Anda di halaman 1dari 10

ALUMUNIUM

Aluminum Alloy Temper Designation System

H Temper (Work hardened/wrought products only)


Products that have their strength increased by work hardening, with or
without supplementary treatments to produce some reduction in strength.
The H is always followed by two or more digits.

 H1 - Work hardened only :


Nomor yang mengikuti penomoran ini mengindikasikan derajat dari work hardening

 H2 - Work hardened and partially annealed:


Produk di work hardened dan kemudian diturunkan kekuatannya menggunakan
partial annealing. Nomor yang mengikuti penomoran ini mengindikasikan derajat
dari work hardening setelah produk dianil

 H3 – Work hardened and stabilized:


Produk di work hardened dan kemudian distabilkan sifatnya menggunakan low
temperature thermal treatment atau memakai hasil dari panas yang dihasilkan oleh
fabrikasi. Nomor yang mengikuti penomoran ini mengindikasikan derajat dari work
hardening setelah stabilisasi
ALUMUNIUM

Aluminum Alloy Temper Designation System

H Temper (Work hardened/wrought products only)


Products that have their strength increased by work hardening, with or without
supplementary treatments to produce some reduction in strength. The H is always
followed by two or more digits

 Cold working dari material yang dianil menggunakan H1 temper (work hardened
only) meningkatkan dislocation density, dan akan meningkatkan kekuatan
(terutama yield strength) serta menurunkan keuletan
 Di dalam alumunium tanpa paduan dan alumunium sedikit mengandung
magnesium, cold working menghasilkan cell yang memiliki dinding yang
mengandung dislokasi dengan kerapatan tinggi yang menyelimuti volume material
yang relatif bebas tegangan
 Di dalam paduan yang mengandung sejumlah cukup magnesium , dislokasi
membentuk hutan yang kusut (tangled forest). Di dalam paduan alumunium-
magnesium pengerjaan tinggi , pengaturan kembali struktur dislokasi akan terjadi
pada waktu yang lama dalam temperatur kamar
 Stabilizing treatment (H3 temper) mencegah hilangnya kekuatan di dalam paduan
3xxx dan 5xxx selama dibiarkan pada waktu yang lama
 Selama partially annealing treatment (H2 temper), dinding cell akan menjadi lebih
sempurna dan dislokasi di dalam cell akan berpindah ke dalam cell boundries
ALUMUNIUM

Aluminum Alloy Temper Designation System

H Temper (Work hardened/wrought products only)


Products that have their strength increased by work hardening, with or without
supplementary treatments to produce some reduction in strength. The H is always
followed by two or more digits

 Jika temperatur melebihi level kritisnya (tergantung pada kadar paduan dan
regangan) , produk cold worked akan berkristalisasi secara sebagian atau
seluruhnya
 Material pada H2 temper akan memiliki kombinasi kekuatan dan keuletan, yang
umumnya superior dibandingkan material pada H1 temper
 Cold worked pada alloy yang mengandung kadar Mg diatas 3.5% dan annealed
alloy mengandung dibawah 4.5% Mg, dapat menahan degradasi ketahanan korosi
yang diakibatkan oleh pengendapan dari continous film Al 3Mg2 pada batas butir
sekitar 2050C
 Khusus untuk H116 dan H321 pengontrolan hot-rolling temper dikembangkan
untuk menghilangkan endapan Al3Mg2 pada batas butir atau penggumpalan
endapan untuk meningkatkan ketahanan korosi
 Untuk level kekuatan tertentu, ketahanan yang lebih tinggi dari korosi diperoleh
dengan cara meningkatkan magnesium dan mangan bukan dengan cara
meningkatkan work hardening
ALUMUNIUM
Aluminum Alloy Temper Designation System
W Temper (Solution heat treated)
An unstable temper applicable only to alloys that spontaneously age at room
temperature after solution heat treatment. This designation is specific only when
the period of natural aging is indicated, For example, W 1/2h

T Temper
(thermally treated to produce stable properties other than F,O, or H)
Product that are thermally treated, with or without supplementary work hardening, to produce
stable tempers. The T is always followed by one ore more digits.

 T3 – Solution treated, quenched, cold worked, and naturally aged to a substantially


stable condition
Produk yang dicold worked setelah solution treatment dan efek cold worked sangat
mempengaruhi sifat mekanis
 T4 – Solution treated, quenched, and naturally aged to a substantially stable
condition
Produk yang tidak dicold worked setelah solution treatment atau tidak dicold worked
sehingga efek dari cold worked tidak ada pada sifat mekanis
 T5 – Quenched from an elevated temperature, shaping process, and then artifically
aged
Produk yang tidak dicold worked setelah solution treatment atau tidak dicold worked
sehingga efek dari cold worked tidak ada pada sifat mekanis
ALUMUNIUM

Aluminum Alloy Temper Designation System


T Temper
(thermally treated to produce stable properties other than F,O, or H)
Product that are thermally treated, with or without supplementary work hardening, to
produce stable tempers. The T is always followed by one ore more digits
 T6 – Solution heat treated, quenched and artificially aged
Produk yang tidak dicold worked setelah solution treatment atau tidak dicold
worked sehingga efek dari cold worked tidak ada pada sifat mekanis
 T7 – Solution treated, quenched and over aged/stabilized
Wrought product yang di over aged untuk menjadikannya melebihi nilai kekuatan
maksimum dan untuk mengontrol beberapa karakteristik yang lain, biasanya
ketahanan korosi. Diaplikasikan untuk produk cast yang di artificially aged setelah
solution heat treatment untuk menghasilkan kestabilan dimensi dan kekuatan
 T8 – Solution treated, quenched, cold worked, and artificially aged
Produk yang dicold worked setelah solution treatment dan efek cold worked sangat
mempengaruhi sifat mekanis
 T9 – Solution treated, quenched, artificially aged and then cold worked
Produk yang dicold worked untuk memperbaiki kekuatan
ALUMUNIUM

Aluminum Alloy Temper Designation System

W and T Temper
 Kekuatan tertinggi dicapai oleh precipitation hardening. Material ditahan selama waktu
tertentu di atas solvus untuk melarutkan semua dari elemen pemadu utama, di quench
untuk menahan semua elemen pemadu utama ini di dalam larutan padat, kemudian di
aging pada temperature kamar (natural aging) atau pada temperatur sedikit dinaikkan
(artificial aging)
 Paduan dengan kekuatan tertinggi mengandung konsentrasi terbesar dari elemen
pemadu utama. Kekuatan akan meningkat dengan peningkatan kadar paduan
 Semua paduan wrought 2xxx dan 6xxx dan paduan cast 2xx.x dan 3xx.x diperkuat
selama natural aging menggunakan Guinier-Preston (G-P) zone, yang mana adalah
pelopor (precursors) untuk fasa Al2Cu, Al2CuMg, Mg2Si, atau Al4CuMgSi4. Kekuatan
dari material ini meningkat sekitar setelah 4 hari. Kemudian distabilisasi (T4 temper)
 Secara kontras untuk paduan 7xxx mengandung GP zone untuk pelopor fasa MgZn2
dan akan meningkat terus menerus pada temperatur kamar setelah quenched (W
temper). Keuletan didalam kondisi temper yang tidak lama (< 1/2h temper) cukup tinggi
dan sangat baik untuk proses pembentukan, sehingga banyak produk dibentuk segera
setelah proses quenching dari solution heat treatment temperature
 Untuk mencegah pembentukan butir yang besar selama solution treatment, jumlah
kritis dari regangan tidak dilakukan. Umumnya strain sekitar 10% dapat menyebabkan
pembesaran butir untuk mayoritas paduan
ALUMUNIUM

Aluminum Alloy Temper Designation System

W and T Temper
 Keuletan di dalam T4 dan T3 temper adalah cukup tinggi sehingga banyak part dapat
dibentuk pada kondisi temper tersebut
 Kekuatan (yield strength) meningkat dengan nyata akibat artificial aging (T6 temper).
Peningkatan kekuatan ini diiringi dengan penurunan keuletan
 Kekeutan dari material yang diperkeras dengan endapan Al2CuMg, Al2Cu atau Al2CuLi
dapat ditingkatkan memakai cold work sebelum artificial aging (T8). Peningkatan
kekuatan materia ini diakibatkan oleh adanya penghalusan dari Al2CuLi dan perubahan
endapan metastable menjadi Al2CuMg dan Al2Cu
 Penambahan silikon dan paduan lain dapat menyebakan penghalusan ukuran endapan
untuk paduan 2xxx
 Produk cold finishing rod dan bar setelah artificial aging akan meningkat kekuatannya
(T9 temper)
 Solution treatment adalah perlakuan yang terpisah/tersendiri . Tetapi, panas dari
proses pembentukan bisa cukup untuk proses solution treatment. Produk-produk
proses ini dapat didinginkan setelah proses pembentukan dan dilanjutkan dengan
proses aging untuk menghasilkan sifat yang diinginkan (T5 temper)
 Beberpa paduan 6xxx mencapai sifat yang diinginkan, didinginkan dengan laju cukup
cepat dari temperatur tinggi hasil proses pembentukan, untuk menjaga silikon dan
magnesium tetap di dalam larutan padat
ALUMUNIUM

Sifat tarik produk paduan alumunium seri 2xxx, 6xxx, dan 7xxx
ALUMUNIUM

Sifat tarik produk paduan alumunium cast yang digunakan untuk industri otomotif
ALUMUNIUM

Sifat tarik dari produk lembaran


paduan alumunium seri 3xxx dan 5xxx

Anda mungkin juga menyukai