Anda di halaman 1dari 5

Inisiasi Tuton ke – 4

Mata Kuliah : Tindak Pidana Korupsi


Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : HISIP
Penulis : Elizabeth Ghozali
Email : ibethghoz@gmail.com
Penelaah : Dewi Mutiara
Emai : Dewim@ecampus.ut.ac.id
SISTEM PEMIDANAAN DALAM TINDAK PIDANA
KORUPSI

 Jenis Sanksi Pidana dalam UU PTPK:


• Pidana mati
• Pidana penjara
• Pidana denda.

 Dalam UU PTPK tidak ada pidana kurungan bagi pelaku tindak pidana korupsi.

 UU PTPK juga menambahkan jenis Pidana tambahan selain yang diatur dalam KUHP
SISTEM PEMIDANAAN DALAM TINDAK PIDANA
KORUPSI

 Pola Ancaman Pidana dalam UU Tipikor:

1. Model perumusan ancaman pidana secara alternatif


• Pasal 2 ayat (2)  sanksi pidana mati menjadi sanksi terberat yang dialternatifkan
dengan pidana penjara seumur hidup atau dalam waktu tertentu (minimal 4 tahun
maksimal 20 tahun).
2. Model perumusan ancaman pidana secara kumulatif.
• Pasal 2 ayat (1)  pidana penjara harus disertai pidana denda.
• Model perumusan kumulatif tidak memberikan kewenangan kepada hakim untuk
memilih salah satu.
3. Model perumusan ancaman pidana campuran dilakukan dengan menggabungkan model
alternatif dan kumulatif
• Cirinya, pengancaman pidana disertai frasa “dan/atau”.
• Paling banyak diterapkan dalam UU PTPK.
• Model ini memberi hakim kewenangan seluasnya untuk memilih salah satu sanksi
pidana atau menjatuhkan kedua sanksi sekaligus.
• Perumusan sanksi pidana dalam UU PTPK, menganut ancaman minimal khusus, yang
menyimpang dari sistem pemidanaan induk dalam KUHP  menimbulkan permasalahan
yuridis, karena tidak disertai dengan ketentuan khusus untuk menerapkan/ menjatuhkan pidana.
• Pencantuman pidana minimal khusus, seharusnya disertai dengan aturan penerapannya secara
khusus, karena:
o Suatu ancaman pidana tidak dapat begitu saja diterapkan hanya dengan dicantumkan
dalam perumusan delik, pencantuman “ancaman pidana” hanya merupakan sub sistem
dari keseluruhan sistem pemidanaan.
o Untuk dapat harus ada aturan pemidanaan terlebih dahulu.
 Kelemahan Dogmatik Sistem Pemidanaan Tindak Pidana Korupsi
1) Masalah kualifikasi delik: UU PTPK tidak mencantumkan ketentuan
formal (pasal) yang menyatakan kualifikasi juridis dari tindak pidana
korupsi (kejahatan dan pelanggaran)  dampaknya dalam hal
“concursus”, “daluarsa penuntutan dan pelaksanaan pidana”, berlakunya
“asas nasionalitas aktif” dalam Pasal 5 ayat (1) ke 2 KUHP.
2) Masalah Pidana Minimal Khusus  tidak adanya aturan pemidanaan
untuk menerapkan sistem minimal khusus.
3) Masalah Subjek Pertanggungjawaban Korporasi  belum
diformulasikannya pidana pengganti denda, ketika korporasi yang dijatuhi
pidana denda tersebut tidak sanggup membayar dendanya.
4) Masalah penerapan pidana mati.

Anda mungkin juga menyukai