Anda di halaman 1dari 8

Tingkat Keberhasilan Flame Hardening (Wardaya )

TINGKAT KEBERHASILAN FLAME HARDENING PADA BAJA AMUTIT


Wardaya *)
ABTRAK
Flame hardening adalah proses pengerasan bagian kulit baja dengan cara pemanasan.
Pemanasan memakai nyala api las asitelin sampai suhu kritis atas dan didinginkan kejut,
kemudian diikuti tempering. Percobaan dilakukan terhadap sepuluh buah benda uji dari
bahan Amutit. Bahan dipanaskan sampai 820 C kemudian didinginkan kejut dalam media oli
dan diikuti proses tempering pada temperature 300 C. Kekerasan yang dicapai setelah proses
tempering mencapai 55- 58 HRc , dengan tingkat keberhasilan 70 %.
ABSTRACT
Flame hardening steel skin part ossification process by heating. Heating use flame welds
asytilen to critical temperature on and be cooled startle, then followed by tempering.
Treatment is done towards ten test things from Amutit material. Specimens is heated until
820C then be cooled startle in oil media and followed by tempering process in temperature
300 C . Material hardness after process tempering achieves 55- 58 HRc, with success level
70 %.
Kata Kunci : Flame Hardening, Amutit
PENDAHULUAN
Kebutuhan bahan logam dalam suatu perancangan kadangkala sulit terpenuhi untuk
memenuhi seluruh sifat mekanik logam yang dibutuhkan. Salah satu cara untuk memperoleh
sifat mekanik logam yang dibutuhkan dapat dilakukan perlakuan panas terhadap logam. Sifat
mekanik logam dimaksud adalah kekerasan, keuletan, ketangguhan. Pada proses perlakuan
panas logam dipanaskan sampai temperatur kritis atas logam, dimana pada temperatur ini
logam memiliki struktur Austenit dangan butiran halus dan homogen, kemudian diikuti
pendinginan. Kecepatan pendinginan dapat dipilih sesuai tujuan perlakukan panas tersebut,
jika untuk mengeraskan logam pendinginan kejut, untuk penormalan pendinginan di udara
bebas, untuk pelunakan di dinginkan sangat lambat . Proses pemanasan dapat dilakukan pada
sebuah tungku pemanas, tungku induksi listrik atau memakai nyala api. Cara pemanasan
yang paling sulit adalah memakai nyala api, karena kontrol temperatur hanya mengandalkan
warna yang muncul pada saat logam dipanaskan, sehingga sering terjadi kegagalan; akan
tetapi paling murah karena dapat dilakukan dengan memakai nyala api las asitelin. Pada
penelitian ini akan dilakukan percobaan proses pengerasan baja dengan memakai nyala api
(Flame Hardening) dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilannya.
*) Dosen Jurusan Pendidikan Teknik Mesin, FPTK UPI, Jl Dr. Setiabudi No. 207 Bandung

33

TORSI, Volume VII, No. 1, Januari 2009

KAJIAN PUSTAKA
Amutit S /K460
Amutit S merupakan baja paduan , termasuk kelompok Cold work Tool Steel, yang
diproduksi oleh perusahan Bohler Jerman. Komposisi kimia yang terkandung di dalam
Amutit S sbb: Carbon (C)= 0,85% ; Silicon (Si) = 0,25 % ; Manggan (Mn) = 1,10 % ;
Chrom ( Cr) =0,55 % ; Vanadium (V) = 0,10% ; dan Wolfram (W) = 0,55%
Standar bahan yang sesuai dengan bahan Amutit S sbb:
DIN
: 1.2510
100MnCrW4
AISI
: 01
BS
: BO1
JIS
: SKS 3
Amutit mempunyai sifat mampu mesin yang baik sehinga banyak dipilih sebagai
bahan untuk tools. Setelah melalui proses pengerasan mampu mencapai 65 HRC, dengan
variasi temperatur temper rendah, sedang dan tinggi.

Pemilihan temperatur tempering

disesuaikan dengan kekerasan akhir yang dibutuhkan; makin tinggi temperatur tempering
akan

menyebabkan

dipertimbangkan

semakin turun kekerasan ahkir yang dihasilkan. Kekerasan akhir

berdasarkan pemakaian dan kondisi pembebanan. Tabel berikut

menunjukan proses perlakuan panas/heat treatment terhadap Amutit S.

Heat
Treatment
Annealing
Stress
relieving
Hardening
Tempering

Tabel 1. Temperatur Heat Treatment Amutit S


Temeperatur Quenchant
Hardness
Application
C
710 750
- 650
780 - 820
100
200
300
400

Oil
63 65 HRc Cutting Tools, Blanking and
Salt bath
Punching tools,,Thread cutting
(200-250C)
tools, woodworking tools, metal
working tools, paper, plastic
tools, plastic mould
air
64 HRc
62 HRc
58 HRc
52 HRc

Heat Treatment
Heat treatment adalah proses perlakuan panas terhadap logam untuk memperbaiki
sifat-sifat mekanik sesuai kebutuhan. Jenis jenis proses heat treatment antara lain:

34

Tingkat Keberhasilan Flame Hardening (Wardaya )

1. Normalizing ( penormalan)
Penormalan

adalah proses pemenanasan terhadap logam dengan tujuan

memperbaiki

struktur butiran logam yang mengalami deformasi akibat proses atau pembebanan.
Prosesnya, logam dipanaskan sampai temperatur austenit dalam waktu tertentu , kemudian
didinginkan di udara terbuka. Hasil dari proses ini berupa struktur butiran yang homogen
berbentuk bola (sphere) halus. Hasil terhadap logam adalah menjadi mampu mesin dan
mampu bentuk lebih baik , dan terbebas dari tegangan sisa.

2. Annealling (Pelunakan)
Pelunakan

Proses pemanasan logam sampai

temperatur austenit dalam waktu tertentu

kemudian diikuti proses pendingian yang sangat lambat (didinginkan dalam tungku
pemanas). Proses pelunakan

dilakukan

untuk melunakan

logam keras akibat proses

hardening, agar mampu diproses berikutnya. Contoh ; apabila kita gagal mencapai kekerasan
yang diingikan dalam proses pengerasan, sebelum dilakukan proses pengerasan ulang,
terlebih dahulu dilakukan proses pelunakan.
3. Tempering
Temper adalah proses pemanasan logam setelah proses pengerasan logam ,dengan tujuan
menghilangkan tegangan dalam akibat proses pendinginan kejut ( menghilangkan thermal
stress akibat quenching), logam dipanaskan pada temperatur dibawah temperatur kritis bawah
dalam waktu tertentu, kemudian didinginkan di udara terbuka.
Hasil dari proses tempering logam menjadi lebih tangguh (toughness), tetapi kekerasannya
turun sedikit, penurunan temperatur dapat dipilih disesuaikan dengan temperatur pemanasan.
4. Stress Relieving
Tujuan dari Stress relieving adalah menetralisir tegangan sisa pada logam akibat deformasi
(penekanan, pembengkokan ,penarikan, puntiran, geseran). Logam dipanaskan pada
temperatur rendah (sekirar 200C) dalam waktu tertentu ,kemudian didinginkan di udara
bebas.

35

TORSI, Volume VII, No. 1, Januari 2009

5. Case Hardening / Pengerasan kulit


Case hardening bertujuan

mengeraskan kulit dari logam (baja), dengan cara logam

dipanaskan sampai temperatur austenit dalam media tertentu ( gas, padat ,cair) dalam waktu
tertentu, selanjutnya didinginkan kejut pada media pendingin yang sesuai. Pada bagian kulit
luar akan mengeras , karena pengaruh media pengeras yang dipakai. Hal ini terjadi karena
pada kulit luar terjadi pengayaan unsur atom bahan lain ( misal : karbon) yang mengisi celah
celah antar atom logam yang terjadi akibat pemanasan. Pada saat didinginkan kejut atom
atom

tersebut akan terperangkap dantara atom-atom logam. Proses ini biasanya dipakai

untuk mengeraskan logam dengan kadar karbon rendah ( dibawah 0,4 % C).
6. Hardening / Pengerasan
Hardening adalah proses pemanasan logam (baja) untuk mengeraskan seluruh bagian logam
(full hardening), tujuan ini dapat dicapai apabila bahan mempunyai kandungan karbon
minimal 0,4 %. Prosesnya logam dipanaskan sampai suhu austenit ( di atas teperatur kritis
atas) dalam waktu tertentu, kemudian didinginkan kejut ( quenc) pada media yang sesuai.
Akibat pendinginkan kejut akan terbentuk struktur martensit yang keras. Proses pemanasan
dapat dilakukan pada dapur/tungku dengan fasilitas kontrol suhu yang lengkap, pada dapur
induksi, pada bak garam, atau memakai nyala api .
Flame Hardening/ Pengerasan Memakai Nyala Api
Pengerasan memakai nyala api merupakan cara pengerasan yang paling sederhana
dan sekaligus paling sulit. Proses ini dapat dilaksanakan hanya memakai nyala api las asitelin
yang di atur pada nyala karburasi, kontrol temperatur dilihat dari warna yang muncul dari
logam (baja) pada saat dipanaskan, tiap perubahan temperatur akan menampilkan warna
berbeda. Pengamatan terhadap perubahan warna yang terjadi memerlukan kecermatan dan
pengalaman, kesulitan melihat warna inilah yang seringkali menyebabkan kegagalan proses
flame hardening. Proses : Logam (baja) dipanaskan sampai temperatur austenit (warna
merah ceri/merah terang),kemudian segera didinginkan kejut pada media pendingin yang
sesuai, selanjutnya diteruskan proses temper warna (tempering dengan kontrol panas dari

36

Tingkat Keberhasilan Flame Hardening (Wardaya )

warna logam yang dipanaskan). Tabel berikut meperlihatkan hubungan temperatur dengan
warna yang muncul pada saat baja dipanaskan.
Tabel 2: Skala warna temperatur tempering
WARNA
kuning muda/ kuning tua
Kuning oranye/ kuning kecoklatan
Coklat kemerahan/ merah tua
Jingga
Biru tua /Biru muda/
Abu-abu/ abu-abu muda

TEMPERATUR C
220/230
240/250
260/270
280
290 /310
320/330
(Westerman n Table)

Tabel 3. Skala warna temperatur hardening


WARNA
Coklat tua/ coklat muda
Merah padam/merah
Merah terang/merah muda
Oranye/merah kekuningan
Kuning tua/kuning muda
Putih

TEMPERATUR C
520-580/ 580-650
650-750/750-780
780-800/800-830
830-880/880-1050
1050-1150/1150-1250
1250-1320
(Westerman n Table)

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan cara eksperimen terhadap baja Amutit dengan batasan-batasan
sebagai berikut;
Bahan spesimen : Baja Amutit S
Ukuran Bahan

: Panjang 100 mm, lebar 20 mm, tebal 12 mm

Jumlah

: 10 buah

Pemanasan

: Nyala Api Oxy-Acetilyn, nyala karburasi


Tekanan kerja Oxygen : 2,5 Kg/Cm2
Tekanan Kerja Acitelyn: 0,5 Kg/Cm2

Langkah Penelitian dilaksanakan sbb:

37

TORSI, Volume VII, No. 1, Januari 2009

Tahapan Penelitian :
a. Benda uji/bahan dipanaskan secara merata , sampai warna logam merah terang/merah
muda (780oC - 830oC)
b. Benda kerja didinginkan segera (dicelupkan) kedalam minyak pendingin sampai mencapai
suhu kamar.
c. Uji kekerasan yang dicapai ( berkisar 61- 65 HRc), jika kurang dinyatakan gagal.
d. Benda kerja dibersihkan dengan sikat baja atau amplas halus
e. Dilakukan penemperan dengan cara dipanaskan ulang secara merata, sampai logam
berwarna biru tua atau biru muda ( 290oC 310oC)
f. Didinginkan secara lambat di udara terbuka, sampai dingin /suhu kamar
g. Diperiksa kekerasan yang dihasilkan, dinyatakan berhasil apabila kekerasan berkisar 57
59 HRc.

38

Tingkat Keberhasilan Flame Hardening (Wardaya )

DATA HASIL PENELITIAN


Setelah tiap tahapan penelitian dikerjakan dihasilkan data sbb.:
Tabel 4. Kekerasan yang dicapai setelah Flame Hardening dan Tempering
NO SPECIMEN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J

FLAME HARDENING TEMPERING


KETERANGAN
HRc
HRc
63
58
berhasil
64
57
berhasil
62
57
berhasil
64
49
gagal
57
48
gagal
62
57
gagal/bengkok
65
57
berhasil
63
58
berhasil
48
36
gagal
63
58
berhasil

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN


Berdasarkan tabel 4, terjadi kegagalan pada empat benda uji, kegagalan tersebut
dikarenakan kekerasan yang diharapkan tidak tercapai sebanyak tiga benda uji, satu benda
uji kegagalan pada proses flame hardening dan dua benda uji kegagalan pada saat proses
tempering; sementara satu benda uji mengelami deformasi (bengkok).
Tiga buah benda uji yang gagal karena kekerasannya tidak tercapai, masih dapat
diperbaiki melalui proses heat treatment ulang, dengan diawali proses Annealing, kemudian
Flame hardening, setelah proses ini dilaksanakan, maka ketiga benda uji tersebut dapat
mencapai kekerasan yang diharapkan.
Satu benda uji yang gagal karena deformasi (bengkok) sulit diperbaiki, kegagalan
ini disebabkan beberapa hal antara lain: (1) pemanasan benda uji yang tidak merata, (2) pada
saat pendinginan benda kerja tidak terendam seluruhnya (3) Benda uji miring pada saat
masuk ke cairan pendingin. Untuk menghindari kegagalan tersebut maka pemanasan harus
merata, pada saat pendinginan benda kerja terendam seluruhnya dan pada saat masuk ke
cairan pendingin tidak miring.
Kegagalan

terhadap kekerasan yang tidak tercapai

disebabkan saat flame

hardening, ada dua kemungkinan penyebabnya, (1) Temperatur pemanasan yang belum
tercapai, dikarenakan kesulitan melihat warna logam yang muncul (merah terang) ,sehingga
39

TORSI, Volume VII, No. 1, Januari 2009

struktur logam belum austenit atau (2) Proses pendinginan yang lambat sehingga struktur
martensit tidak terbentuk, pendinginan lambat dikarenakan jumlah media pendingin
kekurangan sehingga menyebabkan temperatur media pendingin naik (ikut panas). Untuk
mengatasinya jumlah media pendingin ditambah sehingga teperaturnya tetap terjaga pada
temperatur kamar atau ada proses pendinginan terhadap media pendingin tersebut.
Kegagalan yang disebabkan tempering, penyebab utamanya temperatur pemanasan
terlalu tinggi dari yang seharusnya dikarenakan kasulitan melihat warna biru yang muncul
sesaat, untuk mengatasinya benda kerja harus dibersihkan dari sisa jelaga sampai warna
logam dasar (putih) dan benda kerja dikerjakan halus, sehingga pembiasan warna terhindar.

KESIMPULAN
Flame hardening adalah proses pengerasan baja dengan memakai nyala api asitelin
dan diikuti temper. Cara ini paling sederhana tetapi

paling sulit dikarenakan kontrol

temperatur mengandalkan tampilan warna logam yang dipanaskan, disertai perubahan warna
yang cepat. Jenis kegagalan yang terjadi ada dua jenis yaitu gagal karena kekerasan tidak
tercapai sesuai harapan dan kegagalan karena deformasi, bengkok atau retak.
Kegagalan karena kekerasan yang tidak tercapai masih dapat dilakukan tindakan
perbaikan dengan diproses ulang, setelah melaluli proses annealing terlebih dahulu,
sedangkan kegaglan karena deformasi sulit untuk diperbaiki. Dari hasil percobaan diperoleh
tingkat keberhasilan dengan ukuran terhadap kekerasan yang dicapai adalah 70%,
keberhasilan mengatasi kegagalan deformasi adalah 90%

DAFTAR PUSTAKA
1.

Bohler (2004), Speck Material, Bohlindo Baja

2. Donalson (1984). Tool Design, New York, Mc Graw Hill


3.

Kent (1980), Hand Book of Material, London : Jhon Willey Ltd

4. ................ (1980) , Westerman Table, Singapore: Jhon Willey Ltd.


5. .(1999). ASSAB Manual Book, PT ASSAB Austenit Indonesia
6. RS. Khurmi, (1982). Machine Design, New Dehli, Euresia Publishing House ltd.

40

Anda mungkin juga menyukai