Anda di halaman 1dari 6

Perang

Makassar
Click the computer
Oleh:

AZTI AMANDA (XI MIPA 5)


x
Perang Makassar

Perang Makassar/Perang Mengkasar adalah perang besar yang terjadi di wilayah Makassar
antara Kesultanan Makassar (Gowa-Tallo) dan sekutu melawan VOC beserta Bone dan sekutu-sekutunya. >
Perang Makassar berlangsung 1666-1669 M.

Perang ini merupakan salah satu perang yang paling berat dihadapi VOC di Nusantara pada abad ke-18 M <
Dan merupakan refleksi dari kompetisi antar Kesultanan Makassar dengan VOC dalam dunia
Perdagangan.
x
Latar Belakang
Perang Makassar terjadi sebagai eskalasi konflik VOC dan Gowa di Indonesia Timur yang sudah dimulai
Sejak beberapa dekade sebelum 1660 ketika zaman Sultan Alauddin dimana VOC berhasil mendapatkan hak
Monopoli di Maluku dari Ternate dan Makassar yang berekspansi ke Timur bergesakan dengan VOC sehingga
terjadi perang demi perang.

Kesultanan Makassar berkembang pesat di abad ke-16 setelah Malaka jatuh dan orientasi Gowa menjadi
Negeri maritim serta pembangunan benteng Sumbo Opu sebagai istana kerajaan membuat Gowa mulai
>
membangun kekuatan maritimnya. Alhasil Sumbo Opu menjadi bandar dagang paling penting di masanya dan
membuat VOC tersaingi karena harga rempah lebih murah disana ketimbang pusatnya di Maluku.
<
Bone dan kerajaan-kerajaan Bugis lainnya ditaklukan oleh Makassar dan membuat mereka dimanfaatkan oleh VOC
untuk melawan Makassar dimulai dari pasukan Makassar menyerang Buton dan pasukan Bugis berbalik melawan
pasukan Makassar ketika Arung Pallaka muncul.
x
Perlawanan

Alhasil di September 1667, pasukan koalisi VOC mulai menyerbu Makassar tapi mengalami kegagalan sampai
mereka menyerang dari segala arah dan menekan pasukan Makassar dan koalisinya.
Akibatnya kerajaan Makassar menyerah dan diakhiri dengan Perjanjian Bongaya (1667). Perang ini menjadi perang
>
terbesar di masanya dan digambarkan secara langsung oleh Encik Ibrahim dalam syair Perang Mengkasar dimana
Sultan Hasanudin menjadi tokoh sentral dalam perang ini selain Arung Pallaka, Karaeng Kankurung, dan Cornelis
Speelman.
<
Thank
you

Anda mungkin juga menyukai