Anda di halaman 1dari 31

Gambaran Faktor Resiko Tinggi Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa di Wilayah

Kerja UPT Puskesmas Bugul Kidul Kota Pasuruan

Oleh:
dr. Esther Wahyuningsih

Pembimbing:
dr. Ika Septa Lestari

Pendamping:
dr. Ahmad Shohib, MM

DINAS KESEHATAN KOTA PASURUAN


2018
Latar belakang

 Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik


yang sifatnya positif atau negatif dapat
mempengaruhi keseimbangan fisik, mental, dan
sosial atau status kesehatan seseorang
 banyak masalah yang harus dihadapi dan diatasi
seseorang serta sulit tercapainya kesejahteraan
hidup, keadaan ini sangat besar pengaruhnya
terhadap kesehatan jiwa seseorang
 Menurut World Health Organization tahun 2017 pada
umumnya gangguan mental yang terjadi adalah
gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita
gangguan depresi, dan 3,6% dari gangguan
kecemasan
Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan oleh Kementrian Republik Indonesia pada tahun
2013 menyimpulkan bahwa prevalensi ganggunan mental emosional yang menunjukan
gejala depresi dan kecemasan, usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 14 juta orang atau
6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk

Di Jawa Timur sendiri prevalensi gangguan jiwa setiap tahunnya semakin bertambah.
Jumlah pasien gangguan jiwa di Jawa Timur terbanyak adalah di Kabupaten Malang
dengan prosentase mencapai 23,7%. Data diperoleh dari studi pendahuluan di RSJ Dr.
Radjiman Wediodiningrat Lawang setiap ruangan memiliki persentasi kambuh 9%

Data Puskesmas Bugul Kdul, pada tahun 2017 pasien gangguan jiwa berjumlah 68
penderita, 4 orang pasien mengalami kekambuhan. Pada tahun 2018, jumlah pasien
gangguan jiwa sedikit meningkat yaitu 70 pasien dimana 8 orang mengalami kekambuhan
Rumusan Masalah

 Faktor-faktor resiko apakah yang berkaitan dengan


kekambuhan penderita gangguan jiwa yang ada di wilayah
kerja UPT Puskesmas Bugul Kidul Kota Pasuruan?
Tujuan Masalah
 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Gambaran Faktor Resiko Tinggi
Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa di Wilayah UPT Puskesmas Bugul Kidul Kota
Pasuruan
 Tujuan Khusus
1. Menganalisis hubungan dukungan keluarga terhadap kekambuhan pasien gangguan jiwa
di wilayah kerja UPT Puskesmas Bugul Kidul Kota Pasuruan.
2. Menganalisis hubungan dukungan lingkungan sekitar terhadap kekambuhan pasien
gangguan jiwa di wilayah kerja UPT Puskesmas Bugul Kidul Kota Pasuruan.
3. Mengetahui hubungan kepatuhan minum obat terhadap kekambuhan psien gangguan
jiwa di wilayah kerja UPT Puskesmas Bugul Kidul Kota Pasuruan.
4. Mengetahui faktor apa yang paling berhubungan dengan kekambuhan pasien gangguan
jiwa di wilayah kerja UPT Puskesmas Bugul Kidul Kota Pasuruan
Gangguan jiwa
Gangguan jiwa menurut
American Psychiatric Assocication
(APA) adalah suatu syndrome
atau pola psikologis atau perilaku
yang penting secara klinis yang
terjadi pada seseorang yang
dikaitkan dengan adanya distress
atau disabilitas atau disertai
peningkatan resiko kematian yang
menyakitkan, nyeri, atau sangat
kehilangan kebebasan.
Insidens Gangguan Jiwa
• Berdasarkan Riskesdas 2007 angka rata-rata
nasional gangguan mental emosional (cemas
dan depresi) pada penduduk usia 15 tahun
adalah 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk.
Sedang gangguan jiwa berat rata-rata sebesar
0,46% atau sekitar 1 juta penduduk
• Menurut perhitungan utilisasi layanan
kesehatan jiwa di tingkat primer, sekunder dan
tersier kesenjangan pengobatan diperkirakan
>90%. Hal ini berarti bahwa hanya <10% orang
dan masalah kesehatan jiwa terlayani di
fasilitas kesehatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kekambuhan

Penanggung
Pasien Dokter jawab pasien
(case manager)

Dukungan
Keluarga lingkungan
sekitar
Man Material
Tidak ada dana
Sulitnya transportasi
Pendidikan rendah untuk pergi kontrol
rutin ke Puskesmas Penderita
Jiwa
- Belum semua Kambuh
Kurangnya mempunyai BPJS
pengetahuan -Tingkat pendapatan
tentang minum rendah untuk
obat mendapatkan akses
pelayanan kesehatan
Method
Material
e - Tidak ada pengawas - Akses untuk mendapat
pelayanan kesehatan
minum obat
kurang memadai Tidak
-Kurangnya dukungan ada nya pelayanan di
keluarga dan
lingkungan sekitar
posbindu setiap
kelurahan
Penderita
Jiwa
- Stigma negatif dari kambuh
masyarakat dan
Tidak adanya
lingkungan sekitar 
penyuluhan menjauhi penderita
gangguan jiwa
Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian Waktu Penelitian


 Di wilayah kerja UPT Puskesmas  Waktu penelitian pada bulan
Bugul Kidul Kota Pasuruan. Agustus- September 2018
Kegiatan penelitian ini dilakukan
oleh dokter intership yang
bertugas di wilayah kerja UPT
Puskesmas Bugul Kidul Kota
Pasuruan dan turut serta satu
perawat pendamping yang
merupakan pemegang program
kesehatan jiwa
• Penelitian ini bersifat
Jenis deksritif analitik
Penelitian

• Semua penderita gangguan jiwa yang


di seluruh kelurahan di wilayah kerja
Populasi UPT Puskesmas Bugul Kidul Kota
Pasuruan.

• semua penderita gangguan jiwa dan


penderita gangguan jiwa yang mengalami
Sampel kekambuhan di enam kelurahan wilayah
kerja UPT Puskesmas Bugul kidul Kota
Pasuruan.
Metode Penelitian

• Data primer diperoleh melalui kunjungan


rumah. Dalam kunjungan rumah dilakukan
Data primer penyebaran kuesioner kepada respondend
dan anamnesis faktor pencetus kekambuhan.
Pengisian kuesioner dibantu oleh peneliti

Data • Data Sekunder didapat dari hasil pencatatan


rekam medis, catatan pemegang progam Jiwa
sekunder di Puskesmas.
No Indikator U S G Total Prioritas
1 Rendahnya pengetahuan penderita 3 4 3 10 4
  dan keluarga tetang minum obat          
2 Tidak adanya dana yang cukup 3 4 2 9 5
  untuk memenuhi kebutuhan          
  pengobatan pasien          
3 Belum semua pasien mempunyai 3 4 4 11 3
  BPJS          
4 Tidak adanya penyuluhan tentang 5 5 4 14 2
  PMO dan pencegahan kekambuhan          
5 Tidak adanya pelayanan kesehatan 3 4 2 9 5
  jiwa di POSBINDU jiwa pada setiap          
  kelurahan          
6 Stigma negatif dari keluarga dan 5 5 5 15 1
  masyarakat          
Jumlah penderita gangguan jiwa

Jumlah Penderita
25 (35,71%)

12 (17,15%) 11 (15,71%)
10 (14,29%)
7 (10%)
5 (7,14%)

Bugul Kidul Blandongan Bakalan Tapaan Krampyangan Kepel


Distribusi jenis penyakit gangguan jiwa
Gangguan Jiwa
78.57%
80.00% (55 orang)
60.00%
40.00% 7.14% 1.43%
4.28%
20.00% ( 5 orang) (3 orang) 2.86% (1 orang)
(2 orang)
0.00% 2.86% 1,43% 1.43%
(2 orang) (1 orang) (1 orang)
Distribusi penderita gangguan jiwa
bedasarkan jenis kelamin
N Laki- Peremp Juml Frekue
o Kelurahan Laki uan ah nsi Jenis Kelamin
Bugul 35,71 38
1 Kidul 15 10 25 % 37
37 (52,86%)

17,15
36
2 Blandongan 6 6 12 %
15,71 35
3 Bakalan 3 8 11 % 34
14,29 33 (47,14%)
33
4 Tapaan 7 3 10 %
Krampyang 32
5 an 4 3 7 10% 31 Jumlah
17,14
6 Kepel 2 3 5 %
Distribusi penderita gangguan jiwa
bedasarkan umur
Umur Penderita

2,86%
2 orang
25,71% 12,86%
18 orang 9 orang

21,43%
15 orang 37,14%
26 orang

12-16 tahun 17-25 tahun 26-35 tahun 36-45 tahun > 45 tahun
Tingkat kepatuhan kontrol penderita
gangguan jiwa
No Variabel Jumlah Persentase

1 Kontrol rutin dan minum 38 54,30%

  obat secara rutin    

2 Tidak kontrol rutin dan tidak minum 17 24,30%


obat secara rutin
3 Putus obat dan tidak pernah kontrol 15 21,40%

  Jumlah penderita 100 100%


Distribusi sampel penderita gangguan jiwa
bedasarkan faktor resiko kambuh

Penderita gangguan
jiwa dengan faktor
resiko kambuh
45,71% (32 Penderta gangguan
54,29% (38 penderita jiwa tanpa faktor
penderita) resiko kambuh
Distribusi Kekambuhan penderita gangguan jiwa
Distribusi sampel penderita gangguan jiwa bedasarkan kekambuhan
penderita

11% (8
penderita) Tidak kambuh
Kambuh

89% (72
penderita)
Data Distribusi Sampel Penderita Gangguan Jiwa yang
Kambuh Bedasarkan Pos Kelurahan

N Persentas
o Kelurahan Frekuensi e
1 Bugul Kidul 2 25%
2 Blandongan 3 37.5%
3 Krampyangan 1 12.5%
4 Kepel 1 12.5%
5 Tapaan 1 12.5%
  Jumlah 8 100%
 Data Distribusi Sampel Penderita Gangguan Jiwa yang
Kambuh bedasarkan Faktor Pencetus kekambuhan

No Jenis Faktor Pencetus Frekuensi Persentase


1 Dukungan sosisal keluarga dan masyarakat 8 100%
2 Kesulitan interpersonal 5 62.5%
3 Stressor dalam pekerjaan 2 25%

4 Rendahnya pengetahun untuk minum obat secara rutin 2 25%


5 Ekonomi 2 25%
Intervensi Permasalahan

 Penyuluhan Deteksi Dini Gangguan Jiwa, Jenis Gangguan


Jiwa yang Sering Terjadi, Pentingnya Dukungan Keluarga dan
Lingkungan Sekitar, Pentingnya Kontrol dan Minum Obat
secara Rutin serta Pengawasan Minum Obat
 Kegiatan Pos Binaan Terpadu (POSBINDU)
Kesimpulan
 Faktor resiko tinggi kekambuhan penderita gangguan jiwa adalah 17
(24,30%) penderita gangguan jiwa tidak kontrol rutin dan minum obat
secara rutin kemudian diikuti dengan 15 (21,40%) penderita gangguan
jiwa putus obat.
 11 % (8) penderita gangguan jiwa mengalami kekambuhan
 Faktor pencetus kekambuhan penderita gangguan jiwa di sebabkan oleh
kurangnya dukungan keluarga dan masyarakat, kesulitan interpersonal
(kesulitan kontrol dan mengambil obat rutin karena harus bekerja,
mengikuti suami dan belum pindah BPJS di wilayah pasien domisili, dan
lain-lain), stressor dalam pekerjaan, rendahnya pengetahuan untuk
minum obat secara rutin, dan faktor ekonomi.
Saran
• Perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan program-program penyuluhan
berupa edukasi keluarga yang ditekankan pada dukungan keluarga sebagai
Bagi UPT primary support group dan pengurangan expressed emotion dalam lingkungan
Puskesma keluarga untuk mencegah kekambuhan yang menyebabkan tinggi frekuensi rawat
Bugul inap pasien gangguan jiwa.
Kidul • Perlu dipertimbangkan untuk diadakannya kegiatan Posbindu jiwa secara rutin di
enam kelurahan agar bisa mencakup keseluruhan penderita jiwa guna mencegah
angka kekambuhan penderita gangguan jiwa

• Adanya upaya melibatkan pasien dalam bersosialisasi/rehabilitasi


Bagi dan upaya melibatkan tilikan yang baik sehubungan dengan
Petugas keadaan pasien pada saat ini yang secara bersamaan juga akan
Medis
meningkatkan kepatuhan pasien dalam menghadapi proses terapi
yang harus dijalani
• Hendaknya mau mengerti,
memahami dan menolong pasien
serta keluarga dalam menghadapi
Bagi situasi yang terjadi di
masyaraka lingkungannya, sehingga pasien
dan keluarga merasa diterima dan
t dihargai apa adanya dengan
demikian kekambuhan dapat
dicegah atau tidak terjadi.

Anda mungkin juga menyukai