Anda di halaman 1dari 38

HIPERTENSI

Program Pengelolaan Penyakit Kronis (Prolanis)

dr. Muhammad Rizki Ramadana, S. Ked


UPTD. Puskesmas Baktiya, Alue Ie Puteh
PENDAHULUAN

HIPERTENSI

WHO 2003 DEPKES 2007

Penderita hipertensi di seluruh Hipertensi di Indonesia mencapai 31,7%


Dunia adalah 600 juta orang, dari jumlah penduduk. Hipertensi sebagai
dengan 3 juta kematian setiap penyebab kematian nomor 3
tahun,7 dari setiap 10 orang setelah stroke dan tuberkulosis,
tidak mendapatkan jumlahnya mencapai 6,8%
pengobatan secara adekuat Prevalensi hipertensi di Aceh adalah 30,2%
Tekanan
Darah

DEFINISI
DEFINISI
TD > 140 Menetap
> 90
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi

UMUR JK GEN

tekanan darah akan naik Pria lebih banyak yang Dua kali lipat pada
dengan bertambahnya umur menderita hipertensi seseorang yang orang
terutama setelah umur 40 dibandingkan dengan tuanya mempunyai riwayat
tahun. Umur dibawah 40 wanita. Pria diduga memiliki hipertensi dibandingkan
tahun masih berada dibawah gaya hidup yang cenderung dengan orang lain yang
10%, tetapi di atas umur 50 dapat meningkatkan tidak mempunyai riwayat
tahun meningkat mencapai tekanan darah hipertensi pada orang
20 - 30%, dibandingkan dengan tuanya
wanita .
Faktor resiko yang dapat di modifikasi
jaringan lemak >>
sehingga dapat
meningkatnya menyebabkan
ROKOK kebutuhan STRESS peningkatan
volume air dan
metabolik dan
konsumsi oksigen akan
secara menyeluruh, meningkatkan
akibatnya curah volume darah
jantung bertambah sehingga
menyebabkan merangsang menyebabkan
peningkatan kelenjar supra tekanan darah
curah jantung renal melepaskan
(Cardiac Output) hormon
dan tahanan Adrenaline dan
perifer yang memacu jantung
menyebabkan OBESITAS berdenyut lebih ASUPAN
peningkatan cepat sehingga
tekanan darah tekanan darah
GARAM
EPIDEMIOLOGI
Penyebab
Aceh
kematian ke-3 stlh
30,2%
stroke &
tuberkulosis

jlhnya mencapai 6,8% dari


proporsi penyebab kematian
pada semua umur
Penegakan Diagnosa

Anam-
nesis
1. Lama menderita
Pem. Fisik hipertensi dan derajat
tekanan darah.
2. Faktor resiko.
3. Gejala kerusakan organ
4. Riwayat pengobatan.
Pem. 5. Penggunaan Napza
Penunjang
(Kokaian).
Penegakan Diagnosa

Anam-
nesis
1. Nyeri dada.
Pem. Fisik 2. Nyeri punggung.
3. Sesak nafas.
4. Gejala neurologis:
1. Kejang;
2. Penurunan
Pem. kesadaran.
Penunjang
Penegakan Diagnosa

Pem.
Fisik
1. Apakah ada kerusakan
Pem.
Penunjang organ (mata, otak,
ginjal, jantung).
2. TD.
3. Pem. Fisik jantung.
4. Pem. Neurologis.

Anamnesis.
Penegakan Diagnosa

Pem.
Penunjang
1. konsentrasi urea;
Anamnesis 2. Elektrolit;
3. Kreatinin serum;
4. Pemeriksaan darah
lengkap;
5. EKG,
Pem. 6. foto Thoraks; dan
Fisik
7. Analisa urin.
Penatalaksanaan

 Prinsip umum.
 Hingga sekarang belum ditemukan terapi yang optimal untuk menangani
hipertensi emergensi. Prinsip dari terapi hipertensi emergensi tidak
semata-mata hanya bergantung pada nilai tekanan darah, tetapi
bergantung pada terjadinya kegagalan organ.
 Pasien dengan hipertensi emergensi harus dirawat di ICU dengan tekanan
darah yang selalu diperhatikan.
 Disarankan sebaiknya penurunan mean arterial pressure tidak lebih dari
20-25% untuk mencapai takanan darah 160/100 mmHg dalam dua sampai
enam jam atau penurunan tekanan darah diastolic 10%-15% atau hingga
mencapai 100-110 mmHg dalam 30 – 60 menit.
 Penurunan tekanan darah yang lebih cepat harus dihindari karena dapat
menyebabkan hipoperfusi dari organ vital yang dapat menyebabkan
iskemia dan infark yang memperburuk keadaan.
Modifikasi gaya hidup
• Terapi spesifik
• Terapi pada hipertensi emergensi bertujuan untuk
menurunkan tekanan darah dengan terkontrol, terprediksi
dan aman. Beberapa obat parenteral sesuai dengan tujuan
terapi seperti yang terdapat pada tabel 2. Terapi akan
bergantung pada organ tujuan yang mengalami kerusakan.
Beberapa obat tertentu mungkin akan menjadi lebih tepat
atau kurang tepat bergantung dari organ yang mengalami
kerusakan.
Komplikasi

1
Jantung

2
Otak
3 Ginjal

4
Mata
www.themegallery.com

Thank You!

Anda mungkin juga menyukai