Anda di halaman 1dari 33

CASE REPORT

EPISTASKIS CAVUM NASI DEXTRA ET CAUSA


HIPERTENSI EMERGENSI
Disusun oleh:
Ajeng Salsabilla
Teni Yusrina Fauzani

Pembimbing:
dr. Ismi Cahyadi, Sp.THT-KL(K)FICS

KEPANITRAAN KLINIK SMF ILMU THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
RSUD WALED
CIREBON
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Ny. W
 Usia : 50 th
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Dukuh Salam
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
 Ruang : Kemuning
ANAMNESIS
 Keluhan Utama :

Keluar darah dari hidung kanan


 Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke IGD RSUD Waled pada tanggal 30 Juli 2022 pukul 08.58 WIB dengan
keluhan keluar darah dari hidung kanan sejak pukul 02.00 WIB, pukul 04.00 WIB dan pukul
08.00 WIB. Pasien juga mengeluhkan ketika meludah bercampur dengan darah. Keluhan
disertai dengan adanya pusing, pasien mempunyai riwayat hipertensi yang tidak terkontrol.
Keluhan seperti lemas, demam, mual dan muntah disangkal oleh pasien. Pasien juga
mengaku bahwa di keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat hipertensi (+)
• Riwayat dm (-)
• Riwayat alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat hipertensi (-)
• Riwayat dm (-)
• Riwayat alergi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
 Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

 Kesadaran : Composmentis TTV

 BB : 60kg  Tekanan darah :240/120 mmHg

 TB : 158 cm  Nadi : 82x/menit

 Respirasi : 20x/menit

 Suhu : 36,9 ̊̊C

 SpO₂ : 98% free air


PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
 Kepala : normocephal
 Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil isokor (+/+)
 Leher : pembesaran KGB(-)
 Thorax : simetris (+/+), nyeri tekan (-), Rh (-/-), wheezing (-/-)
 Jantung : bunyi jantung I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
 Abdomen : bising usus (+), massa (-)
 Ekstremitas: deformitas (-), edema(-)
Status THT
 PEMERIKSAAN TELINGA
CAE DEXTRA SINISTRA
TELINGA DEXTRA SINISTRA
LUAR Mukosa Benjolan (-) Benjolan (-)
Aurikula Bentuk normal, Bentuk normal,
benjolan (-), benjolan (-), Warna Hiperemis (-) Hiperemis (-)
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)

Preaurikula Nyeri tekan/tarik Nyeri tekan/tarik Sekret Tidak ada Tidak ada
tragus (-) tragus (-)
Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-) Serumen Tidak ada Tidak ada
Fistula (-) Fistula (-)

Retroaurikula Edema (-), Edema (-),


hiperemis (-), hiperemis (-),
massa (-), fistula massa (-), fistula
(- ), abses (-), (- ), abses (-), DEXTRA SINISTRA
nyeri tekan (-) nyeri tekan (-)
Membran Bulging (-), Bulging (-),
Timpani intak, refleks intak, refleks
cahaya (+) cahaya (+)
Status THT
 PEMERIKSAAN HIDUNG

DEXTRA SINISTRA
RHINOSKOPI ANTERIOR
Bentuk hidung Tidak ada Tidak ada
luar kelainan kelainan
DEXTRA SINISTRA
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Cavum Nasi Tidak sempit, sekret Tidak sempit,
(-), hiperemis (+) sekret (-),
darah(+) hiperemis (-)
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada

Krepitasi Tidak ada Tidak ada Concha inferior hiperemis (-), hiperemis(-),
hipertrofi (-) hipertrofi (-)

Nyeri tekan Negatif Negatif


Septum Nasi Deviasi (-) Deviasi (-)
sinus
Status THT

 PEMERIKSAAN OROFARING
Inspeksi
Tonsila Palatina : T1 – T1, Hiperemis (-), kripta melebar (-)
Uvula : Letak ditengah (+)
Dinding Faring : granula (-), hiperemis (-)
Palatum durum : Terdapat benjolan (-)

 PEMERIKSAAN MAKSILOFACIAL  PEMERIKSAAN LEHER


St.lokalis a/r Cavum Oris  : Pemeriksaan KGB : tidak ada pembesaran KGB
I : simetris, Pemeriksaan tiroid : tidak ada pembesaran tiroid
P : Nyeri Tekan (-)
Status Lokalis
a/r cavum nasi dextra : mukosa hiperemis (+), secret (-),
septum deviasi (-) perfusi udara (+), darah (+).
Pemeriksaan Hasil
Hematologi
Hemoglobin 11,5
Hematokrit 34
Trombosit 197
Leukosit 5,1

PEMERIKSAAN MCV
MCH
78,6
26,8

PENUNJANG MCHC
Eritrosit
34,1
4,29
Basofil 0
Eosinofil 1
Kimia klinik
NA 140,8
K 3,11
Cl 107,5
GDS stick 1 87
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Thoraks AP/PA (30/07/2022)

KESAN :
 Pulmo tidak ada kelainan

 Besar cor dalam batas normal


PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis information (30-07-
2022):
 Sinus Rhytm

 Left Ventricular Hypertrophy

 Possible Subsquent T wave


abnormality
 Prolonged QT Interval
Diagnosis Kerja
• Epistaksis cavum nasi dextra et causa hipertensi emergensi

Diagnosis Banding
• Epistaksis cavum nasi dextra et causa hipertensi emergensi
• Angiofibroma
• Ca nasofaring
Plan Prognosis
Observasi tanda vital Quo Vitam : dubia

IVFD RL 1500 CC/24 jam Quo Sanationam : dubia

Bisoprolol 1 x 2.5 mg Quo fungsional : dubia

Furosemid 1 x 40 mg

Captopril 3 x 25 mg

Amlodipin 1 x 10 mg
PEMBAHASAN
EPISTAKSIS

Epistaksis adalah Pada kasus ini, terjadi epistaksis


perdarahan yang keluar posterior pada seorang wanita dengan
DEFINISI dari hidung. usia 50 tahun.

Hampir 90% adalah epistaksis anterior yang berasal


dari Pleksus Kiesselbach.
EPIDEMIOLOGI Perdarahan dari bagian posterior kavum nasi disebut
epistakis posterior berkisar antara 5 -10%.
Insidens epistaksis sedikit lebih sering pada laki
laki.
ETIOLOGI
Pada dasarnya, penyebab epistaksis dapat dibedakan menjadi penyebab lokal dan sistemik.
 Pada kasus ini, terjadinya epistaksis yang diakibatkan oleh penyebab sistemik yaitu penyakit
sirkulasi-vaskular ialah hipertensi.

 Yang ditandai dengan hasil tekanan darah didapatkan 240/120 mmHg. Namun pasien tidak
mengetahui hal tersebut.
PATOFISIOLOGI
Epistaksis anterior merupakan jenis epistaksis yang paling sering dijumpai terutama pada anak-anak
dan biasanya dapat berhenti sendiri.
Perdarahan pada lokasi ini bersumber dari pleksus Kiesselbach (little’s area), yaitu anastomosis dari
beberapa pembuluh darah di septum bagian anterior tepat di ujung posterosuperior vestibulum nasi.
PATOFISIOLOGI
Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior. Pendarahan biasanya
hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi,
arteriosclerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler.
 Pada kasus ini, pasien mengaku menghabiskan kurang lebih 5 lembar tissue ketika terjadinya
perdarahan dari hidung.
 Kemudian perdarahan ini terjadi hilang timbul.
 Pasien juga mengaku bahwa ketika meludah bercampur dengan darah.
 Ketika dilakukan pemeriksaan fisik, tekanan darah di dapatkan 240/120 mmHg, ini
menunjukkan terdapat hipertensi.
 Ketika sudah dilakukan pemasangan tampon anterior di IGD RSUD Waled perdarahan
berhenti.
 Namun ketika masuk ruang perawatan pasien mengaku keluar darah dari hidung sebanyak 2
kali yaitu pada pukul 14.00 WIB dan pukul 20.00 WIB
 Dari data yang didapatkan pada pasien ini menunjukkan terjadinya epistaksis posterior.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

• Tanyakan mengenai • Periksa keadaan umum • Nasoendoskopi foto


riwayat keluarnya pasien kepala (posisi waters,
darah dari hidung • Pastikan tanda vital lateral dan Caldwell)
• Penyakit penyerta stabil • CT scan
• Riwayat minum obat- • Periksa hidung • MRI
obatan menggunakan
spekulum, lihat pada
bagian mukosa, konka,
septum deviasi, masa.
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

• Perdarahan dari hidung sejak pukul • Keadaan umum tampak sakit sedang • Pada pasien ini hanya dilakukan
02.00 WIB kemudian berhenti • Tekanan darah didapatkan 240/120 pemeriksaan laboratorium (darah
• Keluar darah dari hidung jam 04.00 mmHg menandakan adanya rutin), rontgen thorax dan EKG
WIB kemudian berhenti hipertensi
• Keluar darah dari hidung jam 08.00 • Pemeriksaan hidung menggunakan
WIB kemudian langsung dibawa ke spekulum di dapatkan at regio
IGD RSUD Waled cavum nasi: mukosa hiperemis (+/-),
• Pasien juga mengaku ketika darah (+/-), sekret (-/-), massa (-/-),
meludah bercampur dengan darah septum deviasi (-/-), pu (+/+)
• Pasien mempunyai tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, karena
pasien tidak mengetahui hal
tersebut.
• Pasien tidak sedang konsumsi obat-
obatan
TATALAKSANA
Penekanan langsung pada ala nasi Kauterisasi

Penanganan pertama dimulai dengan Perdarahan yang berasal dari plexus


penekanan langsung ala nasi kiri dan kanan Kiesselbach dapat ditangani dengan
bersamaan selama 5 – 30 menit. kauteriasi kimia Perak Nitrat 30%, Asam
Triklorasetat 30%, atau Polikresulen pada
pembuluh darah yang mengalami perdarahan
selama 2-3 detik.
Kauterisasi tidak dilakukan pada kedua
septum karena dapat menimbulkan perforasi.
TATALAKSANA
Tampon Anterior
 Untuk tampon anterior dapat digunakan tampon Boorzalf
atau tampon sinonasal atau tampon pita (ukuran 1,2 cm x
180 cm), yaitu tampon yang dibuat dari kassa gulung
yang diberikan vaselin putih (petrolatum) dan asam borat
10%
 Atau dapat menggunakan salep antibiotik, misalnya
Oksitetrasiklin 1%, tampon ini merupakan tampon
tradisional yang sering digunakan.
 Pasang dengan menggunakan spekulum hidung dan
pinset bayonet, yang diatur secara bersusun dari inferior
ke superior dan seposterior mungkin untuk memberikan
tekanan yang adekuat.
TATALAKSANA
Tampon Posterior
 Epistaksis
yang tidak terkontrol menggunakan
tampon rongga hidung anterior dapat ditambahkan
tampon posterior secara tradisional, menggunakan
tampon yang digulung, dikenal sebagai tampon
Bellocq.
 Apabila melakukan pemasangan tampon posterior,
maka tampon anterior seyogyanya tetap dipasang.
TATALAKSANA
Ligasi Embolisasi

Secara umum, semakin dekat ligasi ke lokasi Perdarahan yang berasal dari sistem arteri
perdarahan, maka kontrol perdarahan karotis eksterna dapat diembolisasi.
semakin efektif. Pembuluh darah yang
dipilih antara lain : arteri karotis eksterna,
arteri maksila interna atau arteri etmoidalis.

Mencegah Berulangnya Epistaksis


Penanganan penyakit yang menjadi penyebab epistaksis seperti hipertensi, trombositopenia,
koagulopati, keganasan, fraktur maksilofasial membantu dalam penanganan epistaksis dan
pencegahan rekurensi.
HIPERTENSI
 Hipertensi emergensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah yang berat (>180/120
mmHg) disertai dengan bukti kerusakan baru atau perburukan kerusakan organ target.
 Pada hipertensi emergensi umumnya ditemukan tekanan darah >180/120 mmHg, namun perlu
diperhatikan juga kecepatan kenaikan tekanan darah tersebut dan derajat gangguan organ
target yang terjadi.
 Prinsip umum tatalaksana hipertensi emergensi adalah berikan terapi anti hipertensi parental
mulai diberikan segera saat diagnosis sudah di tegakkan di IGD.
Contoh obat yang diberikan
 Pada kasus ini, pasien sudah dilakukan pemasangan tampon anterior di IGD RSUD Waled dan
perdarahan berhenti.
 Selain pemasangan tampon, pasien juga diberikan captopril 25 mg sublingual

 Terapi yang diberikan setelah masuk ruangan yaitu:

 Observasi tanda vital

 IVFD RL 1500 cc/24 jam

Terapi IPD
 Bisoprolol 1 x 2,5 mg

 Furosemid 1 x 40 mg

 Captopril 3 x 25 mg

 Amlodipin 1 x 10 mg
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjipto, Damayanti dan Endang Mangunkusumo. Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Edisi Ketujuh, Efiaty A, Nurbaiti I (ed). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2012: 96-100.
2. Hilger, Peter A, MD, George L Adams, Lawrence L Boies, MD. Hidung: Anatomi dan Fisiologi
Terapan dalam Buku Ajar Penyakit THT BOEIS edisi 6, Harjanto efendi, R.A Kuswidayati (ed).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1994;173-85.
3. Gilyoma, Japhet M dan Phillipo L Chalya. Etiological profile and treatment outcome of epistaxis at a
tertiary care hospital in Northwestern Tanzania: a prospective review of 104 cases. Tanzania: BMC
Ear, Nose and Throat. 2011
4. Simmen DB, Jones NS. Epistaxis. In : Flint PW, et al. Cummings Otolarryngology Head and Neck
Surgery. sixth. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2015
5. Punagi AQ. Epistaksis Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini. Makassar : Digi Pustaka, 2017

Anda mungkin juga menyukai