03 04
Kerangka Konsep dan Definisi
Operasional Metodelogi Penelitian
05
06
06
Hasil Penelitian dan
Kesimpulan Saran
Pembahasan
Latar Belakang
Tuberculosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis
Penyakit TB ini secara global diperkirakan sudah 10.0 juta penduduk yang telah
terinfeksi.
Program End TB 2030 kendala pandemic baru Covid-19
Secara geografis delapan negara penyumbang kasus TB tertinggi antara lain : India
(26%), Indonesia (8.5%), Cina (8.4%), Filipina (6.0%), Pakistan (5.7%), Nigeria
(4.4%), Bangladesh (3.6%), dan Afrika Selatan (3.6%)
Indonesia merupakan negara kedua dengan kasus terbanyak dengan angka penemuan
kasus yaitu 6.4 juta dengan setara 64.5% sedangkan pada tahun 2018 ialah 67.2%,
dan terjadi penururnan pada tahun 2018 sebesar 3.3% dari tahun 2019. pada angka
penemuan kasus di Indonesia ini masih jauh dari persentase yang direkomendasikan
oleh WHO yaitu >90%.
Latar Belakang
Jawa Timur memiliki jumlah angka
penemuan kasus tuberkulosis tertinggi kedua
di Indonesia dengan 64.311 kasus pada
tahun 2019 dengan angka CDR yang masih
kurang dari target nasional yaitu 66%.
Latar Belakang
● Kabupaten Sidoarjo merupakan tertinggi ke 3 dengan angka penemuan kasus 3.540 kasus dengan
persentase CDR belum pada kategori baik (< 70) yaitu 62%.
● Hasil wawancara pada salah satu puskesmas di wilayah Kabupaten Sidoarjo, kendala dalam cakupan
penemuan kasus TB paru pada masa pandemi Covid-19 antara lain masih kurangnya pengetahuan
petugas maupun masyarakat, skrining awal pada keluhan batuk akan fokus ke Covid-19, petugas
memegang program ganda, dan jejaring antar dokter dan klinik masih kurang maksimal.
● Padahal penemuan kasus merupakan langkah awal dalam kegiatan tatalaksana penanggulangan TB.
Penemuan kasus ini secara bermakna dapat menurunkan kesakitan dan sekaligus merupakan kegiatan
pencegahan penularan TB yang paling efektif di masyarakat
● Maka dari itu peneliti ingin mengetahui secara mendalam tentang strategi dan hambatan dalam
capaian penemuan kasus TB paru di puskesmas dengan angka penemuan kasus tertinggi dan
puskesmas dengan angka kasus terendah pada wilayah Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2021
ditinjau dari input, proses, dan output
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui secara mendalam tentang capaian penemuan kasus TB paru di puskesmas
dengan angka penemuan kasus terendah dan puskesmas dengan angka penemuan kasus
tertinggi di wilayah Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2021.
.
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui gambaran capaian penemuan kasus TB paru di puskesmas dengan angka penemuan kasus terendah dan
puskesmas dengan angka penemuan kasus tertinggi di wilayah Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2021
2. Untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang variabel input (SDM, sarana prasarana, pendanaan dan pedoman) dalam
capaian penemuan kasus TB Paru di puskesmas dengan angka penemuan kasus terendah dan puskesmas dengan angka penemuan
kasus tertinggi di wilayah Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2021
3. Untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang variabel proses (promosi kesehatan, penemuan kasus, dan pencatatan
pelaporan) dalam capaian penemuan kasus TB Paru di puskesmas dengan angka penemuan kasus terendah dan puskesmas dengan
angka penemuan kasus tertinggi di wilayah Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2021
4. Untuk memperoleh informasi yang mendalam variabel output (cakupan penemuan kasus) dalam capaian penemuan kasus TB paru
di puskesmas dengan angka penemuan kasus terendah dan puskesmas dengan angka penemuan kasus tertinggi di wilayah
Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2021
5. Untuk memperoleh informasi yang mendalam tentang faktor yang menghambat dan strategi yang digunakan dalam capaian
penemuan kasus TB paru di puskesmas dengan angka penemuan kasus terendah dan puskesmas dengan angka penemuan kasus
tertinggi di wilayah Kabupaten Sidoarjo pada tahun 2021
Tinjauan Pustaka
Tuberculosis Puskesmas
Pendekatan
Sistem
Strategi dan
Kebijakan
Penelitian
terdahulu
Kerangka Teori
Kerangka Konsep
Proses Output
Input
Promosi
Faktor SDM Cakupan
Kesehatan
Sarana
Penemuan penemuan kasus
prasarana
kasus TB Paru
Pendanaan
Pencatatan dan
Pedoman
Pelaporan
Metodelogi Penelitian
Teknik pengumpulan
Desain Penelitian data
Validitas Data
Sampling dan Analisa Data
- Triangulasi sumber data dengan
menggunakan informan pasien TB, kader, - Purposive sampling
kepala puskesmas, dan pengelola program - Deskriptif
P2TB dinas kesehatan.
- Triangulasi Metoda dengan menggunakan
WM, Observasi dan telaah dokumen
Karakteristik Informan
Keterbatasan Penelitian
1. Adanya varian baru pada pandemi Covid-19 ini yang membuat angka kasus Covid-19
semakin naik maka peneliti menganulir data observasi yang bertujuan untuk melihat
aspek-aspek proses KIE TB. Sehingga pada data observasi hanya dilakukan untuk melihat
aspek-aspek sarana-prasarana yang tersedia saja.
2. Karena adanya target vaksinasi masal dan melonjaknya angka kasus Covid-19 sehingga
terdapat dua informan yang kurang berkenan atas keterbatasan waktu dalam proses
wawancara berlangsung.
3. Selain itu juga hasil penelitian ini tidak dapat untuk menggenalisir pada setiap puskesmas
dan wilayah yang ada di Indonesia.
Input
Sumber Daya Manusia :
- Puskesmas angka penemuan kasus tertinggi (CKT) belum cukup SDM
- Pelatihan :
Puskesmas angka penemuan kasus terendah 1 (CKR1) sudah cukup
Semua puskesmas
SDM
- telah mendapatkan
Puskesmas angka penemuan kasus terendah 2 (CKR2) belum cukup
pelatihan minimal
SDM
dokter, perawat, dan
laboratorium. Akan
tetapi pada puskesmas
Permenkes RI No 67 tahun 2016 tentang angka penemuan
penanggulangan TB. Sumber daya manusia kasus terendah 2
minimal dokter, perawat, dan laboratorium masih belum
mendapatkan pelatihan
Hal ini sejalan dengan pendapat Sarwoto bahwa sarana prasarana merupakan
suatu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku kerja karena jika sering sering
terjadi ketidaksediaan dalam sarana parasarana akan dapat membuat
keterlambatan pelaksanaan tugas penemuan kasus TB
Input
Pendanaan
Pada puskesmas Tinggi dan Rendah 2 = <10 Juta
Tercukupi
Puskesmas Rendah 1 = 3.140.000
APBD dan BOK
Digunakan untuk pelayanan kesehatan masyarakat di puskesmas
seperti kontak tracing dan sosialisasi, kemudian pelayanan upaya
kesehatan yang terdiri dari penyuluhan-penyuluhan TB serta
pengadaan alat tulis.
Pembinaan
Yuyus, 2015 menyatakan bahwa ada hubungan peran kader dalam investigasi kontak
dengan penemuan kasus TB baru.
Yani, 2018 bahwa pelatihan untuk kader dapat memberikan pengetahuan dengan baik
Proses
Pencatatan dan Pelaporan
Jejaring Puskesmas
• website dari klinik serta ditunjang dengan formulir rujukan (Puskesmas CKT dan
CKR1)
• form yang dibuat oleh puskesmas itu sendiri. (Puskesmas CKR2)
Hal ini sejalan dengan penelitian Noveyani (2014) bahwa pencatatan dan
pelaporan yang lengkap dan baik dapat berhubungan dengan kualitas petugas
TB maupun penemuan kasus yang baik.
Output
Cakupan Penemuan Kasus TB
Hambatan :
Triwulan 1 tahun 2021 1. Adanya pandemi Covid-19
2. Kurang optimal kinerja petugas TB
No Puskesmas Target Capaian %
3. Adanya kasus laten pada TB
1 Puskesmas CKT 48 18 37% 4. Kurangnya kepedulian masyarakat
dan jejaring dalam penemuan
2 Puskesmas CKR1 22 3 14%
kasus TB
3 Puskesmas CKR2 21 10 10% Strategi :
5. membuat 1 team SDM
6. memberikan informasi ke group
whatsapp kader
7. Penyuluhan dengan seminar ke
desa-desa
8. Sosialisasi diruang runggu pasien
Kesimpulan
Input Proses
• Sumber daya manusia : jumlah sumber daya yang ada telah sesuai • Promosi kesehatan : penyuluhan, informasi
dengan Permenkes No 67 tahun 2016 diantaranya dokter, perawat, whatsapp group, seminar desa. Dan
dan laboratorium. Akan tetapi pada praktiknya terdapat puskesmas penyuluhan dalam gedung.
kasus tertinggi dan terendah 2 masih merasakan kurang dalam SDM • Penemuan kasus pasif dengan lintas
yang ada dikarenakan setiap individu memiliki program ganda program dan jejaring. Penemuan aktif
• Sarana Prasarana : puskesmas dengan angka penemuan kasus dengan tracing kontak dengan dibantu
tertinggi maupun terendah sudah mencukupi dalam sarana prasarana kader akan tetapi masih belum optimal
• Pendanaan : puskesmas dengan angka penemuan kasus tertinggi dalam pemberdayaan masyarakat,
maupun terendah sudah mencukupi dalam pendanaan yang terdiri dari • Pencatatan pelaporan : menggunakan SITB
dana BOK dan APBD dan formulir baku. Untuk jejaring
• Pedoman : Pedoman pada puskesmas dengan angka penemuan kasus pelaporan ke puskesmas masih bervariasi
tertinggi dan puskesmas dengan angka kasus terendah telah memiliki
SOP kegiatan penemuan kasus TB
Kesimpulan
Output
• Faktor-faktor yang menjadi hambatan dalam capaian penemuan
Capaian penemuan kasus TB ditinjau dari sisi
kasus antara lain adanya tugas tambahan yang ada, adanya
output diperoleh hasil pada puskesmas angka pandemi Covid-19, kurang optimalnya kerjasama antar
penemuan kasus tertinggi yaitu capaiannya masyarakat antara lain kader, serta kurang komitmen yang kuat
adalah 47%, puskesmas angka penemuan kasus dari jejaring dalam pelaporan data kepada puskesmas
terendah 1 adalah 19%, dan puskesmas angka • Strategi dalam capaian penemuan kasus antara lain membuat 1
penemuan aksus 2 adalah 29%. team SDM yang terdiri dari dokter,perawat program, dan
pencatatan pelaporan, penyuluhan tanpa tatap muka dengan
memberikan informasi ke group whatsapp kader dan pasien,
penyuluhan dengan tatap muka dengan melakukan seminar
desa serta penyuluhan di ruang tunggu pasien serta aktif dalam
sosilisasi kepada lintas sektor dan jejaring.
Puskesmas
Saran
• Pemberian sosialisasi dan
Dinas Kesehatan Peneliti selanjutnya
edukasi tanpa tatap muka seperti
pembuatan media pamphlet
online atau video • Perlu memberikan saran cara sosialisasi • Melakukan penelitian
• Perlu adanya sosialisasi kembali dan edukasi tanpa tatap muka. lanjutan mengenai kinerja
kepada para jejaring • Perlu adanya bahan penunjang dalam tenaga kesehatan
• Perlu adanya sosialisasi sosialisasi dan edukasi tanpa tatap • Melakukan penelitian
terhadap kader . muka lanjutan terhadap para
• Memaksimalkan peran • Perlu ditingkatkan kerjasama dengan jejaring
penanggung jawab program TB jejaring atau kemitraan dengan adanya • Meningkatkan jumlah tempat
kebijakan untuk mewajibkan penelitian
melaporkan kepada puskesmas wilayah • Menambahkan informan
setempat. dalam penelitian
• Perlu adanya pemetaan kembali bagi
tenaga kesehatan yang belum
mendapatkan pelatihan
• Peningkatan supervise dari dinas
kesehatan kepada puskesmas
References
Ahmad, Idris. 2013. FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CAKUPAN PENEMUAN KASUS BARU TB BTA POSITIF DI
PUSKESMAS WILAYAH KOTA BEKASI TAHUN 2012. Tesis, Universitas Indonesia, Depok.
Azwar A. 2010. Pengantar Administrasi Kesehatan. Binarupa Aksara. Jakarta
Centers for Disease Control and Prevention. 2013. “Core Curriculum on Tuberculosis : What the Clinician Should Know.” Centers for Disease
Control and Prevention National Center for HIV/AIDS, Viral Hepatitis, STD, and TB Prevention Division of Tuberculosis Elimination, 1–320.
http://www.cdc.gov/tb.
Depkes RI 2007, Pedoman Nasional Pengendalian Tuberculosis. Depkes RI, Jakarta.
Dinkes Sidoarjo. 2020. “Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo 2019.” Profil Kesehatan 53 (9): 1689–99.
Dinkes Jatim, 2020. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Surabaya.
Kemenkes RI 2009. Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia No. 384/Menkes/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan
Tuberkulosis, Kemenkes RI. Jakarta.
Kemenkes, 2019. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Nasional Pengendalian TB. Jakarta
Kemenkes RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Noor 67 Tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberculosis.Kemenkes RI.
Jakarta
Kemenkes RI. 2017. “Kebijakan Program Penanggulangan Tuberkulosis Indonesia.” Modul Pencegahan Dan Pengendalian Penyakit, 1–23.
Kemenkes RI. 2019. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Kemenkes RI.
Jakarta
Nugraini, K. Cahyati W, dan Farida Eko. 2015. “Evaluasi Input Capaian Case Detection Rate (Cdr) Tb Paru Dalam Program Penanggulangan
Penyakit Tb Paru (P2Tb) Puskesmas Tahun 2012 (Studi Kualitatif Di Kota Semarang).” Unnes Journal of Public Health. 4 (2): 143–52.
Manuaba. 2000. Hubungan Beban Kerja Dan Kapasitas Kerja. Jakarta: Rinek Cipta.
Notoatmodjo Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rhineka Cipta, Jakarta.
Centers for Disease Control and Prevention,. 2013. “Core Curriculum on Tuberculosis : What the Clinician Should Know.” Centers for Disease
Control and Prevention National Center for HIV/AIDS, Viral Hepatitis, STD, and TB Prevention Division of Tuberculosis Elimination, 1–320.
http://www.cdc.gov/tb..
WHO, 2020. Tuberculosis. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/tuberculosis . Diakses pada tanggal 19 – 03- 2021
WHO, 2020. WHO Report TB 2020. Genewa : who.
TERIMAKASIH