Anda di halaman 1dari 11

Proses Go Public

Hery Haerudin, S.Kom., M.Si.


Go Public
Semua perusahaan tertutup memiliki kesempatan untuk menjadi perusahaan
publik dengan menawarkan dan menjual sebagian sahamnya kepada publik,
dan mencatatkan sahamnya di PT Bursa Efek Indonesia (“Bursa”).
Untuk selanjutnya proses tersebut disebut dengan “Go Public”.
Keputusan untuk Go Public merupakan keputusan bisnis yang dipilih setelah
memperhitungkan berbagai manfaat dan konsekuensinya. Banyak sekali
manfaat yang dapat diperoleh perusahaan ketika menjadi perusahaan yang
Go Public namun ada pula beberapa konsekuensi yang harus
dipertimbangkan.
Manfaat Go Public
• Memperoleh Sumber Pendanaan Baru
• Memberikan Keunggulan Kompetitif (Competitive
Advantage ) untuk Pengembangan Usaha
• Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain dengan
pembiyaan melalui penerbitan saham baru.
• Peningkatan Kemampuan Going Concern
• Meningkatkan Citra Perusahaan (Company Image)
• Meningkatkan Nilai Perusahaan (Company Value)
Konsekuensi Go Public
• Berbagi Kepemilikan
Hal ini dapat diartikan bahwa persentase kepemilikan akan berkurang.
Banyak perusahaan yang hendak Go Public merasa enggan karena
khawatir akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan.
• Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku
Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun
semua ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan membantu
perusahaan untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa
mendatang.
Ketentuan Go Public
Secara keseluruhan, setiap Perseroan Terbatas (PT) yang telah
beroperasi sekurang-kurangnya 12 bulan, memiliki Aktiva Bersih
Berwujud sekurang- kurangnya Rp5.000.000.000,- (lima miliar
Rupiah) dengan laporan keuangan auditan tahun buku terakhir
memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian dari akuntan publik
yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK), menjual sekurang-
kurangnya 150.000.000 (seratus lima puluh juta) saham, atau
Ketentuan Go Public …
(1) 20% (dua puluh persen) dari jumlah saham yang diterbitkan untuk
ekuitas kurang dari Rp 500.000.000.000 (lima ratus miliar Rupiah);
(2) 15% (lima belas persen) dari jumlah saham yang diterbitkan - untuk
ekuitas mulai dari Rp500.000.000.000 (lima ratus miliar Rupiah)
sampai dengan Rp2.000.000.000.000 (dua triliun Rupiah);
(3) 10% (sepuluh persen) dari jumlah saham yang diterbitkan, untuk
ekuitas lebih dari Rp2.000.000.000.000 (dua triliun Rupiah) dan jumlah
pemegang saham publik sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) pihak,
dapat menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di
Bursa.
Hal-hal yang perlu disiapkan calon Emiten
1.Persetujuan pemegang saham pendiri
melalui Rapat Umum Pemegang Saham
(RUPS).
2.Menunjuk Penjamin Pelaksana Emisi
(Underwriter) serta Lembaga dan Profesi
Penunjang Pasar Modal untuk membantu
mempersiapkan seluruh dokumen yang
Dokumen yang perlu disiapkan calon Emiten
• Laporan Keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik yang terdaftar
di OJK;
• Anggaran dasar berikut amandemennya yang disiapkan
Notaris dan disahkan oleh instansi yang berwenang;
• Legal Audit dari Konsultan Hukum yang terdaftar di OJK;
• Laporan Penilaian dari Penilai Independen yang terdaftar
di OJK, jika ada;
• Prospektus Penawaran Umum; dan beberapa dokumen
lain sebagaimana yang diatur dalam ketentuan yang
berlaku.
Proses Pencatatan Efek
 

Untuk menjadi perusahaan publik yang sahamnya dicatatkan dan


diperdagangkan di Bursa, perusahaan perlu memperoleh
persetujuan dari Bursa dengan mengajukan permohonan
pencatatan kepada Bursa dengan melampirkan dokumen-dokumen
yang diperlukan. Sepanjang dokumen-dokumen dan informasi yang
disampaikan telah mencukupi dan lengkap, Bursa hanya
memerlukan waktu 10 hari Bursa untuk memberikan persetujuan.
Jika memenuhi syarat, Bursa akan memberikan surat persetujuan
prinsip pencatatan yang dikenal dengan istilah Perjanjian Kontrak
Pendahuluan Pencatatan Efek.
PERSYARATAN MENJADI PERUSAHAN TERCATAT DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Papan Utama Papan Pengembangan


Badan Hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang memiliki:
1. Komisaris Independen minimal 30% dari jajaran Dewan Komisaris;
2. Direktur Independen minimal 1 (satu) orang dari jajaran anggota Direksi;
3. Komite Audit;
4. Unit Audit Internal;
5. Sekretaris Perusahaan.
Operasional pada core business yang sama Operasional pada core business yang sama
> 36 bulan > 12 bulan
  Tidak diharuskan, namun jika belum membukukan
  keuntungan berdasarkan proyeksi keuangan pada akhir tahun
Membukukan laba usaha pada 1 tahun buku terakhir ke-2 telah memperoleh laba
(khusus sektor tertentu: pada akhir tahun ke-6)
Laporan Keuangan Auditan > 3 tahun Laporan Keuangan Auditan > 12 bulan

Opini LK: WTP (2 tahun terakhir) Opini LK: WTP

Aktiva Berwujud Bersih > Rp100 miliar Aktiva Berwujud Bersih > Rp5 miliar

Jumlah saham yang dimiliki bukan Pengendali & bukan Pemegang Jumlah saham yang dimiliki bukan Pengendali & bukan Pemegang
Saham Utama min. 300 juta saham dan sebesar : Saham Utama min. 150 juta saham dan sebesar :
• 20% dari total saham, untuk ekuitas • 20% dari total saham, untuk ekuitas
< Rp500 miliar < Rp500 miliar
• 15% dari total saham, untuk ekuitas Rp500 miliar – Rp2 • 15% dari total saham, untuk ekuitas Rp500 miliar – Rp2
triliun triliun
• 10% dari total saham, untuk ekuitas • 10% dari total saham, untuk ekuitas
> Rp2 triliun > Rp2 triliun
Jumlah Pemegang Saham > 1000 pihak Jumlah Pemegang Saham > 500 pihak
Sekian – Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai