Anda di halaman 1dari 45

PERGERAKAN SEDIMEN PANTAI

ABRASI
transpor sedimen pantai adalah gerakan sedimen di
daerah pantai yang disebabkan oleh gelombang dan
arus yang dibangkitkannya

pergerakan sedimen tegak lurus pantai (cross-


shore transport) atau boleh juga disebut dengan
pergerakan sedimen menuju dan meninggalkan
pantai (onshore-offshore transport).

pergerakan sedimen sepanjang pantai atau sejajar


pantai yang biasa diistilahkan dengan longshore
transport.
• gerak air di dekat dasar akan menimbulkan
tegangan geser pada sedimen dasar. Bila nilai
tegangan geser dasar lebih besar dari pada
tegangan kritis erosinya, maka partikel sedimen
akan bergerak.

• variabel-variabel yang mempengaruhi


pergerakan sedimen pantai antara lain:
diameter sedimen, rapat massa sedimen,
porositas, dan kecepatan arus atau gaya yang
ditimbulkan oleh aliran air.
TRANSPORT SEDIMEN TEGAK LURUS PANTAI

• Gelombang yang menjalar menuju pantai


membawa massa air dan momentum searah
penjalarannya.
• Transpor massa dan momentum tersebut akan
menimbulkan arus di daerah dekat pantai
• Gelombang pecah menimbulkan arus dan
turbulensi yang sangat besar yang dapat
menggerakkan sedimen dasar
• Penjalaran gelombang menuju pantai akan
melintasi daerah-daerah lepas pantai (offshore
zone), daerah gelombang pecah (surf zone),
dan daerah deburan ombak di pantai (swash
zone).
• Di daerah surf zone, kecepatan partikel air hanya bergerak searah
penjalaran gelombangnya
• Di swash zone, gelombang yang memecah pantai menyebabkan massa air
bergerak ke atas dan kemudian turun kembali pada permukaan pantai.
• Gerak massa air tersebut disertai dengan terangkutnya sedimen.
• karakteristik gelombang di daerah surf zone
dan swash zone adalah yang paling penting di
dalam analisis proses pantai.
• Arus dan partikel air di dasar bergerak searah penjalaran gelombang menuju
pantai.
• Di daerah mulai pecahnya gelombang (point of wave breaking) yang biasa disebut
dengan surf zone, terlihat adanya pertemuan pergerakan sedimen yang menuju
pantai dan yang bergerak kembali ke tengah laut.
• Selain itu, pergerakan sedimen di luar daerah surf zone akan mulai melemah.
Akibatnya, di titik ini akan terbentuk bukit penghalang (bar) yang memanjang
sejajar pantai
• Pergantian musim juga mempengaruhi proses
pantai.
• Turbulensi dari gelombang pecah mengubah
sedimen dasar (bed load) menjadi suspensi
(suspended load).
Kesenjangan/ketidaksamaan hantaman
gelombang (antara dua musim)
mengakibatkan penggerusan yang kemudian
membentuk pantai-pantai curam yang
menyisakan sedimen-sedimen bergradasi
lebih kasar.
• pada saat bertiup angin timur, gelombang laut
akan bersifat konstruktif yaitu membawa
sedimen menuju pantai. Demikian juga yang
terjadi pada kawasan pantai saat angin tenang
atau musim panas (summertime).
Sebaliknya bila bertiup angin barat, saat bertiup angin badai (storm),
ataupun saat musim dingin (wintertime), maka gelombang laut akan
bersifat merusak pantai (destruktif) karena massa air akan mengangkut
sebagian besar sedimen menuju tengah laut. Sedimen itu kemudian
teronggok di daerah surf zone membentuk bukit pasir (sand-bar).
• Ombak badai yang curam akan mengikis muka pantai dan mengangkut
sedimen menjadi bukit penghalang di surf zone di kawasan lepas pantai
(offshore).
• Gelombang normal akan membawa kembali sedimen di bukit
penghalang membentuk kembali muka pantai seperti sedia kala. Keadaan
ini dinamakan sebagai “keseimbangan dinamis” (dynamic equilibrium).

Selain itu, pergerakan


sedimen menuju dan
meninggalkan pantai
dapat terjadi karena:
1. sedimen bergerak
kembali terbawa
sirkulasi sel yang
berupa rip current
2. terbawa bersama
aliran balik (back
flows).
Pengertian
RIP Current

RIP current atau arus balik adalah arus yang menuju ke


laut bebas dengan kecepatan tinggi karena tidak adanya
penghalang.

Pantai Parangtritis merupakan pantai yang terbuka


sehingga tidak ada penghalang yang menghalangi RIP
current tersebut. tidak heran apabila kecepatan dari RIP
current dapat mencapai 80 km/jam.Arus ini tidak hanya
terjadi di satu tempat saja melaink berpindah-pindah
tempat.
Parangtritis Coastal Area (Google earth view 2006)

Gambar Rip Current


Arus ini juga berwarna lebih keruh karena membawa material-
material padat dari pantai. Arus balik ini juga dipengaruhi oleh
adanya angin dan juga pasang.

Fenomena Rip Current Di Pantai


Parangtritis Coastal Area (Google earth view 2006)
Proses Terjadinya Rip Current

Banyak faktor yang


menyebabkan terjadinya
Rip Current, diantaranya
Pertemuan dua arus yang
menyusur pantai (Long
shore Current)
Photo of Parangtritis Coastal Area [Barandi, 2003 in PSBA, 2009]

foto udara dari pantai Parangtritis Saat Terjadi Rip Current


Syarat terjadinya rip
current adalah adanya sebuah
teluk besar atau sebuah teluk
yang diapit oleh dua tanjung
seperti gambar tersebut.
Gelombang yang datang dari
laut lepas menuju pantai, akan
dipantulkan oleh dinding
dinding tanjung, (Quaresma
2006). Kemudian arus arus ini
akan saling bertemu dan
terakumulasi di suatu titik.
Kemudian akumulasi dari
beberapa arus ini akan
Gambar skema terjadinya Rip Current
bergerak kembali ke tengah
laut dalah massa yang tidak
seperti arus biasa.
Current Mechanism at Parangtritis Beach [Sukirman, 2003]

Rip Current juga merupakan arus yang terjadi di perairan


pesisir dekat pantai yang bergerak menjauhi pantai dengan
arah tegak lurus atau miring terhadap garis pantai.
Sedangkan apabila garis puncak gelombang datang sejajar
dengan garis pantai, maka akan terjadi 2 kemungkinan arus
dominan di pantai.
Hubungan Bentuk Pantai
Parangtritis dengan Kemunculan
Rip Current

Sebagai pantai yang mengalami pengangkatan (uplifted


shoreline) dengan proses abrasi cukup kuat, profil pantai
selatan umumnya memiliki zone pecah gelombang
(breaker zone) dekat garis pantai. Akibatnya, zone
paparan (surf zone) menjadi sempit. Bila terjadi
interferensi gelombang, maka atenuasi ombak akan
terjadi sehingga membentuk gelombang besar. Karena
daerah paparannya sempit, meski gelombang akan pecah
di zone pecah gelombang, hempasan ombaknya masih
dapat menyapu pantai dengan energi cukup kuat.
Hal2 yang memicu terjadinya
rip current :

1.  Adanya ketidakseragaman
gelombang pecah

2. Puncak gelombang sejajar dengan garis


pantai, atau sudut gelombang pecah
terhadap garis pantai<50.

3. Bathimetri dasar laut yang tidak


beraturan.

4.  Tempat tersebut merupakan pertemuan


arus sepanjang pantai yang berasal dari
sebelah kiri dan kanan.
Tanda-Tanda Terjadinya Rip
Curent

1. Melihat adanya perbedaan tinggi gelombang


antara kiri-kanan dan antaranya.

2. Meletakkan benda yang dapat terapung.

3. Melihat kekeruhan air yang terjadi,


dimana air pada daerah surf zone
tercamp
dengan air dari darat.
Jika terperangkap dalam arus
seret ke tengah laut, jangan
mencoba untuk berenang
melawan arus (ke tepi
pantai), tenanglah untuk
sementara mengikuti arus.
Saat arus mulai
melamah,maka berenanglah
menuju ke kiri atau kenanan
dan kemudian kembali ke
pantai

Ilustrasi Saat Terjebak Di Rip Current


Abrasi

 Kecepatan Abrasi
Dimana : V = Kecepatan Abrasi (m/tahun)
m = massa substrat yang terabrasi (kg)
A = luas permukaan yang terkena
benturan gelombang (m2)
ρ = densitas substrat terabrasi (kg/m3)
t = waktu (s)
• Berdasarkan perubahan profil pantai akibat
abrasi (gambar 1) dapat diketahui bahwa
volume sedimen (v1 = v2).
• Luas permukaan yang terkena benturan
gelombang (A) dapat dihitung dengan
menghitung panjang daerah v1 dikali dengan
lebar daerah v1. Sedangkan untuk mengetahui
masa substrat yang terabrasi digunakan
rumus:
m=ρ v
m=ρ v
Dimana: m = massa substrat yang terabrasi (kg)
ρ = densitas substrat yang terabrasi (kg/m3)
v = volume (v1) substrat yang terabrasi (m3)
• Dimana :V = kecepatanabrasi (m/thn)
• m = massa substrat yang terabrasi (kg)
• A = luas permukaan yang terabrasi (m2)
• ρ =densitas substrat yang terabrasi (1,5
× 103kg/m3)
• t = waktu (thn)
Lampiran 5. Dokumentasi lokasi penelitian

Stasiun I

Stasiun II

Stasiun III
Peta Lokasi Abrasi di Jalinbar Bengkulu
Bagian Utara (1-14 adalah Lokasi
Terjadinya Abrasi)
Lokasi Desa Palik
US ARMY 1954
BAGANSIAPI – API 2014
BAGANSIAPI – API 1954

FUNGSI DAN BAGAIMANA


PEMANFAATANNYA PROSES
SEDIMENTASI YANG
TERJADI
Perubahan Garis Pantai

Untuk mengetahui tingkat sedimentasi yang terjadi di Muara sungai Rokan per tahun

Metode Teknik overlay menggunakan sistem


penginderaan jauh yang memanfaatkan
program Arcview GIS 3.3.
metode overlay pada Arcview GIS 3.3, melihat perubahan garis pantai di
suatu lokasi dari tahun ke tahun, termasuk perubahan akibat sedimentasi
atau abrasi, dan dapat diketahui luasnya (wibowo, 2011)

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari


- Peta Kota Bagan Sipai – api (US ARMY tahun 1954),
- Citra Landsat MSS Tahun 1979
- Citra Landsat 5 ETM+ Tahun 1989
- Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2000
- Citra Landsat 8 OLI Tahun 2014

Proses analisis Pengolahan Data Inderaja

Digitasi garis pantai peta


laut 1954 , Citra Landsat Overlay 1954 – 1979 (1)
MSS 1979, Citra
Landsat 5 ETM+ 1989, Overlay 1 – 1989 (2)
Citra Landsat 7 ETM+
2000 dan gCitra Landsat Overlay 2 – 2000 (3)
8 OLI Tahun 2014
Overlay 3 – 2014
Arah sedimen yang ditrasnportasikan dari lokasi A dan B sama - sama mengarah ke
Tenggara saat pasang dan mengarah ke arah Barat Laut saat surut.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi penumpukan sedimen di arah Tenggara,


serta Barat Laut muara sungai Rokan, yakni di daerah pulau Berkey, pulau Alang
Besar dan Kecamatan Kubu.

Apabila dikaitkan dengan peta laut US ARMY tahun 1954 yang menggambarkan
bahwa pada tahun tersebut belum terlihat daratan pulau Berkey, maka diduga
telah terjadi pembentukan daratan baru yang diakibatkan hasil sedimentasi di
kawasan ini
Ilustrasi mekanisme angkutan sedimen

33.616.808,53 m3/tahun

33.479.785,53 m3/tahun

sedimen dasar 107.863 m3 +


tersuspensi 29.170 m3

137.023 m3/tahun

Peta 1954 perairan berkey cukup dalam, maka sedimen berpeluang mengendap

Berkey = Hasil Sedimentasi ???


Analisis Perubahan Garis Pantai

Luas daratan (m2) Akresi (m2) Abrasi (m2) Rerata Laju Akresi Rerata Laju Abrasi
(m2/Tahun ) (m2/Tahun )
 655,804,550.28  162,102,376.89  8,600,916.66  6,484,095.08  344,036.67

Hasil Overlay Peta Dasar US Army 1954 dengan Peta Citra Landsat MMS 1979
Luas daratan (m2) Akresi (m2) Abrasi (m2) Rerata Laju Akresi Rerata Laju Abrasi
(m2/Tahun ) (m2/Tahun )
 803,971,935.43 8,838,678.59  13,939,487.58 883,867.86  1,393,948.76

Hasil Overlay Peta 1 dengan Peta Citra Landsat 5 ETM+ tahun 1989
Luas daratan (m2) Akresi (m2) Abrasi (m2) Rerata Laju Akresi Rerata Laju Abrasi
(m2/Tahun ) (m2/Tahun )

 818,983,863.29  80,207,142.39  2,105,199.41  7,291,558.40  191,381.76

Hasil Overlay peta 2 dengan Peta Citra Landsat 7 ETM+ tahun 2000
Luas daratan (m2) Akresi (m2) Abrasi (m2) Rerata Laju Akresi Rerata Laju Abrasi
(m2/Tahun ) (m /Tahun )
2

 895,901,413.05  3,289,592.21  29,344,227.59  2,096,016.26  234,970.87

Hasil overlay peta 3 dengan Peta citra Landsat OLI tahun 2014

Anda mungkin juga menyukai