Anda di halaman 1dari 34

Pembimbing:

dr Atik Rahmawati, Sp.M

Disusun oleh :
Herlinda Ayu Chalistya
(30101607662)
ABSTRAK
TUJUAN :
Mengevaluasi keamanan dan kemanjuran povidone-iodine (PVP-I) 0,6% / dexamethasone (DEX)
0,1% suspensi mata vs kelompok kontrol pada pasien dengan dugaan klinis konjungtivitis virus akut.
 
METODE :
Randomized controlled study, double-blind. Orang dewasa (132 pasien) dengan diagnosis klinis dugaan
konjungtivitis virus akut di dua pusat medis, meskipun semua pasien terdaftar di satu lokasi di Brasil diacak 1:1
untuk PVP-I/DEX suspensi mata dan kontrol. Evaluasi dilakukan pada kunjungan 1, 3, dan 6. Pasien dengan tanda-
tanda konjungtivitis virus akut pada kunjungan hari ke-6 menerima label terbuka PVP-I/DEX selama lima hari
tambahan dan dievaluasi pada Hari ke 11-14.

HASIL :
Keseluruhan 132 pasien yang diacak (PVP-I/DEX, n=66; kontrol, n=66); 38 pasien melanjutkan ke bagian
penelitian open-label. Pasien dengan konjungtivitis adenoviral yang dikonfirmasi (n=32) yang terdaftar untuk
menilai hasil akhir primer. Tidak ada efek samping pengobatan yang serius dan tidak ada pasien yang dihentikan
karena hal tersebut. Sebanyak 56,1% pasien yang menerima PVP-I/DEX mengalami setidaknya satu TEAE vs 43,9%
pada kelompok kontrol; 78,9%. Kebanyakan efek samping memiliki tingkat keparahan yang ringan.

KESIMPULAN :
Suspensi mata PVP-I/DEX yang diberikan selama 14 hari memiliki profil keamanan yang baik dan efek
samping dapat ditoleransi dengan baik. 
PENDAHULUAN

Adenovirus
Konjungtivitis (40% hingga 75%

PVP-I: antiseptik dengan sifat bakterisida, virucidal,


• Ketidaknyamanan pasien dan fungisida.
• Kehilangan produktivitas DEX: kortikosteroid yang secara rutin digunakan
• Menyebabkan komplikasi seperti infiltrat kornea sebagai suspensi mata topikal pengobatan
subepitel peradangan mata.
• Gangguan penglihatan permanen
Suspensi mata povidone-iodine (PVP-I) 0,6% dan
deksametason (DEX) 0,1%

Terapi terbatas pada terapi suportif


dan tindakan paliatif
BAHAN dan METODE
Study design : Randomized, double-masked, parallel-group, vehicle-controlled study.

Penelitian dilakukan antara Mei 2013 sampai Maret 2014.


Partisipan sebanyak 132 pasien.
Penelitian diselenggarakan pada dua pusat medis, di satu lokasi di Brasil.
Penelitian ini terdiri dari empat kunjungan selama 11–14 hari
Eksklusi
• Hamil atau menyusui
Inklusi • Hipersensitivitas pada material uji
• Tanda klinis keratitis herpes simpleks
• Peradangan mata (uveitis atau iritis) atau infeksi mata
• Pasien yang memenuhi syarat berusia≥18tahun selain konjungtivitis virus akut
dan memiliki ketajaman visual terkoreksi • Peningkatan tekanan intraokular atau mereka yang
kacamata 0,60 logaritma dari sudut resolusi memiliki riwayat glaukoma 21 mmHg.
• Terdapat tanda konjungtivitis virus selama ≤5 • Riwayat sindrom erosi kornea berulang atau dengan
hari sebelum penelitian di setidaknya satu mata keratitis ulseratif aktif, cacat saraf optik yang signifikan
• Diagnosis klinis konjungtivitis adenoviral akut secara klinis
di setidaknya satu mata • Penyakit sistemik yang tidak terkontrol
• Adanya sekret konjungtiva encer serta • Penyakit autoimun.
kemerahan konjungtiva bulbar • Penggunaan lensa kontak
• Perawatan dengan kortikosteroid
Penelitian dilakukan antara Mei 2013
sampai Maret 2014
Pada kunjungan pertama dilakukan Rapid Pathogen Screening, kemudian pada setiap kunjungan dilakukan
pemeriksaan CC-IFA dan PCR

Hasil pemeriksaan :
Kedua kelompok perlakuan secara statistik tidak berbeda satu sama lain dalam status viral pada setiap kunjungan.
Resolusi Klinis

Titik akhir efikasi primer adalah resolusi klinis konjungtivitis virus akut pada kunjungan hari
ke-6. Resolusi klinis didefinisikan sebagai tidak adanya (skor=0) kemerahan pada
konjungtiva bulbi dan sekret konjungtiva berair.

Analisis pada populasi ITT dengan pengamatan terakhir menunjukkan tidak ada perbedaan statistik antara
PVP-I/DEX dan kelompok kontrol pada kunjungan Hari ke-6 (66,1% [39/59] PVP-I/DEX vs 58,9% [ 33/56]
kontrol; P =0,4268).
Sekret berair: 76,3% [ 45/59] PVP-I/DEX vs 62,5% [35/56] kontrol ;P =0,1087
Kemerahan konjungtiva bulbar, 67,8% [40/59] PVP-I/DEX vs 60,7% [34/56] Kontrol ; P =0,4280).
Pada fase ekstensi penelitian (di mana semua pasien menerima label terbuka PVP-I/DEX), 60,0% (9/15)
pasien dalam populasi ITT yang telah menerima PVP-I/ DEX sebelumnya mencapai resolusi klinis dibandingkan
dengan 44,4% (8/18) yang berada dalam kelompok kontrol perbedaan antar kelompok tidak signifikan secara
statistik (P = 0,3733).

Titer Virus

Dalam populasi ini, pada kunjungan Hari ke-6, 12,5% (2/16) pasien dalam kelompok PVP-I/ DEX
mencapai pengurangan 3 poin dari awal dalam titer virus pada mata yang dilakukan penelitian dibandingkan
dengan 17,6% (3/17) pasien dalam kelompok kontrol. Perbedaan itu tidak signifikan secara statistik: P =0,99999
Proporsi pasien dengan infeksi silang, yang didefinisikan sebagai (skor 0,00) dari sekret konjungtiva berair dan
kemerahan konjungtiva bulbar, lebih rendah pada kelompok PVP-I/DEX dibandingkan dengan kelompok
kontrol.
Penyembuhan klinis pada kunjungan Hari ke-6 secara numerik lebih tinggi pada kelompok PVP-I/DEX
(76,3%; 45/59) dibandingkan dengan kelompok kontrol (62,5%; 35/56);
Perbedaan itu tidak signifikan secara statistik (P=0.1087)
Skor klinis global adalah jumlah sekret konjungtiva encer dan kemerahan konjungtiva bulbar,
keduanya dinilai pada skala 0–3. skor yang lebih tinggi menunjukkan keparahan yang lebih besar.
Pasien dengan pengurangan 3 poin dari baseline, Pasien dengan pengurangan ≥50%, Pasien dengan
perbaikan dari awal pemberian PVP-I/DEX.

Hasilnya pada pemberian PVP-I/DEX pada populasi ITT dan mITT, lebih banyak pengurangan tanda klinis
konjungtivitis daripada kelompok kontrol.
(75,0% [15/20] PVP-I/DEX vs 30,0% [6/20] kontrol ; P =0,0044)
Efek Samping

Definisi Efek Samping termasuk kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, kemudian memburuk
setelah pemberian obat penelitian, misalnya, perburukan konjungtivitis virus yang signifikan.
Treatment-emergent AEs (TEAEs) didefinisikan sebagai kejadian yang terjadi atau memburuk setelah dosis
pertama.
(AE; dilaporkan, ditimbulkan, dan diamati), slit-lamp biomicroscopy, dan BSCVA (Best corrected visual activity)
didokumentasikan pada semua kunjungan studi.

Tidak ada efek samping serius atau kematian selama penelitian ini dan tidak ada pasien yang
dihentikan akibat AE. Selain itu, tidak ada pola AE yang menunjukkan toksisitas sistemik atau komplikasi
lokal yang diidentifikasi. Pada fase tersamar penelitian ini, pasien yang menerima PVP-I/DEX, 51,5%
(34/66) melaporkan setidaknya satu TEAE okular dibandingkan dengan 39,4% (26/66) pada kelompok
kontrol; 78,9% (30/38) pasien dalam fase label terbuka mengalami setidaknya satu TEAE okular.
Dua TEAE okular (pengurangan ketajaman visual dan infiltrat kornea) yang dilaporkan oleh 2,6% pasien yang
menerima PVP-I/DEX diklasifikasikan sebagai TEAEs okuler sedang; Tidak ada TEAEs nonokular yang diduga
terkait dengan pengobatan pada kelompok pengobatan PVP-I/DEX selama fase penelitian.
Hanya pusing (ringan dalam tingkat keparahan) yang diduga terkait dengan pengobatan studi
DISKUSI

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengevaluasi keunggulan suspensi mata PVP-I/DEX dibandingkan
dengan air mata buatan (kontrol) untuk resolusi klinis konjungtivitis akut virus. Secara keseluruhan, beberapa
kecenderungan kearah kemanjuran diamati untuk PVP-I/ DEX memiliki profil keamanan yang baik dan
umumnya ditoleransi dengan baik dalam penelitian ini, tanpa TEAE okular serius yang dilaporkan dan tidak ada
pasien yang ditarik dari penelitian karena AE.

Kurang dari seperempat (n=32/132) pasien dalam penelitian ini telah mengkonfirmasi konjungtivitis
adenoviral pada awal dengan CC-IFA atau PCR kuantitatif. Tes RPS AdenoDetectorPlus positif bukan merupakan
kriteria inklusi dalam penelitian ini, merupakan tahapan setelah dilakukannya skrining dengan RPS.

Sebaliknya, dalam uji coba kemanjuran dan keamanan yang dilakukan di India hanya melibatkan pasien RPS-
positif, jumlah pasien yang cukup dengan konjungtivitis adenoviral yang dikonfirmasi didaftarkan (81,8% pasien
secara acak) dan PVP-I/DEX menunjukkan keunggulan statistik dibandingkan kontrol.
Sebagian besar AE dengan hubungan pengobatan dengan PVP-I/ DEX terdiri dari nyeri mata berangsur-
angsur membaik. Semua TEAEs non ocular bersifat ringan adalah sakit kepala dan pusing. Hasil keamanan dan
tolerabilitas dari penelitian ini konsisten dengan hasil dari penelitian yang dilakukan di India.

Konjungtivitis menular adalah kondisi yang menantang secara klinis karena tumpang tindih gejala antara
penyebab bakteri dan virus dan karena tidak ada pengobatan yang mendasar dan paten untuk konjungtivitis virus.

PVP-I/DEX juga tampaknya memiliki manfaat relatif terhadap tingkat infeksi silang, dengan proporsi yang
lebih rendah dari pasien dengan infeksi silang dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Profil keamanan PVP-I/DEX yang diamati dalam penelitian ini tampaknya konsisten dengan profil keamanan PVP-
I /DEX dan tidak ada pola AE yang menunjukkan toksisitas sistemik atau komplikasi lokal yang diidentifikasi.

Secara keseluruhan, tidak ada AE serius yang dilaporkan dan mayoritas TEAEs bersifat okular dengan tingkat kepa
rahannya ringan. Yang penting, tidak ada pasien dalam penelitian ini yang dihentikan karena AE.
Keterbatasan

Keterbatasan potensial dari penelitian ini adalah bahwa penelitian dilakukan di satu negara dan bahwa
serotipe tidak dilakukan, yang dapat membatasi generalisasi hasil. Selain itu, sesuai petunjuk uji RPS
AdenoDetector Plus yang digunakan, sensitivitas uji adalah 84%, sehingga sampel uji negatif yang tidak
selanjutnya diuji dengan PCR kuantitatif atau CC-IFA bisa jadi positif adenovirus atau virus lainnya.

Saran :
Penelitian selanjutnya yang mengevaluasi kemanjuran PVP-I/DEX dapat ditingkatkan dengan cara
memodifikasi kriteria kelayakan penelitian untuk meningkatkan kemungkinan mendaftarkan subjek dengan
konjungtivitis adenoviral yang dikonfirmasi. Ini dapat dicapai dengan menggunakan AdenoPlus® tes sebagai tes
skrining atau kriteria penilaian klinis yang lebih baik. Sebuah penelitiandengan jumlah subjek yang memadai
dengan konjungtivitis adenoviral yang dikonfirmasi oleh kultur akan memungkinkan penilaian kemanjuran yang
kuat.
Kesimpulan

Dosis QID suspensi mata PVP-I 0,6%/DEX 0,1% selama 14 hari umumnya ditoleransi dengan baik,
tanpa TEAE yang tidak terduga dan profil keamanan yang konsisten dengan profil farmakologis PVP-I/DEX
yang diketahui. Secara keseluruhan, beberapa tren kearah kemanjuran diamati untuk PVP-I/DEX, uji coba
diperlukan untuk mengevaluasi lebih lanjut kemanjuran produk ini untuk mengobati konjungtivitis adenoviral.
 
Persetujuan Etika dan Persetujuan yang Diinformasikan

Percobaan ini sesuai dengan prinsip-prinsip Deklarasi Helsinki dan Konferensi Internasional tentang
pedoman Harmonisasi untuk Praktik Klinis yang Baik; itu terdaftar di ClinicalTrials.gov. Informed consent
tertulis diperoleh dari setiap pasien sebelum prosedur terkait penelitian pada Kunjungan 1.
Protokol penelitian dan amandemennya, serta formulir persetujuan, ditinjau dan disetujui oleh Alpha
Independent ReviewBoard (San Clemente, CA, USA) dan dan Comitê de tica emPesquisa da Universidade
Federal de São Paulo (São Paulo, Brasil).
Critical Appraisal
Judul
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)

1 Jumlah kata dalam judul, < 12 kata - (13 kata)

2 Deskripsi Judul Menggambarkan isi utama penelitian


dan tanpa singkatan

3 Daftar penulis sesuai aturan jurnal +

4 Korespondensi penulis +

5 Tempat & waktu penelitian dalam judul +


Abstrak
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)

1 Abstrak 1 paragraf +

2 Mencakup IMRC +

3 Secara keseluruhan informatif +

4 Tanpa singkatan selain yang baku +

5 Kurang dari 250 kata -(265 kata)


Pendahuluan
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)

1 Terdiri dari 2 bagian atau 2 paragraf +

2 Paragraf pertama mengemukakan alasan dilakukan penelitian +

3 Paragraf ke 2 menyatakan hipotesis atau tujuan penelitian +

4 Didukung oleh pustaka yang relevan +

5 Kurang dari 1 halaman +


Bahan dan Metode
No Kriteria Ya(+), Tidak (-)
1 Jenis dan rancangan penelitian +
2 Waktu dan tempat penelitian +

3 Populasi Sumber +
4 Teknik sampling +

5 Kriteria inklusi +
6 Kriteria eksklusi +
7 Perkiraan dan perhitungan besar sempel +
8 Perincian cara penelitian +
9 Blind +
10 Uji Statistik +
11 Program komputer +
12 Persetujuan subjektif +
Hasil

No Kriteria Ya(+), Tidak (-)

1 Jumlah subjek +
2 Tabel karakteristik +

3 Tabel hasil penelitian +

4 Komentar dan pendapat penulis tentang hasil +

5 Tabel analisis data dengan uji +


Diskusi, Kesimpulan, Daftar Pustaka
No Kriteria Ya (+), Tidak (-)
1 Pembahasan dan kesimpulan terpisah +
2 Pembahasan dan kesimpulan dipaparkan dengan jelas +

3 Pembahasan mengacu dari penelitian sebelumnya +

4 Pembahasan sesuai landasan teori +


5 Keterbatasan penelitian +
6 Simpulan utama +
7 Simpulan berdasarkan penelitian +
8 Saran penelitian +
9 Penulisan daftar pustaka sesuai aturan +
VALIDITAS INTERNA HUBUNGAN NON KAUSAL

No Kriteria Hasil

1 Apakah hasil dipengaruhi oleh bias? Ya

2 Apakah hasil dipengaruhi oleh faktor peluang? Ya 

3 Apakah observasi dipengaruhi oleh faktor perancu? Tidak


VALIDITAS INTERNA HUBUNGAN KAUSAL
No Kriteria Hasil 
1. Apakah hubungan waktu benar? Ya

2. Apakah asosiasi kuat? Tidak

3. Apakah ada hubungan dosis? Tidak


Pada jurnal ini peneliti mencantumkan hasil dari
penelitian terlebih dahulu dan hasilnya berbeda
dengan peneliti. Sehingga hasil penelitian konsis-
ten.
4. Apakah hasil konsisten dalam penelitian ini?
(ya, Konsistensi dalam suatu penelitian yaitu
apabila terdapat hasil yang konsisten antara satu
penelitian dengan penelitian yang lain sehingga
hubungan sebab akibat menjadi lebih mungkin. )
Apakah ada koherensi hasil studi dengan fakta
5. Ya
di masyarakat?
6. Apakah hasil biologically plausible? Ya
VALIDITAS EKSTERNA

No. Kriteria Hasil

1. Apakah hasil dapat diterapkan pada sampel terpilih? Ya

2. Apakah hasil dapat diterapkan pada populasi terjangkau? Ya

3. Apakah hasil dapat diterapkan pada populasi target? Ya


IMPORTANCY

No. Kriteria Hasil


Apakah alokasi sampel pada penelitian ini dilakukan
1. Ya
secara acak?

Apakah pengamatan sampel dilakukan secara cukup


2. Ya
panjang dan lengkap?

3. Apakah semua sampel dalam kelompok dianalisis? Ya 

4. Apakah analisis dilakukan secara multivariabel Ya 


APPLICABILITY

Apakah hasil penelitian mampu laksana untuk pasien atau populasi


yang dihadapi (Tingkat kemampulaksanaan hasil penelitian dengan
mempertimbangkan transportability, kondisi pasien, dokter,
pelayanan kesehatan, ekonomi, social, budaya, agama)  YA
NO KRITERIA +/-
1 VALIDITY
  Validitas Interna Hubungan Kausal +
Validitas Interna Hubungan Non
  +
Kausal
  Validitas Eksterna +
2. IMPORTANCY +
3.  APPLICABILITY +
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai