif: dpt mjd pencetus
ggn jiwa (psikosis)
dgn RTA [reality testing ability] daya menilai
realitas terganggu, delusi.
11
Amfetamin
Tanda intoksikasi
takikardi / bradikardi,
dilatasi pupil, perubahan
tekanan darah, m’gigil,
mual, muntah, agitasi
Amfetamin: MAOI lemah psikomotor, kelelahan
(inhalasi, suntik, oral) otot, depresi
- MDMA pernapasan, nyeri dada,
- MDEA kejang hingga koma,
- MMDA peningkatan aktifitas
mental emosional, tdk
- DOM nafsu makan, haus,
tenggorokan spt kering,
mual & kaku rahang.
(rahang berkerut,
Bruxisme).
ggn psikotik, ggn suasana hati,
disfungsi seksual, dan ggn tidur.

12
Kokain
Tanda intoksikasi
takikardi atau bradikardi,
dilatasi pupil, perubahan
tekanan darah, m’gigil,
mual dan muntah,
Kokain: Inhalasi penurunan berat badan,
agitasi psikomotor,
kelemahan otot, depresi
p’napasan, hingga koma.

Euforia, rasa percaya diri, dan


perasaan m’galami peningkatan
kognitif, fisik & mental. Gejala fisik
berupa jantung yg berdebar,
dilatasi pupil, hipertensi, keringat
dingin, mual & muntah.

13
Sedatif- hipnotik
Tanda intoksikasi
Bicara cadel, jalan
s’poyongan, emosi labil,
agresif. Gejala lain yang
dpt muncul hiperaktifitas
Sedatif- hipnotik otonom, b'keringat,
tangan gemetar,
insomnia, mual muntah,
halusinasi V & A, agitasi
psikomotorik,
Emosi labil, mudah t’singgung & kecemasan & kejang.
marah, banyak bicara. Gejala
neurologi berupa bicara cadel,
ggn koordinasi, cara jalan tidak
mantap, gangguan p’hatian / daya
ingat, ggn RTA.

14
Alkohol
Tanda intoksikasi
Alkohol Euforia, disforia dan
agresif

Anxietas, paranoid, halusinasi,


demensia, Wernicke- Korsakoff
syndrome. Gangguan fisik spt
sirosis hepatis, pankreatitis, ulkus
peptikum, gastritis, neuritis perifer,
miopati, gagal jantung, demensia
alkoholik, dll.

15
Halusinogen
Halusinogen
(Oral,inhalasi,suntikan)
LSD (asam lisergik
dietilamid): Meskalin,
Psilosibin

Gejala somatik yg menonjol; pusing, lemah,


tremor, mual dan parestesia.
AbN persepsi yg umum; p’lihatan yg kurang
jelas, distorsi perspektif, halusinasi, penurunan
p’dengaran & perubahan kesadaran thd waktu.
Ggn ingatan, sulit b’pikir/ m’ambil kputusan
Efek psikis yg menonjol; perubahan afek.
Reaksi panik berhubungan dgn kelebihan dosis.
16
Inhalansia
Inhalansia
Toluen, N-Hexane
metilbutil keton,
trikloretilen, triklooretan,
diklormetan, bensin,
butane.

Pada intoksikasi ditemukan


rasa pusing, nistagmus, bicara cadel, tdk mampu
m’pertahankan posisi tubuh, letargi, refleks yg
menurun, retardasi psikomotor, tremor &
kelelahan otot, euforia, stupor hingga koma.

17
18
Penegakan Diagnosis
Autoanamnesis;
- Data ps
- Riwayat pemakaian zat; jenis, kapan, zat yg
dipakai teratur, dosis, frekuensi, cara
p’gunaan, riwayat gejala intoksikasi &
putus zat, jmlh & waktu pemakaian
teratur, alasan pemakaian, keluhan
penderita.
-Tingkat p’yalahgunaan. Alloanamnesis
-Aspek sosiolegal: pendidikan, pekerjaan, Ket. keluarga digunakan sbg
keterlibatan legal & kriminal, keadaan p’banding & pelengkap.
keluarga, aktifitas sosial lainnya. Orangtua & keluarga biasanya
tdk tahu kpn mulai tjd
p’yalahgunaan zat, tp biasanya
m’getahui kpn p’guna
m’perlihatkan perubahan
sikap, perilaku, kebiasaan,
prestasi sekolah & kerja.
19
Lanjutan…….
Tanda pengguna;
Perubahan sikap/ perilaku Tanda pengguna
•Prestasi sekolah
Perubahan fisik
•Bersikap emosional •Gejala saat m’gunakan; apatis,
•Sering berbohong
ngantuk, s’poyongan, cadel.
•Pola tidur berubah •Kelebihan dosis; denyut nadi &
•Kehilangan minat thdp hobi & kegiatan lain yg
detak jantung lambat, kulit
biasanya disenangi. teraba dingin, napas lambat/
•M’hindari p’temuan dgn angg.keluarga.
berhenti, meninggal.
•Sering pergi ke kafe, diskotik, atau pesta. •Sedang ketagihan; mata &
•Sering pulang larut malam atau m’ginap di
hidung b’air, menguap terus,
rumah teman. mual/ muntah, sakit perut, diare,
nyeri otot & tulang, rasa sakit di
slrh tubuh, takut air (shg tidak
mau mandi), depresi (p’guna
amfetamin), kejang (p’guna
alkohol / obat penenang).

20
Lanjutan…….
Tanda pengguna Tanda pengguna
Perubahan fisik Ditemukan narkoba / alat utk
•P’garuh jangka panjang; badan menggunakan.
kurus, penampilan tdk sehat, pucat, •Narkoba; tablet, serbuk, kristal atau
tdk peduli thd kesehatan & lintingan rokok di kantong kemeja/
kebersihan diri, gigi tdk terawat & celana, lipatan baju,dll.
sering ompong, tdp deretan bekas •Alat yang b’hubungan dgn p’gunaan
suntikan pd lengan / bag. tubuh lain NAPZA:
(pd p’guna NAPZA dgn jarum suntik) Botol aqua yg b’lubang di dindingnya,
plastik kecil- kecil, sedotan minuman,
kertas timah bekas bungkus rokok,
bong 9 botol tertutup dgn 2 pipa yg
masuk ke dalam air di dalam botol),
jarum suntik & spuit, sendok bekas
dibakar, korek api yang ujungnya
dibuang, dll.
Ditemukan sdg menjual narkoba.

21
Lanjutan…….
Pemeriksaan Psikiatrik
Ggn jiwa akibat p’yalahgunaan zat
seringkali tdp bersama- sama dgn
Pemeriksaan Fisik ggn jiwa lain (komorbiditas
•Menemukan gejala2 intoksikasi / psikopatologi), yg sering dijumpai ad/
putus zat & komplikasinya, p’hatikan anxietas, depresi, ggn kepribadian
jalan napas, nadi, kesadaran, pupil anti sosial, skizofrenia.
mata, cara b’jalan, sklera ikterik,
konjungtiva anemis, septum nasi
perforasi, gigi bnyk karies, jantung Pemeriksaan Laboratorium
arrithmia, paru edema, hati, lambung Harus utk p’yalahgunaan zat; darah &
m’besar, kulit ekstremitas (needle urine rutin, Elisa, urinalisis kualitatif &
track). kuantitatif). P’ambilan urine tdk lebih
dari 24 jam sejak pemakaian terakhir
& disaksikan petugas laboratorium.
Pemeriksaan penunjang rutin; EKG &
foto thoraks, bila diperlukan dilakukan
EEG & Brain Imaging. 22
Prinsip Terapi Secara Umum
1. Detoksifikasi
2. Pasca detoksifikasi

- Terapi medik- psikiatrik (detoksifikasi, psikofarmaka & psikoterapi)


- Terapi medik- somatik (komplikasi medik)
- Terapi psikososial
- Terapi psikoreligius

- Tanpa diberi terapi apapun (abrupt withdrawal)


- Terapi simptomatik
- Terapi putus opiat secara bertahap
Methadone(agonis), Buphrenorphine(parsial),
- Terapi putus opiat dengan substitusi non-opiat.
Naltrexone(antagonis)

Rapid detoks dgn anestesi


23
Jenis manajemen dalam penanganan
rehabilitasi p’yalahgunaan Napza (Opioid)
3 tahap p’cegahan, yaitu:
a. P’cegahan primer
P’cegahan ini ditujukan pada masyarakat yang belum m’jadi korban atau p’derita.
Tujuannya adalah jangan sampai timbul kasus baru penyalahgunaan opioid. Ada 2
program utama yaitu m’pertinggi kesadaran dan pemahaman masyarakat terhadap
bahaya dan dampak negatif p’yalahgunaan opiod dan memberi p’lindungan spesifik
terhadap kelompok masyarakat yang berisiko tinggi.
b. P’cegahan sekunder
P’cegahan ini ditujukan kepada masyarakat yang sudah terlanjur m’yalahgunakan.
Tujuannya adalah jangan sampai timbul k’gantungan dan m’cegah b’bagai dampak
negatif dan k’plikasi baik fisik, mental dan sosial.
c. P’cegahan tersier
P’cegahan ini ditujukan pada mantan korban p’yalahgunaan maupun keluarganya.
Tujuannya adalah untuk m’cegah jangan sampai m’yalahgunakan lagi dan
melakukan rehabilitasi agar mampu kembali kepada fungsi dan kehidupannya

24
Upaya Pencegahan
a. Prevensi primer, p’cegahan agar orang yg sehat tdk terlibat
p’gunaan zat psikoaktif.
b. Prevensi sekunder, terapi thd yang terlibat p’gunaan zat &
ketergantungan zat psikoaktif.
c. Prevensi tersier, rehabilitasi bagi p’guna stlh m’peroleh terapi.

Primer; p’yuluhan dari sudut pandang psikodinamik, psikososial,


organobiologik.

Sekunder; p’genalan dini thdp pengguna zat psikoaktif.

Tersier; M’berikan suasana kondusif agar p’guna tdk relaps atau


kambuh.

25
Program Rehabilitasi Penyalahgunaan
Opioid/Napza
1. Precontemplation
2. Contemplasi
3. Determination
4. Action
5. Maintance
6. Relaps

1. Rehabilitasi Non- residensial: sistem rawat jalan, nama lain: Program Rawat
Siang, Program Pasca Rawat, Drop in Centre, Narcotics Anonymous ( NA ),
Kelompok Dukungan ( Support Group) dan lain- lain.
2. Rehabilitasi Residensial: sistem rawat inap, periode rawat tergantung pada jenis
programnya, terdiri dari berbagai macam metode, antara lain: Program
Therapeutic Community ( TC ), Program Rahabilitasi berbasis Keagamaan
( Pesantren, Seminar ), Boot Camp ( rehabilitasi dengan penekanan pada
ketahanan fisik dan kedisiplinan ), dan lain- lain.
26
Jenis manajemen dalam penanganan
rehabilitasi penyalahgunaan Napza (Opioid)

1. Out Patient Intensive Program: Keterampilan sosialisasi, edukasi moral, religi


2. Dual Diagnosis Treatment Program: Edukasi manfaat penggunaan obat.
3. Residential Treatment: 1. Hospital Based Program: psikoth/ individu, konseling.
2. Psychiatric Hospital: psikofarmaka,psikoth/ dinamik
analitk
4. Cognitive Behavior Therapy: social learning theories 12-20 sesi
5. Drug Abuse Counseling (DAC): identifikasi kebutuhan spesifik sesaat.
6. Relapse Prevention Training (RPT): Strategi dari RPT terdiri dari 3 kategori berikut:
skill training, cognitive reframing dan lifestyle intervention
7. Cue-exposure Therapy (CE-Therapy): pemaparan alat/ situasi yg m’timbulkan
craving.

27
Jenis manajemen dalam penanganan
rehabilitasi penyalahgunaan Napza (Opioid)

8. Opiate Antagonist Maintenance Treatment Program: rumatan pasca detoks


9. No Smoking Clinic: nicotin patches, nicotin gum, zyban
10. Co-Dependency Therapy: family diseases: terapi kelompok anggota keluarga
11. Harm Reduction Program: azas manfaat.
12. Syringe Exchange Program:
13. Methadone Maintenance Treatment Program
14. Education, Outreach Program and Bleach Kits: Edukasi m’bersihkan jarum suntik
15. Tolerance Areas:
16. Kawasan Bebas Asap Rokok:

28
29

Anda mungkin juga menyukai