33
KAJIAN PUSTAKA
Amutit S /K460
Amutit S merupakan baja paduan , termasuk kelompok Cold work Tool Steel, yang
diproduksi oleh perusahan Bohler Jerman. Komposisi kimia yang terkandung di dalam
Amutit S sbb: Carbon (C)= 0,85% ; Silicon (Si) = 0,25 % ; Manggan (Mn) = 1,10 % ;
Chrom ( Cr) =0,55 % ; Vanadium (V) = 0,10% ; dan Wolfram (W) = 0,55%
Standar bahan yang sesuai dengan bahan Amutit S sbb:
DIN
: 1.2510
100MnCrW4
AISI
: 01
BS
: BO1
JIS
: SKS 3
Amutit mempunyai sifat mampu mesin yang baik sehinga banyak dipilih sebagai
bahan untuk tools. Setelah melalui proses pengerasan mampu mencapai 65 HRC, dengan
variasi temperatur temper rendah, sedang dan tinggi.
disesuaikan dengan kekerasan akhir yang dibutuhkan; makin tinggi temperatur tempering
akan
menyebabkan
dipertimbangkan
Heat
Treatment
Annealing
Stress
relieving
Hardening
Tempering
Oil
63 65 HRc Cutting Tools, Blanking and
Salt bath
Punching tools,,Thread cutting
(200-250C)
tools, woodworking tools, metal
working tools, paper, plastic
tools, plastic mould
air
64 HRc
62 HRc
58 HRc
52 HRc
Heat Treatment
Heat treatment adalah proses perlakuan panas terhadap logam untuk memperbaiki
sifat-sifat mekanik sesuai kebutuhan. Jenis jenis proses heat treatment antara lain:
34
1. Normalizing ( penormalan)
Penormalan
memperbaiki
struktur butiran logam yang mengalami deformasi akibat proses atau pembebanan.
Prosesnya, logam dipanaskan sampai temperatur austenit dalam waktu tertentu , kemudian
didinginkan di udara terbuka. Hasil dari proses ini berupa struktur butiran yang homogen
berbentuk bola (sphere) halus. Hasil terhadap logam adalah menjadi mampu mesin dan
mampu bentuk lebih baik , dan terbebas dari tegangan sisa.
2. Annealling (Pelunakan)
Pelunakan
kemudian diikuti proses pendingian yang sangat lambat (didinginkan dalam tungku
pemanas). Proses pelunakan
dilakukan
untuk melunakan
hardening, agar mampu diproses berikutnya. Contoh ; apabila kita gagal mencapai kekerasan
yang diingikan dalam proses pengerasan, sebelum dilakukan proses pengerasan ulang,
terlebih dahulu dilakukan proses pelunakan.
3. Tempering
Temper adalah proses pemanasan logam setelah proses pengerasan logam ,dengan tujuan
menghilangkan tegangan dalam akibat proses pendinginan kejut ( menghilangkan thermal
stress akibat quenching), logam dipanaskan pada temperatur dibawah temperatur kritis bawah
dalam waktu tertentu, kemudian didinginkan di udara terbuka.
Hasil dari proses tempering logam menjadi lebih tangguh (toughness), tetapi kekerasannya
turun sedikit, penurunan temperatur dapat dipilih disesuaikan dengan temperatur pemanasan.
4. Stress Relieving
Tujuan dari Stress relieving adalah menetralisir tegangan sisa pada logam akibat deformasi
(penekanan, pembengkokan ,penarikan, puntiran, geseran). Logam dipanaskan pada
temperatur rendah (sekirar 200C) dalam waktu tertentu ,kemudian didinginkan di udara
bebas.
35
dipanaskan sampai temperatur austenit dalam media tertentu ( gas, padat ,cair) dalam waktu
tertentu, selanjutnya didinginkan kejut pada media pendingin yang sesuai. Pada bagian kulit
luar akan mengeras , karena pengaruh media pengeras yang dipakai. Hal ini terjadi karena
pada kulit luar terjadi pengayaan unsur atom bahan lain ( misal : karbon) yang mengisi celah
celah antar atom logam yang terjadi akibat pemanasan. Pada saat didinginkan kejut atom
atom
tersebut akan terperangkap dantara atom-atom logam. Proses ini biasanya dipakai
untuk mengeraskan logam dengan kadar karbon rendah ( dibawah 0,4 % C).
6. Hardening / Pengerasan
Hardening adalah proses pemanasan logam (baja) untuk mengeraskan seluruh bagian logam
(full hardening), tujuan ini dapat dicapai apabila bahan mempunyai kandungan karbon
minimal 0,4 %. Prosesnya logam dipanaskan sampai suhu austenit ( di atas teperatur kritis
atas) dalam waktu tertentu, kemudian didinginkan kejut ( quenc) pada media yang sesuai.
Akibat pendinginkan kejut akan terbentuk struktur martensit yang keras. Proses pemanasan
dapat dilakukan pada dapur/tungku dengan fasilitas kontrol suhu yang lengkap, pada dapur
induksi, pada bak garam, atau memakai nyala api .
Flame Hardening/ Pengerasan Memakai Nyala Api
Pengerasan memakai nyala api merupakan cara pengerasan yang paling sederhana
dan sekaligus paling sulit. Proses ini dapat dilaksanakan hanya memakai nyala api las asitelin
yang di atur pada nyala karburasi, kontrol temperatur dilihat dari warna yang muncul dari
logam (baja) pada saat dipanaskan, tiap perubahan temperatur akan menampilkan warna
berbeda. Pengamatan terhadap perubahan warna yang terjadi memerlukan kecermatan dan
pengalaman, kesulitan melihat warna inilah yang seringkali menyebabkan kegagalan proses
flame hardening. Proses : Logam (baja) dipanaskan sampai temperatur austenit (warna
merah ceri/merah terang),kemudian segera didinginkan kejut pada media pendingin yang
sesuai, selanjutnya diteruskan proses temper warna (tempering dengan kontrol panas dari
36
warna logam yang dipanaskan). Tabel berikut meperlihatkan hubungan temperatur dengan
warna yang muncul pada saat baja dipanaskan.
Tabel 2: Skala warna temperatur tempering
WARNA
kuning muda/ kuning tua
Kuning oranye/ kuning kecoklatan
Coklat kemerahan/ merah tua
Jingga
Biru tua /Biru muda/
Abu-abu/ abu-abu muda
TEMPERATUR C
220/230
240/250
260/270
280
290 /310
320/330
(Westerman n Table)
TEMPERATUR C
520-580/ 580-650
650-750/750-780
780-800/800-830
830-880/880-1050
1050-1150/1150-1250
1250-1320
(Westerman n Table)
METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan cara eksperimen terhadap baja Amutit dengan batasan-batasan
sebagai berikut;
Bahan spesimen : Baja Amutit S
Ukuran Bahan
Jumlah
: 10 buah
Pemanasan
37
Tahapan Penelitian :
a. Benda uji/bahan dipanaskan secara merata , sampai warna logam merah terang/merah
muda (780oC - 830oC)
b. Benda kerja didinginkan segera (dicelupkan) kedalam minyak pendingin sampai mencapai
suhu kamar.
c. Uji kekerasan yang dicapai ( berkisar 61- 65 HRc), jika kurang dinyatakan gagal.
d. Benda kerja dibersihkan dengan sikat baja atau amplas halus
e. Dilakukan penemperan dengan cara dipanaskan ulang secara merata, sampai logam
berwarna biru tua atau biru muda ( 290oC 310oC)
f. Didinginkan secara lambat di udara terbuka, sampai dingin /suhu kamar
g. Diperiksa kekerasan yang dihasilkan, dinyatakan berhasil apabila kekerasan berkisar 57
59 HRc.
38
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
hardening, ada dua kemungkinan penyebabnya, (1) Temperatur pemanasan yang belum
tercapai, dikarenakan kesulitan melihat warna logam yang muncul (merah terang) ,sehingga
39
struktur logam belum austenit atau (2) Proses pendinginan yang lambat sehingga struktur
martensit tidak terbentuk, pendinginan lambat dikarenakan jumlah media pendingin
kekurangan sehingga menyebabkan temperatur media pendingin naik (ikut panas). Untuk
mengatasinya jumlah media pendingin ditambah sehingga teperaturnya tetap terjaga pada
temperatur kamar atau ada proses pendinginan terhadap media pendingin tersebut.
Kegagalan yang disebabkan tempering, penyebab utamanya temperatur pemanasan
terlalu tinggi dari yang seharusnya dikarenakan kasulitan melihat warna biru yang muncul
sesaat, untuk mengatasinya benda kerja harus dibersihkan dari sisa jelaga sampai warna
logam dasar (putih) dan benda kerja dikerjakan halus, sehingga pembiasan warna terhindar.
KESIMPULAN
Flame hardening adalah proses pengerasan baja dengan memakai nyala api asitelin
dan diikuti temper. Cara ini paling sederhana tetapi
temperatur mengandalkan tampilan warna logam yang dipanaskan, disertai perubahan warna
yang cepat. Jenis kegagalan yang terjadi ada dua jenis yaitu gagal karena kekerasan tidak
tercapai sesuai harapan dan kegagalan karena deformasi, bengkok atau retak.
Kegagalan karena kekerasan yang tidak tercapai masih dapat dilakukan tindakan
perbaikan dengan diproses ulang, setelah melaluli proses annealing terlebih dahulu,
sedangkan kegaglan karena deformasi sulit untuk diperbaiki. Dari hasil percobaan diperoleh
tingkat keberhasilan dengan ukuran terhadap kekerasan yang dicapai adalah 70%,
keberhasilan mengatasi kegagalan deformasi adalah 90%
DAFTAR PUSTAKA
1.
40