Pembimbing:
dr. Ismi Cahyadi, Sp.THT-KL(K)FICS
Pasien datang ke IGD RSUD Waled pada tanggal 30 Juli 2022 pukul 08.58 WIB dengan
keluhan keluar darah dari hidung kanan sejak pukul 02.00 WIB, pukul 04.00 WIB dan pukul
08.00 WIB. Pasien juga mengeluhkan ketika meludah bercampur dengan darah. Keluhan
disertai dengan adanya pusing, pasien mempunyai riwayat hipertensi yang tidak terkontrol.
Keluhan seperti lemas, demam, mual dan muntah disangkal oleh pasien. Pasien juga
mengaku bahwa di keluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat tekanan darah tinggi.
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Dahulu
• Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat hipertensi (+)
• Riwayat dm (-)
• Riwayat alergi (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
• Riwayat keluhan serupa (-)
• Riwayat hipertensi (-)
• Riwayat dm (-)
• Riwayat alergi (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Respirasi : 20x/menit
Preaurikula Nyeri tekan/tarik Nyeri tekan/tarik Sekret Tidak ada Tidak ada
tragus (-) tragus (-)
Edema (-) Edema (-)
Hiperemis (-) Hiperemis (-) Serumen Tidak ada Tidak ada
Fistula (-) Fistula (-)
DEXTRA SINISTRA
RHINOSKOPI ANTERIOR
Bentuk hidung Tidak ada Tidak ada
luar kelainan kelainan
DEXTRA SINISTRA
Deformitas Tidak ada Tidak ada
Cavum Nasi Tidak sempit, sekret Tidak sempit,
(-), hiperemis (+) sekret (-),
darah(+) hiperemis (-)
Nyeri Tekan Tidak ada Tidak ada
Krepitasi Tidak ada Tidak ada Concha inferior hiperemis (-), hiperemis(-),
hipertrofi (-) hipertrofi (-)
PEMERIKSAAN OROFARING
Inspeksi
Tonsila Palatina : T1 – T1, Hiperemis (-), kripta melebar (-)
Uvula : Letak ditengah (+)
Dinding Faring : granula (-), hiperemis (-)
Palatum durum : Terdapat benjolan (-)
PEMERIKSAAN MCV
MCH
78,6
26,8
PENUNJANG MCHC
Eritrosit
34,1
4,29
Basofil 0
Eosinofil 1
Kimia klinik
NA 140,8
K 3,11
Cl 107,5
GDS stick 1 87
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Thoraks AP/PA (30/07/2022)
KESAN :
Pulmo tidak ada kelainan
Diagnosis Banding
• Epistaksis cavum nasi dextra et causa hipertensi emergensi
• Angiofibroma
• Ca nasofaring
Plan Prognosis
Observasi tanda vital Quo Vitam : dubia
Furosemid 1 x 40 mg
Captopril 3 x 25 mg
Amlodipin 1 x 10 mg
PEMBAHASAN
EPISTAKSIS
Yang ditandai dengan hasil tekanan darah didapatkan 240/120 mmHg. Namun pasien tidak
mengetahui hal tersebut.
PATOFISIOLOGI
Epistaksis anterior merupakan jenis epistaksis yang paling sering dijumpai terutama pada anak-anak
dan biasanya dapat berhenti sendiri.
Perdarahan pada lokasi ini bersumber dari pleksus Kiesselbach (little’s area), yaitu anastomosis dari
beberapa pembuluh darah di septum bagian anterior tepat di ujung posterosuperior vestibulum nasi.
PATOFISIOLOGI
Epistaksis posterior dapat berasal dari arteri sfenopalatina dan arteri etmoid posterior. Pendarahan biasanya
hebat dan jarang berhenti dengan sendirinya. Sering ditemukan pada pasien dengan hipertensi,
arteriosclerosis atau pasien dengan penyakit kardiovaskuler.
Pada kasus ini, pasien mengaku menghabiskan kurang lebih 5 lembar tissue ketika terjadinya
perdarahan dari hidung.
Kemudian perdarahan ini terjadi hilang timbul.
Pasien juga mengaku bahwa ketika meludah bercampur dengan darah.
Ketika dilakukan pemeriksaan fisik, tekanan darah di dapatkan 240/120 mmHg, ini
menunjukkan terdapat hipertensi.
Ketika sudah dilakukan pemasangan tampon anterior di IGD RSUD Waled perdarahan
berhenti.
Namun ketika masuk ruang perawatan pasien mengaku keluar darah dari hidung sebanyak 2
kali yaitu pada pukul 14.00 WIB dan pukul 20.00 WIB
Dari data yang didapatkan pada pasien ini menunjukkan terjadinya epistaksis posterior.
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang
• Perdarahan dari hidung sejak pukul • Keadaan umum tampak sakit sedang • Pada pasien ini hanya dilakukan
02.00 WIB kemudian berhenti • Tekanan darah didapatkan 240/120 pemeriksaan laboratorium (darah
• Keluar darah dari hidung jam 04.00 mmHg menandakan adanya rutin), rontgen thorax dan EKG
WIB kemudian berhenti hipertensi
• Keluar darah dari hidung jam 08.00 • Pemeriksaan hidung menggunakan
WIB kemudian langsung dibawa ke spekulum di dapatkan at regio
IGD RSUD Waled cavum nasi: mukosa hiperemis (+/-),
• Pasien juga mengaku ketika darah (+/-), sekret (-/-), massa (-/-),
meludah bercampur dengan darah septum deviasi (-/-), pu (+/+)
• Pasien mempunyai tekanan darah
tinggi yang tidak terkontrol, karena
pasien tidak mengetahui hal
tersebut.
• Pasien tidak sedang konsumsi obat-
obatan
TATALAKSANA
Penekanan langsung pada ala nasi Kauterisasi
Secara umum, semakin dekat ligasi ke lokasi Perdarahan yang berasal dari sistem arteri
perdarahan, maka kontrol perdarahan karotis eksterna dapat diembolisasi.
semakin efektif. Pembuluh darah yang
dipilih antara lain : arteri karotis eksterna,
arteri maksila interna atau arteri etmoidalis.
Terapi IPD
Bisoprolol 1 x 2,5 mg
Furosemid 1 x 40 mg
Captopril 3 x 25 mg
Amlodipin 1 x 10 mg
TERIMAKASIH
DAFTAR PUSTAKA
1. Soetjipto, Damayanti dan Endang Mangunkusumo. Hidung dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorokan Edisi Ketujuh, Efiaty A, Nurbaiti I (ed). Jakarta: Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, 2012: 96-100.
2. Hilger, Peter A, MD, George L Adams, Lawrence L Boies, MD. Hidung: Anatomi dan Fisiologi
Terapan dalam Buku Ajar Penyakit THT BOEIS edisi 6, Harjanto efendi, R.A Kuswidayati (ed).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 1994;173-85.
3. Gilyoma, Japhet M dan Phillipo L Chalya. Etiological profile and treatment outcome of epistaxis at a
tertiary care hospital in Northwestern Tanzania: a prospective review of 104 cases. Tanzania: BMC
Ear, Nose and Throat. 2011
4. Simmen DB, Jones NS. Epistaxis. In : Flint PW, et al. Cummings Otolarryngology Head and Neck
Surgery. sixth. Philadelphia: Elsevier Saunders, 2015
5. Punagi AQ. Epistaksis Diagnosis dan Penatalaksanaan Terkini. Makassar : Digi Pustaka, 2017